Assallamualaikum wr. wb.
Mbak. Anita,
Saya berharap sekali mbak berkenan menjawab dan memberikan pendapat tentang masalah ini.
Mbak, saya dan suami (duda anak 3) sudah menikah 5 tahun yang lalu, dan mempunyai anak usia 3,5 tahun. Masalahnya hubungan suami sebagai ayah dari 3 anak sebelumnya sama sekali tidak pernah berkomunikasi, tidak menafkahi dan tidak peduli keadaan anak-anak karena dulu sewaktu kedua orang tuanya bercerai anak-anaknya mengirimkan surat kepada ayahnya bahwa mereka sudah tidak mau mengakui ayahnya lagi.
Sungguh bu, saat ini saya terus berusaha membujuk suami untuk membuka komunikasi terhadap anak-anaknya tapi sepertinya suami enggan sekali bahkan dia mengatakan saya tidak perlu ikut campur urusan masa lalunya.
Mbak, biar bagaimanapun suami adalah ayah, dan anak perempuannya akan menikah membutuhkan wali yang sebenarnya. Baik anaknya maupun ayahnya sama sekali berkeras dengan pendiriannya masing-masing. Bahkan anak-anaknya begitu mendengar nama ayahnya langsung marah.
Sementara keluarga kedua belah pihak mantan suami/isteri tidak ada upaya mendamaikan hubungan ayah dan anak. Saya sebagai isteri saat ini tidak mampu berbuat banyak karena khawatir anak-anaknya malah bertambah benci kepada kami. Saya hanya ingin kelak anak saya dan kakak-kakaknya bisa berdamai dan saling mengetahui serta membutuhkan dan terutama suami bisa menunaikan kewajiban sebagai ayah sebelum terlambat.
Mohon masukannya apa yang sebaiknya kami lakukan dan bagaimana hukumnya tindakan suami terhadap anaknya dan anak terhadap ayahnya.
Wassallamualaikum wr. wb.
Assalammu’alaikum wr. wb.
Ibu Azizah yang soleha,
Subhanallah betapa besar kepedulian anda kepada anak-anak dari suami anda, meski mereka sendiri nampaknya tidak peduli. Bersyukurlah seharusnya anak-anak itu memiliki ibu tiri yang peduli akan masa depan mereka. Saya memahami, sebagai isteri tentu ibu menginginkan suami jangan sampai salah dalam langkahnya dan menjadi salah satu kewajiban moral seorang isteri memang untuk senantiasa mengingatkan suami tercintanya.
Namun nampaknya hubungan yang pernah terjadi antara suami anda dan anak-anaknya memang meninggalkan trauma yang cukup berbekas, sehingga anak-anak itu sampai tidak mau mengakui keberadaan bapaknya. Pasti tidak mudah juga untuk suami anda menghadapi kenyataan anak-anak darah dagingnya sampai menolak keberadaannya, entah kesalahan apa yang telah dilakukannya.
Memahami kondisi demikian, nampaknya memang akan dibutuhkan kesabaran dan waktu untuk masing-masing pihak dapat menghilangkan rasa traumanya dan mulai membuka hati untuk menjalin kembali hubungan mereka yang terputus. Oleh karena itu bu janganlah memaksa bahwa kesadaran tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat. Paksaan ibu kepada suami, saya khawatir justru merusak hubungan ibu dengannya.
Saran saya lakukanlah secara perlahan, berilah waktu bagi semua pihak untuk terbuka hatinya. Nampaknya anak-anak tiri tidak tinggal bersama ibu ya? Jika demikian maka berusahalah untuk selalu menjalin hubungan dengan mereka. Tunjukkan kepedulian meski hanya sesuatu yang sederhana seperti mengirim kartu lebaran atau selamat atas prestasi atau ketika mereka merayakan hari kelahirannya. Mungkin awalnya mereka tidak akan peduli namun perhatian dan kebaikan yang terus dilakukan biasanya kan memercikkan cahaya juga ke dalam hati yang tertutup.
Dan karena ibu tidak tinggal bersama anak-anak tiri maka sementara ini fokus ibu berikan kepada suami dahulu. Masukkanlah sudut pandang agama tentang tanggung jawab orang tua kepada anak secara halus kepada suami. Dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari menaruh buku yang dapat dilihatnya, artikel ataupun menghadiri pengajian. Bahkan sesekali berkunjung ke rumah ustadz atau mengundang untuk pengajian di rumah sambil menyelipkan materi tersebut.
Ibu benar meski suami sudah bercerai dari isteri sebelumnya namun dia masih tetap bertanggung jawab atas nasib anak-anaknya. Semoga dengan doa yang ibu panjatkan dan usaha yang baik maka Allah bukakan pintu hidayah untuk suami ibu serta anak-anaknya. Kepedulian ibu kepada anak -anak tiri semoga menjadi jalan kebaikan yang Allah limpahkan juga kepada anak ibu sendiri. Amin.Wallahu ‘alambishshswab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.