Istikharah Cinta

kasus 1:
Apakah Saya Harus Istikharah?

Assalamua’alaikum wr.wb
Bunda, saya seorang karyawan swasta umur 27 tahun, dan sekarang masih bingung memilih pasangan, saat ini saya mempunyai pasangan(yang disebut pacar), kami sudah berhubungan selama >1tahun, akan tetapi jarang bertemu (baru 2 kali bertemu), untuk komunikasi juga jarang dikarenakan di bekerja di daerah yang tidak ada sinyal untuk komunikasi lewat HP, akan tetapi skarang saya bertemu dengan seorang muslimah yang menurut saya taat beribadah dan sepertinya hati saya tertarik dengan wanita ini, sebenarnya saya bingung harus mengajukan pertanyaan yang bagaimana untuk Bunda, dikarenakan saya masih dalam keadaan bingung:1.dikarenakan saya sangat merasa nyaman bila berbicara dengan wanita yang ke 2 ini, anaknya juga sholeh, dan bisa mengerti keadaan saya.
Bunda saya harus bagaimana? Tetapi saya tidak ingin menyakiti hati kedua-duanya
Sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan terimakasih
Wassalamualaikum
MK

kasus 2:

Assalamu’alaikum wr wb

Ibu yang dirahmati Allah, ada beberapa pertanyaan seputar istikharah dan kemantapan hati:

1. bagaimana memastikan kemantapan setelah istikharah? Di buku istikharah cinta dikatakan: setelah ta’aruf, bisikan ‘kemantapan’ muncul dari bisikan syetan atau hawa nafsu manusia.
Apakah kemantapan itu datang dari Allah, atau kita sendiri yang harus mengikhtiarkannya?
Hal apa yang bisa membuat kita memutuskan untuk ‘lanjut’ tahapan demi tahapan dalam ta’aruf?

2.Misalnya dari hasil istikhoroh, kita merasa tidak mantap, ketemu ketidakpastian..tapi kita yakin harus diperjuangkan..Misal.kasus kita yakin sama calon, tapi kendala orgtua tidak setuju sama calon. Apa ttp harus dlanjutkan?

3. Dalam berdoa, kita perlu spesifik mnyebutkan permohonan atau tidak? Kalau terlalu spesifik, bukankah terkesan mendikte dan tidak percaya dg kuasa Allah?

4. bagaimana kalau misalnya..calon kita sudah kelihatan baik sgala2nya, tapi kita ada nggak sreg, ada feeling dia bukan orgyangtepat? Apakah itu hawa nafsu yan berasal dari syaithan?

5. tidak bolehkan seorang (calon) isteri mempunyai maisyah sendiri di dalam keluarga, meskipun suami sudah sangat mampu? Padahal sebabnya hany ingin membantu suami, meskipun hasilnya tidak sebanyak penghasilan (calon) suami?

6. benarkah jodoh dalam hal karakter itu sudah ditentukan oleh Allah? Misalnya orang yang pendiam, pasangannya agak bawel, dan sebaliknya. ataukah hanya kebetulan saja?

Terima kasih.

Catatan:

ada beberapa pertanyaan yang mirip

yang intinya kebingungan memilih calon (misal pertanyaan Sdr. Z)

mohon maaf  tidak semua pertanyaan tertampung.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Sdr MK dan Anisa yang sholih dan sholihah, memang tak mudah ya memilih calon pasangan. Apalagi jika pilihannya lebih dari satu; rasa-rasanya baiknya ada di keduanya jadi timbullah konflik. Dua hal yang mengandung kebaikan tetapi harus memilih salah satu, wajar jika menimbulkan kebingungan.
Sdr MK….oleh karena itu tentukanlah prioritas dalam mengkriteriakan calon. Jika keshalehan menjadi syarat utama, jangan pilih yang cantik tapi tidak atau kurang dalam keshalehan.Bagaimanapun Anda harus bervisi yang panjang, bukan sekedar kepuasan nafsu saja; karena kecantikan dan hal-hal yang duniawi bersifat tidak kekal. Nah saat ini Anda harus segera memutuskan ya, mana yang terbaik di antara yang baik untuk Anda, karena kondisi menggantung itu, di samping tak nyaman buat Anda juga tak menguntungkan buat sang gadis karena akan menutup peluangnya buat yang lain. Maka, perbanyaklah sholat istikhoroh, karena sholat istikhoroh akan memudahkan Anda mendapatkan pilihan terbaik menurut Allah. Sekali lagi dalam sholat istikharah kita minta ditunjukkan yang terbaik menurut Allah, bukan menurut kita.
Untuk lebih memantapkan hati, perbanyaklah data tentang calon Anda dan pergunakanlah data itu untuk menimbang-nimbang antara manfaat dan madharat. Yang perlu Anda sadari, tidak ada manusia yang sempurna, masing-masing pasti ada kekurangannya. Bila Anda tahu kekurangannya, Anda pertimbangkan mana yang kekurangannya paling bisa Anda toleransi.
Rasulullah saw sendiri membolehkan menikah dengan menetapkan kriteria. Berdasar hadist Rasul :
“Wanita itu dinikahi karena empat hal,karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya dank arena agamanya. Maka beruntunglah yang memilih wanita yang memiliki agama. (Kalau tidak begitu),maka berlumuran tanah kedua tanganmu (engkau tidak akan beruntung).”(HR Bukhari – Muslim)
Sesungguhnya, laki-laki boleh menikahi wanita berdasar empat hal yang menjadi stAndar yang dibolehkan tsb. Meskipun kemudian Rasulullah saw memesankan bahwa pilihan yang beruntung adalah pilihan yang didasarkan kepada agama.
Bila memang stAndar agama terpenuhi, lalu Allah mengaruniainya dengan ”bonus” yang lain, misalnya harta,kecantikan dan keturunan baik-baik, tentu itu nikmat dunia yang harus disyukuri dan dipertanggungjawabkan pengamalannya, kelak.
Tetapi, bila stAndar agama dinomor empatkan setelah stAndar-stAndar duniawi tersebut, tentu tidak aneh bila visi ibadah dan peningkatan derajat di mata Allah menjadi tak tersampaikan. Maka pAndai-pAndailah memilih jodoh dan menetapkan stAndar.
Satu catatan penting, hendaknya berlaku azas keadilan bagi masing-masing pribadi, maksudnya, sebelum menetapkan stAndar untuk orang lain, penuhi dulu stAndar untuk dirinya sendiri. Agar dalam rumah tangga nanti, suasananya tidak saling menuntut dan mendahulukan pemenuhan hak. Tapi lebih kepada suasana saling memberi dan menerima yang dilAndasi dengan cinta kasih.
Sdr MK & Annisa, ingatlah, kebahagiaan dunia, salah satunya ditentukan oleh pasangan yang shalih & shalihah. Maka jangan awali pernikahan Anda dengan keragu-raguan.

Pertanyaan untuk Sdri. Anisa:

1) Dalam kaitan dengan istikharah, maka pilihan pribadi mencoba disucikan. kemantapan yang muncul akan diberikan oleh Allah swt. Pilihlah dengan yakin dan bila Anda sudah yakin, bertawakkallah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah : ”Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah….” (AQ S Ali Imran 159)

2) Jika tidak mantap dan terkendala keluarga, instrospeksi dulu; barangkali ada komunikasi yang tidak lancar, lobi kurang kuat; rubahlah sikap. Jika diupayakan dengan berbagai cara masih mentok, mungkin saja dia bukan jodoh Anda.

3) Dalam berdo’a kita bisa menyebutkan nama, namun tidak mesti harus terpaku pada nama-nama tertentu, namun bisa juga kita minta dipilihkan oleh Allah yang terbaik di antara pilihan yang Ada.

4) perasaan ragu, kurang sreg setelah istikharah dilakukan, mungkin saja itu sebagai petunjuk oleh-Nya. Belum tentu dari syaithan. Berpikirlah matang dan jangan responsif, timbang segala sesuatunya dalam suasana yang kondusif.

5) Istri mempunyai penghasilan sendiri hukumnya mubah, jadi kalau ada rizki pada istri maka akan berpahala jika kemudian dishadaqahkan pada keluarganya.

6) Allah swt telah mengatur siapa yang terbaik bagi orang tertentu, mungkin karakternya dapat berlawanan namun ini tidak menjadi dasar bahwa karakter jodoh kita selalu berlawanan dengan karakter kita.

Saudaraku, demikian yang dapat saya sarankan, semoga Allah swt memberi petunjuk terbaik kepada Anda dalam masalah ini.

Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ibu Urba