Assalamualaikum wr wb
Saya Iwan (24),
Yth Ibu Siti Urbayatun
Saya punya masalah keluarga bu, ini biografi nya
Istri saya: Seorang periang, manja, moody, suka ngambek, kadang angkuh egois dan emosinya kelihatan. tetapi dia baik sekali kalo dengan anak kecil
Mertua saya: Orangnya perhatia banget, sabar banget, kadang di suruh anak2 nya nurut aja. Utung istriku tidak suka nyuruh2 ibuya
Ortu saya: Orangnya disiplin, berprinsip tapi penyabar, sayang kepada anak dan ingin anaknya bergelar semua dan ingin dapat menantu yang juga berpendidikan dan tidak mempermasalahkan latar belakang sosial
Masalah I :
Saya dulu perpacaran dengan istri saya selama 3 tahun dan selama saya berpacaran, saya salah cara gaya berpacaran. Pacaran kami terlalu bebas, samapai dulu pacar saya pernah hamil 2 bulan dan akhirnya digugurkan istri saya tanpa sepengetahuan saya. Padahal saya sudah mau bertanggung jawab.
Masalah I.2 :
Ortu saya tidak melarang saya berpacaran dengan siapa saja asal merrid harus lulus kuliah dulu, sedangkan pacar saya belum kuliah. Dan hubungan kami terlalu intim dan saya sudah berjanji untuk bertanggung jawab dan menikahinya 1 tahun lagi.
Masalah I.3 :
Istriku mau menerima tawaranku untuk kuliah dulu. tetapi dia tetap ingin menikah 1 tahun lagi. Kebetulan ayahku menjadi salah satu pegurus kampus dan istriku masuk kuliah di situ. Kampung halamanku jauh sekitar 120 kilo dari rumah. Jadi istriku harus bolak balik setiap minggu bersama saya kebetulan saya kurang 1 tahun lagi lulus di kampus ayah saya.
Masalah I.4 :
Setelah 1 tahun berjalan damai, istri saya ingin merrid karena gak enak juga sama tetangga istriku masak sudah wira wiri ke rumah samai istriku nginep di rumahku kok belum ada kejelasan sama sekali dari keluragaku tentang hubungan kami. Orang tuaku tetap tidak mau silaturrohim kerumah pacar saya sebelum dua duanya selesai kuliah dulu. Karena desakan terus menerus juga dan pacarku juga memaksa gitu, sebenarnya istriku sudah gak kuat dan iklas klo ortuku gak nerima ya udah cukup sampai di sini saja tidak apa2. Tetapi dari hatiku yang paling dalam aku tidak bisa membiarkan semua ini terjadi. Aku yang sudah merusak kesucian pacarku samapai pernah hamil masa harus aku tinggalin begitu saja, rasanya tidak adil, harusnya aku yang menanggung beban semua ini. Lalu aku bicara ke ortu ku baik baik tentang hubungan dengan pacarku sudah terlalu jauh, dan akhirnya ortuku mau silaturrohim ke rumah pacarku
Masalah I.5 :
Setelah sampai di rumah keluarga pacarku, ortu qu tetap ngotot ingin selesai kuliah dulu. kalo memang kami ingin cepat nikah, kedua ortuku mengancam tidak mau mendengar urusan kami selanjutnya lagi baik itu susah atau senang. Tetapi kalo kami nurut mereka mau membantu kalo ada apa2 da untuk biaya kuliah mau menanggung semua. Aku hanya diam dan tidak berani memutuskan karena pasti akan menyakiti salah satu pihak. Seharusnya untuk usrusan seperti ini tidak boleh memberikan piliha menurutku tetapi sebaiknya harus dicari jalan keluarnya. Dalam lubuk hatiku aku merasa kurang pas dengan keputusan ayahku waktu itu.tetapi aku diam saja.
Masalah I.6 :
Setelah Ortuku pulang kampung, Keluarga pacarku setengah mendesak, mungkin juga jengkel dengan sikap ayahku, wong anaknya perempua udah diajak kesana ke sini kok nggak cepet2 di iket (ada ikatan).
Pacarqu marah banget dan ngambek, ingin kabur dari rumah. Akhirya aku putus kan untuk menikahi pacarku tanpa sepengatahuan ortuku, karena aku tidak mau ortuku sakit hati dan terjadi apa2 dg kesehatannya. Pertimbanganku, aku kasihan terhadap pacarku, akan jadi apa kalo kami sampai putus, kalo dia depresi trus malah sesat jalannya harus gimana aku menanggug dosanya…. benar2 dilema saat itu aku. Aku berharap dengan menikah, emosi istriku jadi stabil dan mau menerima kberadaan ortuku apa adanya.
Masalah I.7 :
Setelah menikah, teryata sifat istriku bener2 sulit dirubah, kami sering bertengkar dengan urusan yang tak semestinya harus di ributkan. Saya selalu menunggui saat dia marah dan saya larang keluar kamar sebelum selesai permasalahannya. Benar2 kayak masih kecil. tetapi saya tetap mecoba bersabar dan selalu menasehatinya. Lambat hari istriku sudah mau mulai berubah, tetapi tetap ngambek jika mendengar kata kata ortuku. Menurutku seharusya Istriku mau berusaha mengambil hati ortuku juga dan bila sudah tiba waktuya kami pun siap bicara jujur. Tetapi istriku tidak, dia memang baik diluar selai berhubungan denga ortuku, kayak sudah terpatri dendamya. Gmana menurut Ibu siti saya menyikapinya? Gimana saya menyadarka istri saya bu?
Masalah I.8 :
Otomatis komuikasi antara saya dan Ortu saya pun jadi berkurang. 8 bulan istriku tidak masuk kuliah dan aku tetap menutupiya, da aku jadi jarang masuk kuliah karena alasan sibuk kerja. Ortuku selalu menanyakan kabar pacarku (belum tahu kalo sudah jadi istri). da aku selalu menutupinya dengan masih sibuk dan sekarang sudah bekerja jadi masih repot. Mugkin lama lama bosan juga dengan sifat istriku kedua orang tuaku. Sedangkan mertuaku juga tidak berani banyak bicara ke Istriku, karena tau banget sifat istriku kalo sudah mangkel pasti tidak bisa dibendung. Ya mertua ku kadang mengigatkan aku supaya tetap sabar.
Masalah I.9 :
Kemarin aku telepon kerumah da jawaban ortuku suruh menjauh saja kalo memang tidak bisa diatur.
Harus gimana aku harus menyikapi semua ini Bu?aku tidak ingi keluarga ini pecah belah. Aku sebenarnya ingin jujur, tetapi aku takut jika terjadi dengan ortuku. Andai saja istriku sudah siap menjalai apapu resikonya dan mau menjadi baik juga bagi keluarga besarku, aku pasti tidak akan menunda unda untuk jujur ke ortuku, sudah 8 bulan kami menikah. dan semakin lama, terasa semakin berat atas kebohonganku ke ortu ku. Ya Alloh, bimbinglah aku ke jalan yg engkau ridhoi.
Ibu Siti yth, mungkin ibu bisa memberikan saran yang lebih bagus untuk jalan hidup keluarga kami, saya bener2 mengharap solusi yg sesuai denga ajara agama bu?saya bener2 tidak ingin memilih dan tidak ingin keluarga yang sudah saya bentuk pecah dan tidak ingin menjadi anak durhaka bu..
Dan saya mengharap solusi untuk membuat istri saya lebih sabar dan mengerti bu?
Terima kasih atas perhatiaannnya sebelumnya bu
wassalamualaikum wr wb
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Saudara Iwan yang semoga disayangi Allah,
Nampaknya Anda mengalami problem yang berturutan. Bersikaplah tenang dan mencoba mengevaluasi apa yang telah terjadi dengan introspeksi. Jadikan acuan dalam penyelesaian masalah Anda senantiasa berlandaskan aturan yang telah ditetapkan Allah, karena kalau tidak maka akibatnya akan kembali pada diri sendiri. Percayalah pada satu hal bahwa kita berperan dalam menentukan baik-buruk masa depan kita sendiri.
Saudara Iwan yang dirahmati Allah,
Suka atau tidak suka, dapat dilihat bahwa rentetan kejadian ini berawal dari perbuatan maksiat yang anda dan pacar Anda lakukan, yaitu melanggar aturan-Nya dengan berpacaran dan melampaui batas sehingga pacar anda hamil. Setelah kehamilan itu, pacar anda, meski tanpa sepengetahuan anda, menggugurkan kandungannya, sungguh tak dapat dipungkiri bahwa ini adalah perbuatan dosa. Bukankah membunuh nyawa yang diharamkan Allah untuk dibunuh tanpa alasan yang dibenarkan adalah perbuatan dosa? Betapa syaithan tak kurang cara untuk menyimpangkan manusia, Andapun dibujuknya dengan sering menginap di rumahnya, sehingga sangat mungkin kemaksiatan yang anda lakukan akan bertambah-tambah lagi.
Saudara Iwan yang dirahmati Allah,
Maka, problem anda menjadi lebih kompleks karena kemudian berurusan dengan orang-orang signifikan yakni bapak dan ibu pacar anda dan juga orang tua anda sendiri. Sayang bahwa pihak keluarga pacar Anda tidak menikahkan Anda meskipu ntahu hubungan Anda sudah begitu jauh; kekuatan iman dan agama bukan menjadi prioritas utama dalam kehidupan keluarga besar anda dan pacar anda. Inilah mungkin yang menjadi awal permasalahan. Mestinya bila mereka menjadikan agama sebagai penuntun dalam hidup, mereka tak akan membiarkan anak-anaknya berkubang dalam kubangan maksiat. Mereka pasti akan menegur anda karena itu bagian dari penjagaan iman.
Pelajaran yang bisa dipetik adalah bahwa kadang orangtua masih mengedepankan gengsi, kebanggaan dan harga diri ketika menikahkan anaknya bila sudah jadi sarjana, dibanding ketakutan akan murka Allah bila anak-anak mereka berzina.
Saudara Iwan yang dirahmati Allah,
Jalan yang Anda tempuh dengan menikahi gadis itu sudah tepat, namun timbul masalah baru karena pernikahan itu Anda sembunyikan dari keluarga Anda
Oleh karenanya saudara Iwan, yang perlu anda lakukan sekarang adalah segeralah bertaubat. Taubatlah dengan taubatan nasuha, taubat yang sebenar-benarnya. Taubat ini diawali dengan penyesalan yang tulus karena anda sudah melanggar aturan-Nya. Sholatlah taubat dua rekaat. Perbanyaklah istigfar. Berendahdirilah kepada Allah. Mengakulah kalau anda salah kepada-Nya.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia kan Mengadakan baginya jalan keluar. Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”
Begitulah Allah berfirman dalah AQ S Ath Thalaq ayat 2-3.
Bila anda sudah berubah, semoga istri anda pun akan terpengaruh. Ketahuilah saudara Iwan, dalam setiap perubahan yang harus dilalui oleh seseorang, ia pasti membutuhkan adaptasi. Dan adaptasi ini akan menjadi mudah bila orang-orang di sekelilingnya akan saling mendukung. Begitu pula istri anda. Bila anda berdua sudah saling cinta, mestinya anda dan dia akan mampu menjadi team yang solid, yang kuat menghadapi apapun tantangan yang berasal dari orang tua, karena konsekuensi cinta adalah saling memberi dan menerima, saling membantu, saling menguatkan, menerima kekurangan dan tidak mudah mengeluhkan sifat buruk pasangannya karena tak ada manusia yang sempurna. Adaptasinya menjadi makin sulit karena ia juga menyimpan dendam kepada mertuanya. Padahal dendam itu merusak hati sebagaimana api membakar sekam. Maka perlakukanlah dia dengan akhlak mulia agar ia juga terpengaruh dengannya. Tentu saja semua itu tak mudah dan membutuhkan proses. Bersabarlah, karena menikahinya adalah pilihan hidup anda, terimalah konsekuensinya maka jangan pernah lagi menyesalinya. Perbaikilah kondisi yang ada karena ini sebagai bentuk sikap amanah.
Menghadapi orang tua anda, lakukan da’wah secara lembut, jalin komunikasi yang terbuka. Dalam sebuah pernikahan, tidak baik jika membuka aib, seperti terlalu sering menceritakan ketakcocokan anda dengan istri anda. Belajarlah dewasa dengan menyelesaikan problem tanpa harus berkeluh kesah ke orang tua. Anda pun mesti segera merencanakan kapan saat yang tepat anda akan berterus terang tentang kondisi anda. Karena, meskipun anda laki-laki dan tak membutuhkan wali untuk sahnya pernikahan anda, anda tetap harus jujur. Bayangkanlah bagaimana sakitnya hati mereka saat mereka tahu anda telah berbohong dengannya. Tak ada kebaikan bila tak dilandasi kejujuran. Buktikanlah, meski pun anda telah menikah, anda tak akan mengecewakannya karena anda layak meraih prestasi hidup yang lebih baik dan lebih terbentang,
Saudara Iwan, anda sudah menentukan sikap, sekarang anda harus tegar dan bertanggungjawab menghadapi risiko setiap keputusan yang Anda ambil. Semoga Allah memberi jalan keluar terbaik. Amin.
Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh