Assalamualaikum Wr. Wb
Ibu Anita, Saya adalah seorang wanita berumur 27 tahun telah menikah 4 tahun. Beda umur dengan suami saya 18 tahun. Suami tipe pria pekerja keras (workaholic). Dulu sebelum menikah saya hanya mengenal dia sekitar 4 bulan. Saya pikir menikah dengan orang yang umurnya lebih jauh, bisa lebih diemong. Tetapi nyatanya malah merasa susah berkomunikasi dengan dia. Sehingga kadang saya merasa lebih baik banyak diam saja.
Apa itu pengaruh dari u mur yang terlalu jauh atau mungkin karena saya hanya wanita yang berpendidikan hanya sampai sma? Karena kuliah hanya _+ 2 tahun sehingga kurang imbang. Mohon solusinya..Sekian terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Assalamualaikum wr. wb.
Memiliki pertautan usia yang sangat jauh (18 tahun) dengan suami mestinya tidak perlu menjadi masalah besar. Namun bila memang perbedaannya terlalu jauh, pastilah ada saja yang jadi masalah. Namun bukankah dalam perkawinan itu pasti ada perbedaan, dan tujuan perkawinan itu adalah untuk saling menyatukan perbedaan menjadi saling melengkapi satu sama lainnya?
Pada masalah ibu nampaknya ada beberapa perbedaan yang agaknya sedikit membuat komunikasi ibu dan suami menjadi kurang lancar. Di antaranya, suami yang sangat pekerja keras, hingga mungkin kurang memiliki waktu luang bersama. Mengingat anda baru menikah 4 tahun dan masa perkenalan yang terbilang singkat. hingga membuat ibu dan suami masih belum dapat memahami pribadi masing-masing.
Anda dan suami memang akan selalu membutuhkan waktu agar dapat saling mengenal dengan lebih baik lagi, hal yang sama akan dilakukan pasangan manapun dalam seumur hidup perkawinan mereka bu. Karena saling memahami pasangan adalah tugas yang harus selalu dilakukan suami isteri, agar dapat menyatukan perbedaan dan melewati masalah dalam sebuah perkawinan.
Nampaknya suami anda baru menikah ketika usianya sudah memasuki kepala empat, sedangkan anda sendiri masih tergolong sangat muda. Hal itu juga memungkinkan suami agak sulit untuk berbagi dengan orang lain karena terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri. Faktor pendidikan juga tentu cukup mempengaruhi komunikasi antara suami isteri. Suami yang bependidikan lebih tinggi mungkin akan merasa kurang nyaman berdiskusi dengan isteri, terutama untuk berbagi masalahnya dikantor. Karena dianggapnya sang isteri tidak akan bisa memberikan masukan dan saran baginya.
Tapi, menurut saya, segala perbedaan itu bukan masalah yang tidak bisa dicari solusinya, kuncinya tentu adalah memahami satu sama lain. Untuk mengimbangi suami dalam berdiskusi, mungkin bisa dilakukan dengan banyak membaca dan menonton berita di TV agar wawasan anda bertambah. Tidak ada salahnya anda mencoba membuka komunikasi dengan suami, cobalah berdiskusi tentang hal-hal ringan misalnya seputar topik yang tengah hangat dibicarakan, atau sekedar menanyakan bagaimana perasaannya hari ini di kantor, atau meminta pendapat suami tentang pendidikan anak.
Tidak perlu segan apalagi merasa rendah diri, ya bu, insya Allah suami maklum jika ada sedikit kekurangan dari ibu. Tetaplah berusaha berkomunikasi dengan suami, dengan berdiskusi dan bertukar pikiran meskipun ibulah nantinya yang lebih banyak bertanya pada suami. Rasa minder dan segan berbicara malah akan memperburuk pola komunikasi ibu dan suami. Karena yang penting bagi suami isteri adalah saling mengisi kekurangan masing masing. Karena di balik kelebihan suami pastilah memiliki kekurangan yang ibu bisa mengisinya, demikian sebaliknya hingga akhirnya bisa saling melengkapi. Wallahualam bishawab.
Wassalamualikum wr. wb.