Assalamualaikum ibu urba,
Semaga ibu dapat menjawab masalah yang saya hadapi ini.
Perkenalkan saya lola dan berumur 27 tahun. Ibu dan ayah saya baru saja bercerai setelah berumah tangga selama 30 tahun. Memang rumah tangga itu penuh pertengkaran dan jauh dari harmonis. Dipertahankan karena alasan kasihan sama anak. Padahal saya dan saudara-saudara saya tidak bahagia juga pada akhirnya. Ayah saya memang sering berkata kasar dan pelit. Tapi ibu saya berkata jujur kepada saya selain itu alasan lainya karena Ayah tidak bisa memberikan nafkah bathin dan memuaskan ibu saya meskipun bsa memberikan keturunan.
Ibu saya bertemu lagi dengan mantan pacarnya setelah 30 tahun berpisah. Saya curiga salah satu alasan ibu saya tiba-tiba berani mengajuka cerai karena termotivasi oleh mantan pacarnya ini.
Dengan jujur ibu saya mengatakan bahwa dia masih mencintai pacarnya ini dan tidak pernah mencintai ayah saya. Dan ibu ingin bersatu lagi dengan kekasihnya ini selain alasannya cinta juga karena ingin mendaptakan kepuasan dalam behubungan intim karena selama menikah dengan ayah saya tidak pernah mendapatkannya. Saya begitu kaget mendengar pengakuan ibu ini. Ibu saya usianya 52 tahun dan masih cantik. Berprofesi sebagai ustadzah dan guru ngaji. Tapi semenjak bertemu mantannya ini sikapnya berubah.
Ibu saya sering bertelepon mesra dan saling mengirimkan sms yang menjurus ke hal-hal intim. Saya sangat keberatan dengan hal ini, tapi ibu saya berdalih ini wajar bagi orang yang sedang jatuh cinta. Mereka berhubungan sembunyi-sembunyi dari istri dan anak laki-laki tersebut. Kadang laki-laki menelepon ibu saya jam 2 pagi untuk bermesraan. Saya sudah memperingatkan ibu untuk tidak melakukan hal ini, tapi ibu bilang ini Cinta dan cinta datangnya dari Allah. Benarkah cinta yang penuh gairah dan tega mengkhianati anak istri adalah cinta dari Allah?
Laki-laki ini bersedia menikahi ibu saya. Tapi tanpa sepengetahuan anak dan istrinya karena mereka pasti tidak setuju. Saya tidak setuju tapi mereka mengatakan bahwa ini adalah Cinta dan anugerah dari Allah dan dalam Islam diperbolehkan berpoligami. Laki-laki itu mengaku bahwa walau sudah menikah selama 30 tahun dengan istrinya dia juga tidak mencintai istrinya.
Ibu saya rajin tahajjudnya dan tidak pernah putus sholat sunnah dan dzikrnya. Sekarang pun dia semakin rajin beribadah karena menurutnya dengan terus berdoa kepada Allah, inshaAllah Allah akan mengabulkan permohonannya untuk bersatu dengan laki-laki itu. Tapi bagaimanapun juga saya tidak setuju dengan rencana pernikahan itu karena pasti akan menyakiti anak dan istri laki-laki tersebut.
Benarkan yang ibu saya alami itu cinta dari Allah atau hanya nafsu belaka? Apakah yang ibu saya lakukan adalah perbuatan mulia atau dia sedang diuji oleh Allah? Saya tidak ingin ibu saya terjerumus zinah dan terus mengikuti rayuan laki-laki tersebut. Sulit bagi saya untuk berbakti kepada ibu sekarang karena dia sudah berubah. Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus diam saja karena takut durhaka kalau harus bertengkar dengan ibu karena saya melarang ibu untuk melanjutkan hubungannya dengan laki-laki itu?
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Sdr Lola yang sholihah, ibu dapat mengerti kegundahan yang engkau rasakan. Tentu tidak nyaman mendapati ibu yang selama ini menjadi uswah bagi anak-anaknya, ikhlas mendidik anda, menjadi panutan umat karena beliau adalah ustadzah dan guru ngaji, dan selama 30 tahun sabar menjadi pendamping ayah yang tak bisa memberinya cinta, menjalin ikatan dengan kekasihnya tanpa legalitas hubungan yang sesuai dengan syariatNya.
Sdr Lola, sebagai sama-sama perempuan dewasa, anda tentu mengerti apa yang sedang ibu anda alami. Mestinya, ia juga gundah sebagaimana anda. Nila-nilai yang diyakininya selama ini mendadak harus ia tinggalkan karena ia ingin merasakan sebagaimana perempuan yang lain, yaitu dicintai dan mencintai.
Berlakulah sebagai sahabatnya Sdr Lola, agar ia bisa bercerita dengan lega dan anda bisa memberinya masukan tanpa menggurui. Bila sedari awal anda memperlakukan beliau sebagai ibu yang tidak layak diberi bakti, tentu ibu akan semakin menjauh dengan anda, akan semakin memperturutkan keinginannya dan anda hanya diam tanpa bisa mempengaruhinya. Apakah anda tega membiarkan ibu anda ‘masuk dan terperosok ke dalam lubang” tanpa anda sendiri membantunya untuk keluar dari masalahnya.
Saat ini, ibu lebih membutuhkan anda sebagai teman curhat yang enak diajak berbagi dibanding musuh yang selalu mencela tindakannya.
Bersabarlah, karena kesabaran adalah kebutuhan utama di dalam dakwah. Meski isi hati anda tak sepakat dengan tindakan ibu, semisal saling telpon dan berbicara dengan nada intim, anda tetap harus melakukan langkah konkrit agar ibu anda tak semakin jauh melangkah tanpa anda dampingi.
Sdr lola, ajaklah ibu bicara dari hati ke hati. Ibu yakin, kebeningan hatinya masih akan menangkap kebaikan maksud anda. Yakinkanlah, bahwa pernikahannya, tanpa sepengetahuan anak dan istri pertama kekasihnya, tak akan menghasilkan sakinah sebagaimana beliau dambakan saat ini. Bila sesuatu diawali dengan kebohongan, termasuk poligaminya itu, buahnya tak akan jauh dari kepahitan. Ajaklah beliau berfikir panjang. Jangan sampai seperti kata pepatah, keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. Maka anda harus merebut hatinya dengan cara meningkatkan bakti anda kepadanya, agar ibu anda tahu, anda lebih layak dipercaya dan lebih berharga dibanding kekasihnya.
Bila perlu, temuilah kekasih ibu anda dan ajaklah ia musyawarah, bersama saudara-saudara anda. Katakanlah bahwa anda menginginkan yang terbaik untuk ibu anda. Maka biarkan ia merencanakan masa depan tanpa ada salah satu fihak yang terdzolimi.
Tetap jaga hubungan baik dengan Allah, bila ibu anda rajin tahajjud, berdzikir dan berdoa, anda pun mestinya melakukan hal yang jauh lebih baik dan banyak, karena kebaikan yang anda minta adalah kebaikan bagi semua.
Salam dari ibu…
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba