Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamualaykum warahmatullahi wabarakaatuh
Bu Urba, saya lelaki 27 tahun, bekerja sebagai dosen dan sedang menjalani hubungan dengan wanita berusia 24 tahun (karyawati bumn). Saya baru mengenalnya beberapa bulan lewat kontak jodoh di surat kabar. Beberapa bulan sebelum itu saya pernah mengajak menikah teman wanita yang kriterianya sesuai menurut syar’i namun ditolak. Dua tahun lalu saya juga pernah diajak menikah oleh teman wanita yang secara aqidah sangat baik, namun saya tolak dengan alasan belum bekerja. Berawal dari itu, saya mencoba kemungkinan lain berkenalan dengan gadis, yakni lewat kontak jodoh.
Dari awal memang ada keraguan karena saya sama sekali tidak tahu latar belakangnya. Tapi anehnya kita cepat sekali akrab, seolah-olah pernah lama berteman. Kekurangan yang mendasar yakni dia mengenal Islam hanya sebatas agama, bukan sebagai pilihan hidup. Ini membuat pengetahuannya tentang fikih dan aqidah sangat terbatas. Terus terang saya khawatir dengan hal ini (meski sebenarnya dia telah sholat dan puasa). Dia juga sering cerita keinginannya menjadi wanita karir yang mengenakan rok dan blazer. Kemudian menjadi agak shock waktu dia mengaku bahwa ibunya seorang kristen…
Jujur saya enggan meninggalkan dia. Saya ingin mengajaknya lebih mencintai dan mengamalkan ajaran Islam yang selama ini saya anut. Di awal perkenalan, saya memang telah jelaskan visi dan misi dalam membina hubungan yakni semata-mata untuk ibadah dan mencari ridho Allah SWT. Namun dalam prosesnya beberapa kali dia melakukan hal-hal hina seperti memeluk dan mencium kening saya. Satu dua kali saya biarkan, namun akhirnya dengan tegas saya bilang bahwa ini bukan pola hubungan yang saya inginkan. Sejak itu dia terlihat hati-hati dengan tindakannya.
Bu, langkah apa yang harus saya ambil untuk mengajak dia lebih mengenal dan mencintai Islam? (dalam rangka persiapan menuju rumah tangga). Saya juga khawatir dengan ibunya yang beda iman (beliau sangat sayang pada anak gadis satu-satunya tersebut).
Terima kasih atas bantuannya, semoga Anda selalu berada dalam naungan cahaya Illahi Robbi.
Wassalamualaykum warahmatullahi wabarakaatuh
Joko Mahbub
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Sdr Joko yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, Membaca surat Anda, tampak bahwa Anda adalah pemuda yang dekat dengan dien, berusaha mencintai Allah di atas segalanya dan mencoba untuk mencari ridhoNya dalam setiap detak hidup Anda. Semoga Anda tetap berkomitmen dengan INI.
Sdr Joko yang dirahmati Allah,
kepercayaan umat Islam kepada takdir, mestinya menuntun untuk selalu berprasangka baik kepada Allah. Apapun yang terjadi antara Anda dengan wanita-wanita sebelumnya, semua adalah sudah diatur-Nya, maka kegagalan Anda menjalani proses sebelumnya harus diletakkan dalam kerangka itu. Dalam memilih calon istri, Islam telah mengatur sesuai hadits Rasul saw , “ Wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena kecantikannya, karena keturunannya, karena hartanya, atau karena agamanya. Tetapi pilihlah yang beragama, agar selamatlah dirimu.” (HR Bukhari dan Muslim),
Kegagalan Anda, tak semestinya membuat Anda gamang dan trauma untuk memilih wanita yangs sesuai dengan kriteria tersebut.
Istri adalah penenang bagi suaminya, tempat menyemaikan benihnya, sekutu hidupnya, pengatur rumah tangganya, ibu dari anak-anaknya, tempat menumpahkan rahasianya, tempat mengadukan problemanya, guru di rumahnya, menteri dalam negeri yang menutupi dan memperbaiki aibnya. Bila istri yang Anda pilih tak faham agama, akan banyak pekerjaan yang harus Anda lakukan dibanding bila Anda memilih istri yang memahami dan mencintai agamanya sebagaimana Anda sedang upayakan saat ini.
Idealnya dalam rumah tangga, satu ditambah satu tidak menjadi dua, tetapi bisa berlipat gAnda karena potensi Anda yang satu ditambah potensi istri Anda yang satu akan menghasilkan sepuluh potensi kebaikan, dan begitu juga dalam banyak hal yang lain. Oleh karena itu Sdr Joko, ibu sarankan agar Anda melakukan istikhoroh yang mantap dan terus menerus. Mengadu dan mengeluhlah hanya kepadaNya. Mintalah agar Allah membantu Anda untuk memantapkan hati dan meletakkan cinta di tempat yang tepat. Bukankah Allah yang menguasai hati dan mampu membolak-balikkannya?
Menilik pekerjaan dan kemudaan Anda, masa depan Anda masih sangat panjang dan Anda bisa upayakan masa depan yang cerah untuk Anda. Anda berhak untuk mendapatkan wanita yang terbaik, yang tidak hanya akan Anda jadikan pacar, tetapi akan bersama Anda di sepanjang hayat untuk mendidik putra-putri Anda. Maka pertimbangkan ulang pilihan Anda. Anda pasti masih ingat bukankah dosa adalah sesuatu yang meragu-ragukan dalam hati dan Anda malu bila orang lain melihatnya? Maka, saat dia memeluk Anda dan mencium kening Anda, ada sebagian hati Anda yang berontak, meski juga ada sebagian yang lain mungkin membiarkan atau menikmatinya. Bila Anda mentaati kata-kata hati, setan tak akan berkuasa mengajak Anda. Dengarlah kata hati dan bersikaplah dengan bijak.
Sdr Joko, Anda sudah dewasa, pilihan tetap hak Anda. Bila Anda akhirnya memilih gadis ini, maka Anda harus bekerja keras, mengajaknya pada jalan kebaikan, mentarbiyah (membimbing)nya, mengenalkannya pada komunitas kebaikan, memperbaiki penampilannya dengan menutup auratnya, bersabar untuk hidayahnya, tanpa Anda sendiri terpengaruh dan melanggar syariat dengan berkhalwat atau bersendirian dengannya atau bahkan bersentuhan fisik, karena Anda tahu, itu tak akan mendatangkan ridho Allah.
Adapun bila ibunya berbeda agama, sesungguhnya itu tak akan berpengaruh banyak bila Anda lebih kuat mempengaruhinya untuk berubah. Karena hidayah itu hanya hak Allah. Tetap jaga hubungan baik dengan Allah, agar Dia membeningkan hati Anda dan menjaga Anda dalam mengambil keputusan paling tepat. Teriring do’a untuk Anda.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba