Harus Pilih Siapa?

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Ibu Rr. Anita yang terhormat, saya adalah seorang isteri bekerja yang mempunyai suami yang tidak tetap pekerjaannya bahkan kadang pengangguran statusnya. Sudah 7 tahun saya mengalami hal seperti ini. Otomatis seluruh kebutuhan rumah tangga saya yang tutupi. Kedua orang tua saya tidak suka sama suami saya, kadang suka menyuruh saya untuk segera cerai. Saya punya anak 1.

Memang ada kebiasaan jelek dari suami saya, walaupun dia pengangguran, tapi gengsi dia begitu tinggi, cara bicara selalu tinggi dan tidak sesuai dengan kenyataannya (saya sudah coba ingatkan dia, untuk hal ini) dan suka pinjam uang tanpa sepengetahuan saya, sampai saat pembayaran tetap saya yang harus bertanggung jawab atas utangnya (saya capek & jengkel untuk hal), artinya kadang dia suka menyenangkan diri saya untuk sesaat, walaupun suatu saat saya juga yang harus bertanggungjawab atas perbuatannya.

Tapi suami saya juga ada kelebihannya, dia sayang banget sama anaknya, dia dekat sekali dengan anak kami. Dia selalu mengajak anak saya untuk tidak lupa sholat yang 5 waktu. Yang jadi pertanyaan saya, saat ini saya sudah dipisahkan dari suami saya oleh ayah saya. Kebetulan saya sekarang tinggal di rumah orang tua saya untuk keperluan melahirkan, tapi begitu sampai di rumah ortu, suami saya berlaku tidak sopan sama ayah saya sehingga beliau diusir dari rumah dan diancam untuk tidak boleh kembali ke rumah orang tua saya lagi. Saking emosi, ayah saya bilang, kalau saya sudah jadi tanggung jawab ayah saya lagi. Dan ayah saya sudah menelpon ibu mertua saya, bahwa kalau saya sudah melahirkan nanti, semuanya akan dibereskan (dalam arti: perceraian akan segera diurus).

Sebenarnya ini sudah kali ke-2, bahkan yang pertama (terjadi tahun 2004, saya sudah sampai ke pengadilan). Saya bingung bu harus pilih siapa. Saya coba shalat istikhoroh bu, agar saya diberi petunjuk oleh-NYA. Tapi saya juga minta pendapat ibu, saya harus bagaimana dalam menyikapi masalah ini, apalagi saya sedang menunggu detik-detik kelahiran anak saya yang kedua.

Assalamualaikum wr.wb

Menanti hari-hari menjelang kelahiran buah hati dengan masalah yang cukup pelik, pastilah membuat penantian menjelang persalinan terasa berat. pastilah terbayang sedihnya melahirkan tanpa suami tercinta disisi yang memberi semangat dan mengadzani sikecil seketika ia lahir kedunia nanti.

Suami memang seharusnya menjadi pemimpin yang bertanggung jawab penuh terhadap keluarganya di antaranya dengan memberi kenyamanan dan kesejahteraan lahir batin kepada anak isterinya. Sayangnya kewajiban itu tidak sepenuhnya dilaksanakan suami. Bahkan tidak jarang beliau justru memberi segudang masalah pada anda, dengan kebiasaannya yang suka berhutang.

Tidak heran jika orangtua anda merasa harus turun tangan karena tidak terima bila anda sebagai anak yang disayanginya diperlakukan demikian. Bahkan pada puncak pertikaian suami dengan orangtua, ayah menyuruh anda segera bercerai dengan suami, setelah anda melahirkan anak kedua nanti.

Memang sebagai isteri dan seorang anak, anda memang mengalami dilemma yang cukup memusingkan. Disisi lain anda tentu tidak ingin kehilangan suami dan ayah bagi anak-anak, namun juga tidak ingin terus menerus terlilit masalah yang disebabkan suami yang nyatanya kurang bertanggung jawab. Disisi lain anda tidak ingin melukai perasaan orangtua yang pastinya turut sedih dengan keadaan keluarga anak perempuan yang disayanginya. Apalagi mengingat ketidak harmonisan dua pihak yang sama-sama anda cintai yang nampaknya juga sulit untuk mencari titik temu di antara keduanya.

Ada baiknya memang diusahakan untuk mengadakan pertemuan antara keduanya dengan duduk bersama bila suasana sudah lebih tenang. Keputusan cerai yang dipaksakan ayah anda sangat mungkin hanya bersifat emosional. Jadi, bila masing-masing pihak sudah bisa berpikir positif akan lebih bisa memutuskan sesuatu yang lebih baik bagi semua pihak.

Cobalah saling mengungkapkan keinginan dan harapan masing-masing, serta mempertimbangkan segala maslahat dan mudharat yang akan diakibatkan dari keputusan yang akan diambil kelak. Insya Allah bila segala keputusan disandarkan pada hal tersebut maka akan memberi hasil yang memuaskan bagi anda, suami dan orangtua. Semoga anda dapat melewati persalinan dengan selamat dan tidak harus memilih pilihan yang bagai buah simalakama bagi anda. Wallahualam bishawab

Wassalamualaikum wr.wb