Kagum Pada Seseorang Sampai Kepikiran Boleh Gak Sih?

Asslamualaikum wr. wb.

Saya pernah bertemu dengan seorang ikhwan di masjid dekat rumah saya. Beliau mempunyai beberapa kelebihan yang membuat saya terkagum padanya yaitu Kepandaiannya mengaji, suaranya yang merdu ketika menyuarakan adzan, dan lain-lain.

Saya berharap semoga dia bisa membantu saya dalam memajukan TPA di tempat saya. Saya pun berkenalan dengannya dan kami menjadi sering berhubungan lewat hp ataupun bertemu dalam TPA.

Suatu saat dia mengatakan pada saya bahwa sebenarnya dia juga kagum dengan saya. Dan dia tanya bagaimana dengan saya tapi saya belum berani mengungkapkan perasaan saya yang sebenarnya karena saya menjaga.

Yang saya tanyakan bagaimana sikap saya terhadap ikhwan tersebut supaya saya bisa menjaga hati dan tidak kepikiran?

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Adik Aisyah, Ibu salut pada Anda yang rajin berda’wah ke anak-anak lewat TPA dan memakmurkan masjid bersama teman-teman seperjuangan. Ibu dalam satu sisi ikut bersyukur bahwa Adik ternyata punya ghiroh/ semangat dan ingin merekrut teman-teman seperjuangan yang lebih banyak.

Ternyata salah satu yang akan direkrut Adik Syifa adalah ikhwan/ laki-laki. Ini adalah ujian selanjutnya bagi Adik; Sebenarnya seperti yang pernah Ibu bahas di rubrik ini, bersahabat dengan ikhwan boleh saja; adalah baik punya kenalan dari seluruh penjuru dunia termasuk laki-laki (ikhwan) maupun perempuan (akhwat). Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah untuk saling mengenal.

Namun ingat, ada batas-batas pergaulan kalau itu menyangkut hubungan dengan lawan jenis. Kalau ada batas-batas yang berlebihan, misalnya ”lebih intens”, ”lebih dekat”, dan kecenderungan yang lain, maka wajar jika akan muncul persepsi yang negatif. Sebenarnya persepsi orang lain muncul karena masuknya informasi-informasi inderawi pada mereka; mungkin dari mendengar, melihat dan sebagainya.

Nah, ibaratnya gajah di pelupuk mata tak tampak, tetapi kuman di seberang lautan tampak, ada baiknya Adik Syifa harus hati-hati menjaga hati dan sikap agar tidak muncul citra negatif aktivis masjid. Banyaklah mencari umpan balik dari orang lain tentang sikap-sikap pergaulan Adik selama ini. Jangan biarkan muncul peluang su’udzon pada orang lain.

Ada sebuah kisah Rasulullah SAW suatu waktu berjalan bersama salah satu isteri beliau. Di tengah jalan bertemu dengan sahabat. Ketika sahabat ini telah berpapasan dengan Rasulullah SAW maka tiba-tiba beliau berbalik dan memberitahu sahabat tadi bahwa wanita yang bersama beliau adalah isteri Rasululullah SAW. Mengapa ini beliau lakukan? Ya, karena Rasulullah SAW tidak ingin sahabat tadi su’udzon. Subhanallah..!!!

Adik Aisyah, batas-batas pergaulan perempuan dengan laki-laki misalnya menutup aurat, tidak berkhalwat/ berduaan, tidak berbicara lembut/ usahakan tegas dalam berbicara, menjauhi ikhtilat. Memang kadang derivasinya banyak, seperti sering telpon, sms, chating, yang kemudian menimbulkan fitnah. Yang Adik perlu lakukan bukan sekedar penjelasan pada teman-teman namun juga perlu diikuti dengan bukti-bukti nyata. Menurut Ibu jangan membuka peluang terjadinya fitnah. Syariatkan menjelaskan bahwa mendekati zina saja tidak boleh, apalagi berzina. Salah satu zina hati adalah memikirkan, zina mata adalah memandang, dan seterusnya.

Menurut Ibu jika ikhwan tadi serius, perlu ditanggapi serius juga. Keseriusan bisa terlihat apakah dia sudah punya maisyah/ mata pencaharian, apakah mau bicara langsung ke orang tua, kapan target menikah.

Nah jika sekedar taksir-menaksir namun ternyata belum ada persiapan ekonomi dan sebagainya. Mungkin Adik tak perlu menanggapi serius. Kurangi interaksi lewat telpon, inilah yang akan menjadi memori indah sehingga Adik tambah kepikiran; bicara selama diperlukan dan jaga adab-adabnya. Semoga Adik tidak salah paham dengan penjelasan Ibu di atas. Ibu yakin Adik Aisyah akan menjaga hati dan sikap sampai kesiapan untuk menikah sudah terkumpul; OK? Sukses dan tetap shalihat!

Wallahu a’lam bissshawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ibu Urba