Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya telah menikah selama 6 tahun. Dan alhamdulilah kami di karunia 2 anak dan beberapa tahun lalu alhamdulilah Allah memberi kamu sekeluarga rejeki yang berlimpah. Dan alhamdullilah Allah sekarang sedang memberikan cobaan pada kami mengenai rejeki tersebut dan berarti perekonomian kami sedang dalam krisis.
Dan apa lagi adik ipar saya yang pastinya merupakan bagian dari kehidupan saya mendapatkan penyakityangsangat memerlukan biaya. Walau penyakit tersebut akibat dirinya sendiri yang memakai narkoba.
Dan penyakit tersebut walau diobati semahal mungkin pastinya tidak akan sembuh dan malah akan semakin menjalar. Dan di samping itu mertua saya seorang janda dan perekonomiannya juga krisis.
Dan semenjak saya mendapatkan cobaan dari Allah saya sekarang ini tidak bisa memberi bantuan lebih ke mertua saya. Apalagi memberikan sesuatu ke pada kedua orang tua sayayangalhamdullilah orang tua saya masih diberi rejeki yag baik.
Tapi walaupun saya mendapat cobaan dari Allah alhamdullilah saya masih mencoba berusaha untuk tetap berinfak atau beramal ke masjid di sekitar rumahyangkebetulan sedang di bangun. Dan dari masjid sendiri menitipkan celengan untuk mempermudah masyarakat memberikan infak jadi setiap bulan di ambil uangyangada di celengan tersebut.
Dan beberapa hari lalu saya mencoba untuk memasukan uang ke celengan tersebut yang kebetulan beberapa bulan ini belum di ambil oleh pihak masjid dan kebetulan celengan tersebut memang ada pintunya jadi walau bisa masukan lewat celah tapi bisa juga lewat pintu tersebut. Dan saat itu yang saya pikir di dalam celengan tersebut telah cukup banyak uang ternyata tinggal beberapa ribu rupiah.
Sedangkan yang tahu pintu celengan tersebut hanya saya dan isteri. Anak-anak masih kecil, tidak mungkin di ambil karena posisinya di atas lemari. Dan salah kah saya mencurigai isteri saya atau pembantu saya. Dan sebenarnya saya lebih mencurigai isteri saya. Mungkin isteri saya merasa kasihan terhadap orang tua dan adiknya. Kebetulan perekonomian kami lagi bermasalah sehingga isteri saya terpaksa mengambil uang tersebut. Dan bagaimana kalau uang tersebut termakan oleh mertua saya atau termakan kami sekeluarga.
Sedangkan sebelumnya saya telah iklas untuk berinfak ke celengan tersebut. Dan bagai mana saya memberikan nasehat dengan tidak menyulut pertengkaran karna saya sendiri paling tidak suka kalau sudah bertengkar karena saya kawatir emosi saya muncul. Walau sebenarnyasaya punya prinsip semua itu milik Allah dan semuanya kembali ke Allah. Cuma bagaimanapun juga kalau isteri saya berbuat seperti itu walau untuk orang tuanya dan adiknyatanpa saya tahu, bukankah uang tersebut tidak berkah?
Dan apakah mungkin karena ketidakjujuran isteri saya tersebutAllah akhirnya memberikan cobaan materi ke pada kami sekeluarga?
Sebab pernah isteri saya memberikan hampir semua uangnya ke pada mertua saya dan adik saya yang memang membutuhkan tanpa sepengetahuan saya. Akhirnya setelah saya tanya dengan tekanan isteri saya mengaku lantaran merasa kasihan terhadap mereka. Saya pikir kalau memang kasihan, kenapa mesti semuanya dikasih dan bukannya kita juga membutuhkan. Apakah saya salah dengan perkataan tersebut? Sebab jujurnya memang sekarang ini kami membutuhkan.
Terimakasih bu atas jawabannya semoga ibu bisa menjawab secepatnya.
Assalammu’laikum wr. wb.
Bapak X yang dimuliakan Allah,
Saya ikut prihatin atas berbagai cobaan yang bapak terima saat ini, mulai dari kondisi perekonomian sampai permasalahan isteri dan keluarganya. Alhamdulillah di tengah kemelut yang bapak alami selalu ada niat untuk berbagi dengan yang lebih membutuhkan, semoga Allah meluaskan rizki bapak karenanya.
Di tengah kesempitan rizki tentu tidak terlalu mudah untuk rutin menyisihkan uang untuk beramal, karenanya dapat dipahami kekecewaan bapak terhadap orang yang telah mengambil uang amal yang sudah bapak sisihkan. Dan bapak benar betapa kita harus berhati-hati terhadap harta yang kita beri kekeluarga, jangan sampai keluarga kita menikmati harta yang bukan haknya.
Dan setiap perbuatan yang salah memang patut untuk mendapatkan hukuman, seperti orang yang mencuri punya hukuman yang sudah ditetapkan dalam hukum Islam. Namun coba ambil hikmah dari sahabat Rasul, ketika akan menghukum orang yang tertangkap basah mencuri. Sebelum dihukum dicari tahu dulu mengapa ia mencuri ketika diketahui bahwa ia orang termiskin di kampungnya dan sekelilingnya adalah orang yang sangat mampu maka pencuri itu tidak dihukum justru orang kaya yang tidak peduli padanyalah yang kemudian menerima hukuman.
Saran saya bapak dapat bersikap sebijak itu juga ketika mengetahui secara pasti pencuri uang tersebut. Jika memang itu adalah isteri maka pahamilah mengapa dia melakukannya.Jangan hanya memvonis perbuatan salahnya tapi bimbinglah dia keluar dari masalah yang dihadapinya.
Mungkinkah memang keluarganya sangat membutuhkan uang darinya? Coba diskusikan apa yang bisa dilakukan untuk membantu. Misalnya mungkin dapat menyisihkan juga sebagian rizki amal untuk keluarga isteri jika kebutuhan memang mendesak. lagipula beramal kepada keluarga terdekat seharusnya memang diprioritaskan sebelum melakukan keluar.
Jadi kesimpulannya bu, bimbinglah isteri jika memang berbuat khilaf dan bantulah ia mengatasi akar masalah yang membuatnya melakukan hal yang tak bapak sukai. Semoga dengan perhatian dan kebijaksanaan bapak maka isteri dapat meluruskan kembali jalannya yang salah.Wallahu’alambishshawab
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr Anita W