Assalamu’alikum wr, wb.
Semoga Bu Rr. Anita dan kita semua selalu diberikan limpahan rahmat dan maghfiroh-Nya.. Amin..
Bu Anita saya ingin bertanya salahkah saya jika mengambil sikap tak mempedulikan dan melayani suami jika hati saya tidak menerima apa keputusan yang diambil oleh suami saya. Misalnya saja dalam bekerja kadang suami masuk kerja tiba-tiba dan itupun tak jelas perintahnya yang seharusnya bisa 5 hari libur di rumah ini dikarenakan tugas itupun tak ada surat menyurat baru 1 hari libur harus balik lagi ke kantor.
Jika kantornya satu daerah dengan tempat tinggal mungkin saya juga tidak masalah ini kantornya antara Jakarta dan Cilegon. Tapi dengan sikap saya seperti itu suami diam saja. Karena saya cuek suami pun ikut cuek sampai saya diamkan. Dia mau berangkat kerja lagi tak ada sepatah katapun dari suami.
Masalahnya suami kalau sudah bekerja bisa 3 hari di kantor, saya juga bekerja setiap hari dari pagi sampai sore, jadi kadang saya juga suka kesal yang tadinya anak-anak terpantau karena suami libur, karena dia sering ke kantor akhirnya anak-anak sama pengasuh di rumah.
Saya mohon bantuannya jika memang sikap saya salah atau apa yang harus kami ambil sikap dalam rumah tangga kami? Saya tahu Bu memang kita harus mencari rizki seolah-olah kita akan hidup selamnya, tapi tidak harus ngoyo kan?
Sudah 3 hari tinggalin keluarga, baru seharidi rumah sudah harus pergi lagi, kapan waktu bermain & berkumpul dengan anak? Anak juga butuh kasih sayang. Ayahnya kalau sudah di rumah juga sibuk giliran anaknya mau main bilang capek yang ada akhirnya kekesalan selalu…!
Bu Anita mohon sekali bantuannya agar saya juga tidak salah dalam mengambil sikap sebagi seorang isteri danibu bagi anak-anak saya, apakah benar suami saya mengambil sikap? Demikian mohon maaf jika banyak pertanyaan.
Jazakillah
Wassalamu’alikum wr, wb.
Assalamualaikum wr. wb.
Ibu Al-husna yang shaleha
Setiap isteri pastilah menginginkan suaminya memiliki rutinitas pekerjaan yang jelas, pergi kerja di pagi hari, kemudian pulang di sore atau malam harinya, sesuai dengan hari dan jam kerja pada umumnya. Karena jadwal kerja yang pasti tentunya memberi kesempatan, untuk memberi lebih banyak waktu bagi keluarga terutama pada saat libur kerja. Di samping itu juga suami juga memiliki peran untuk ikut bersama-sama isteri dalam mendidik dan mengawasi anak-anak.
Namun tidak semua pekerjaan atau profesi, memiliki rutinitas seperti pekerjaan pada umumnya, sehingga mengharuskan sang suami terpaksa bekerja dan harus berpisah berhari-hari bahkan berbulan-bulan dengan keluarga. Sebagai seorang isteri, sebaiknya dapat memahami apapun kondisi pekerjaan suami. Karena bagaimanapun seorang suami tugas utamanya adalah mencari nafkah.
Bila memendam masalah pastilah akan sulit untuk mencari solusi, apalagi dengan bersikap cuek dan mendiamkan suami. Saya mengerti kok, bila ibu merasa keberatan dengan sikap suami, apalagi menurut ibu, anak-anak menjadi kurang diperhatikan ayahnya.
Sementara itu ibu juga seorang wanita yang bekerja sehingga anak-anak lebih banyak diasuh oleh pengasuh. Sehingga waktu libur kerja merupakan waktu yang berharga untuk digunakan bersama keluarga, dapat dimengerti bila ibu merasa kesal ketika suami justru lebih memilih berada di kantor daripada berkumpul dengan keluarga pada waktu libur kerja.
Untuk mencari jalan keluar dari masalah ini, sebaiknya ibu mencoba menyampaikan keberatan kepada suami dan diskusikan dengan cara yang baik. Karena rasanya kurang bijaksana bila ibu mengungkapkan keberatan dengan cara mendiamkan atau bahkan tidak melayani suami dengan semestinya. Barangkali dengan penjelasan suami nanti, ibu dapat memaklumi alasannya mengapa hal tersebut dilakukannya. Di samping itu suami ibu juga insya Allah akan memahami keberatan ibu, sehingga berusaha lebih banyak menyempatkan diri untuk berkumpul bersama keluarga.
Insya Allah, meskipun ibu bekerja dan suami sibuk di kantor hingga jarang pulang kerumah. Dengan memanfaatkan kemajuan sarana telekomunikasi yang ada saat ini, perhatian dan kasih sayang suami terhadap keluarga tetaplah tidak berkurang nilainya. Yang terpenting adalah tetap selalu menjaga komunikasi yang baik dengan suami dan anak-anak. Agar tidak menimbulkan persangkaan yang negatif dan saling memahami satu sama lain.
Wallahua’lam bishawab.
Wassalamu’alaikum wr. wb.