Assalamu’alaikum Mbak
saya dari Jakarta, umur 28 tahun dan menikah awal Februari 2007. Saya memiliki isteri (usianya 20 tahun)yang sekarang sedang mengandung 8 bulan lebih, kami mengontrak dekat rumah orangtua saya..
Masalah yang sedang saya hadapi ialah kenapa isteri saya itu orangnya egois sekali, kalau minta sesuatu harus dituruti..dan karena keegoisannya itu, beberapa kali saya harus mengorbankan pekerjaan saya dan teman-teman saya, bahkan saya diberhentikan dari pekerjaan saya yang lama karena keegoisan isteri saya juga..
Seringkali kami bertengkar, biasanya karena saya sudah tidak tahan dengan keegoisannya, . Setiap kali ia berbuat salah, ia tidak pernah mau mengakui kesalahannya, tetapi kalau saya yang membuat salah, saya harus cepat-cepat meminta maaf dan menerima caci makian dari dirinya, meskipun itu cuma kesalahan kecil..
Dan ada lagi kebiasaannya yang menurut saya tidak lazim, isteri saya itu perfeksionis sekali, contohnya ia tidak mau melihat lantai kotor oleh debu setitik pun (langsung dibersihkan dengan marah2), dan saya juga kalau sudah dirumah, tidak boleh keluar lagi kareana akan mengotori lantai yang telah dibersihkannya, ia suka marah-marah kalau ada bulu kaki saya yang rontok, atau saya tidak sengaja menyenggol barang-barang yang telah dirapihkannya, (padahal saya cuma ingin mengambil gelas tetapi tidak boleh), baju harus tersusun rapih, ketika masuk rumah kaki harus menjinjit dan langsung kekamar mandi, baru cuci kaki..setiap hari ia menyapu lantai dan mengepelnya, sampai para tetangga berkomentar koq tiap hari rumah di sapu dan di pel terus, seperti rumah sakit saja..
Saya sering melarangnya karena kasihan melihatnya kelelahan, tapi dia beralasan tidak betah kalau melihat ada yang kotor..ia selau membersihkan dan membenahi letak barang-barang yang notabene sudah rapi, dari pagi sampai sore!!
Dia juga sangat pencemburu mbak, dia sangat cemburu oleh mantan-mantan kekasih saya, sampai-sampai saya tidak boleh melewati jalan raya yang melewati rumah/kantor mantan saya, isteri saya cemburu bila saya dapat telpon dari perempuan atau dari yang tidak dikenal (saya seperti katak dalam tempurung mbak, tidak bisa menerima telpon dari nomor yang tidak saya simpan, padahal bidang usaha saya jasa entertainment/event organizer!!).
Sekarang saya yang lebih banyak mengalah (saya sudah capek bertengkar terus mbak..) tetapi yang sekarang saya rasakan, saya merasa tertekan menjalani hidup dengan isteri saya, saya seperti depresi, tidak memiliki semangat hidup lagi, saya sudah berusaha memberikan pengertian kepada isteri saya, tetapi karena sikapnya yang keras kepala, akhirnya saya yang banyak mengalah..saya sedih mbak, menjalani hidup seperti sekarang ini, saya kira dengan menikah saya bisa bahagia, ternyata saya merasa tertekan..
Tolong saya mbak, apa yang harus saya lakukan?
Sebelumnya terimakasih banyak ya mbak, atas responnya..
Wassalamu’alaikum
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Bapak SC,
Saya dapat memahami bagaimana Anda menjadi tertekan menghadapi keadaan isteri. Kalau boleh tahu, sejak kapan sifat isteri menjadi seperti yang Anda ceritakan? Apakah ada situasi yang mencetuskannya, misalnya setelah isteri menghadapi suatu stresor yang dirasa berat atau memang ini sudah kebiasaan sejak sebelum menikah? Kalau melihat usia isteri, maka ia memang masih tergolong muda. Ibu tidak mengidentikkan bahwa usia muda tidak matang, tetapi ada kasus-kasus memang pada usia seperti isteri Anda kadang-kadang maturitas berkeluarga belum terbentuk.
Sekali lagi ini tidak terjadi pada semua kasus. Nah, Ibu hendak mengajak Anda untuk berempati pada keadaan isteri yang sekarang hamil tua. Coba Bapak cari tahu dan bertanya pada isteri tentang perasaannya dengan kehamilannya, kadang-kadang ada isteri yang mengalami ketidaksiapan hamil, melahirkan, menjadi Ibu, sehingga menimbulkan efek marah-marah, sensitif seperti yang Anda ceritakan.
Bapak SC,
Peran baru membutuhkan persiapan, adaptasi, sehingga kalau belum siap maka akan menimbulkan stres bagi yang bersangkutan. Ibu menduga isteri Anda menghadapi gejala obsesif dan kompulsif tentang kebersihan; ini juga salah satu gangguan yang sering dialami oleh adanya stresor tertentu dalam hidup seseorang. Nampaknya isteri sudah melakukan hal yang repetitif, berulang dan sudah di luar batas kenormalan karena seperti ada ketakutan jika tidak melakukan.
Saya sarankan untuk banyak mendampingi isteri di hari-hari mendatang, bertanya tentang masalahnya, membantu secara teknis pekerjaan sehari-harinya, refreshing, dan sebagainya. Jika belum ada perubahan Anda dapat menghubungi ahli (psikolog) agar isteri dapat berkonsultasi dan sharing tentang masalah yang dirasakannya.
Bapak SC yang sholih,
Jangan merasa putus asa dan tertekan terus menerus. Semoga Anda mendapat pahala atas kesabaran Anda mendampingi isteri menghadapi peran barunya ini. Sekian saran Ibu, Sahhalallahulakum, semoga Allah swt memudahkan. Amin.
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu Urba