Assalamu`alaikum wrwb.
Ibu Anita yang dirahmati Allah..
Saya adalah seorang ibu dari seorang putri berusia 8 tahun, pernikahan kami saat ini telah memasuki tahun ke 12. Sepanjang usia pernikahan kami, Alhamdulillah, suami dan saya, dipandang orang sebagai pasangan yang harmonis. Suami sangat romantis, care, dan lemah lembut kepada saya dan putri semata wayang kami. Subhanallah.
Sampai pada suatu ketika, tahun 2005 lalu, suami mendapat promosi kenaikan pangkat sebagai kepala cabang di kota lain. Dan karena jarak kota tersebut hanyalah 1, 5 jam perjalanan dari tempat tinggal kami, maka suami memutuskan untuk tidak mengajak keluarga pindah, apalagi saat itu saya masih bekerja.
Keadaan itu berjalan seperti biasa dan sebagai isteri saya sama sekali tidak pernah berprasangka buruk terhadap suami, saya percaya sepenuhnya. Tetapi entah mengapa sejak beberapa bulan kemudian, suami selalu marah jika tanpa sengaja saya menyentuh hp miliknya. Hal itu membuat saya bertanya-bertanya dan sangat penasaran.
Suatu malam, diam-diam saya lihat hp-nya. Astaghfirullahalladzim, semua memori sms datang dari seorang gadis yang dikenal suami di gerai sebuah operator selular di kota tempat dinasnya.
Saya sms gadis itu, dengan bahasa yang santun, menjelaskan kondisi suami saya yang bukan lagi seorang perjaka. Dan ternyata dia mengaku bahwa semua dia ketahui dan hubungannya dengan suami saya adalah hanya sebuah silaturahim antar sesama muslim saja, bahkan dia menasehati saya untuk tidak berburuk sangka terhadap dirinya.
Sejak sms itu, suami marah besar kepada saya. Dan mulailah pertengkaran demi pertengkaran dalam keluarga kecil kami. Saya sungguh tertekan. Suami dan gadis itu seolah tidak merasa bersalah. Ternyata hubungan keduanya sudah sangat diketahui oleh seluruh karyawan di kantor suami.
Mereka sering pulang berdua, kebetulan gadis itu tinggal di kota yang sama. Berita suami saya membelikan hp untuk gadis itu begitu santer saya dengar, tapi itu disangkal. Saya marah, malu, dan kecewa.
Bermalam-malam saya habiskan waktu menangis di atas sajadah dan memohon ampun atas segala dosa yang pernah saya perbuat. Keadaan itu berlangsung terus padahal suami sudah berjanji untuk meninggalkan gadis itu dan kembali pada kami.
Pada hari ulangtahun perkawinan kami, saya yang saat itu berusaha untuk memperbaiki keadaan sekali lagi menghadapi kenyataan yang sulit saya terima hingga kini.
Saya temukan berlembar-berlembar foto diri gadis itu beserta buku-buku agama yang di dalamnya penuh berisi tulisan dan kata-kata cinta untuk suami saya, juga dus hp beserta charger yang diakui hanya titipan dari gadis itu. Saat itu suami bersimpuh memohon maaf sambil menangis menyesali semuanya. Saya tidak tahu harus bagaimana. Saya hubungi gadis itu untuk bertemu hanya berdua saja di Masjid Agung dikota kami.
Tepat hari pertama bulan Ramadhan lalu. Yg mana saat itu si gadis mengaku sudah tidak pernah lagi berhubungan dengan suami saya. Dan dia sudah pindah kota. Hal itu saya lakukan karena berharap sebagai seorang muslimah yang berhijab rapat seperti dia mau menghormati sebuah kejujuran dan niat baik saya untuk mengakhiri semua dengan sangat santun.
Dalam pertemuan itu dia, sekali lagi berjanji pada saya untuk tidak akan pernah lagi hadir di antara keluarga kami. Saya mencoba pegang janjinya saat itu, dan masih berharap dia sadar atas kesalahannya.
Akhir tahun2006, suami mendapat promosi kenaikan jabatan lagi di luar jawa. Saya dan suami berharap kami dapat memulai semuanya lagi dari nol. Bagi saya pribadi, kepindahan kami adalah sebuah jalan yang Allah berikan kepada kami sebagai jawaban atas doa-doa yang saya panjatkan selama ini. Inilah yang terbaik.
Entah mengapa, di kota yang baru ini, saya merasa hidup saya selalu dibayangi oleh gadis itu. Dan sekali lagi, saya temukan pakaian, yang diakui oleh suami saya, milik gadis itu. Bisa ibu bayangkan, betapa hancur hati saya. Saya merasa dipermainkan oleh suami dan gadis itu.
Saya seperti tidak lagi mengenal suami saya. Meskipun saat ini dia mencoba untuk memperbaiki hubungan kami dengan beragam cara. Saya masih saja dihantui oleh gadis itu, dan dikejar rasa bersalah karena gadis itu mengatakan bahwa apa yang dia dan suami saya rasakan adalah karunia Allah.
Jika benar, apa yang mereka berdua rasakan itu adalah karunia Allah. Bukankah sebuah dosa yang besar dengan memisahkan mereka?
Lalu, bagaimana dengan saya? Apakah sebuah dosa, jika saya bermaksud untuk mengembalikan keutuhan rumah tangga kami dan tidak menginginkan siapapun di antara kami membagi jiwa dan raga untuk orang lain?
Saya mohon, bantu saya Bu. Saya sangat tertekan perasaan takut berdosa, bercampur aduk dengan kemarahan, kekecewaan dan ketidakpercayaan pada suami juga diri sendiri karena tidak mampu menjaga hati suami.
Mohon bantu saya Bu… Semoga Allah bukakan pintu maaf dan berikan rahmat-Nya bagi kita semua.
Wassalamu`alaikum wrwb.
Assalamualaikum wr.wb
Ummi yang disayangi Allah
Saya turut merasa prihatin dengan kegundahan yang ibu rasakan sekarang. Menghadapi kenyataan suami ternyata sanggup mendua hati setelah 12 tahun usia pernikahan yang begitu indah dan penuh kebahagiaan dengan sosok suami yang begitu penyayang dan penuh kasih.
Tentunya ibu sangat shock dan tidak menyangka suami tega berbuat demikian apalagi diketahui sang gadis idaman lain suami adalah juga seorang muslimah berhijab hingga nampaknya sulit untuk mempercayai keduanya mampu melakukan hal yang menyakiti perasaan ibu.
Ibu yang shalihat, memang terkadang Allah menguji hamba-Nya dengan permasalahan yang tampaknya sangat berat dilalui, namun pastilah ibu dapat banyak mengambil hikmah dari musibah yang pernah ibu alami dengan menghadapi kenyataan bahwa suami tercinta pernah menghianati cinta ibu.
Sebagai manusia tentunya kita tidak akan pernah luput dari kekhilafan seperti yang dilakukan suami ibu yang pernah tergoda dengan seorang gadis. Meskipun berat saya katakan hal tersebut sangatlah manusiawi, begitu juga dengan ibu yang tidak menerima suami memiliki hubungan istimewa dengan wanita lain selain isterinya.
Kini ibu merasa dikejar dosa dengan memisahkan mereka, karena alasan yang pernah dikemukakan gadis itu bahwa apa yang dia dan suami ibu rasakan itu adalah karunia Allah. Saya rasa alasan itu tidak benar bu, apa yang dikemukakan gadis itu hanyalah alasan untuk melegitimasi atau dijadikan pembenaran terhadap perilakunya yang diam-diam menjalin hubungan dengan suami ibu.
Padahal hubungan semacam itu, tidak dibenarkan oleh agama, karenanya telah menimbulkan fitnah dan menyakiti banyak pihak. Justru ibulah yang lebih berhak untuk mengembalikan keutuhan keluarga yang yang hampir goyah. Untunglah suami dapat segera menyadari kekhilafannya dan mencoba memperbaiki kesalahannya.
Saya dapat memahami kekhawatiran ibu yang kini masih dihantui kehadiran gadis itu di tengah-tengah keluarga ibu. Pastinya ada rasa kecewa dan kemarahan yang masih tersisa dihati ibu ditambah lagi rasa percaya yang seolah hilang begitu saja kepada suami. Hal itu justru akan membuat ibu menjadi tersiksa dengan rasa was-was dan pikiran-pikiran buruk.
Karenanya berusahalah memaafkan dengan tulus dan berprasangka baik pada suami, serta memberi kesempatan padanya untuk membuktikan niat baiknya untuk memperbaiki kesalahannya..
Selain itu jangan mengungkit kesalahan yang pernah dilakukannya, ingatlah saja kebaikan-kebaikannya selama 12 tahun anda menikah yang pastinya lebih banyak dilakukannya dibandingkan kesalahannya. Karena hal itu membuat ibu sulit untuk ikhlas memaafkan suami sekaligus menorehkan luka lama dihati ibu.
Pasrahkan hanya kepada Allah saja yang Maha Menjaga hati dan pikiran suami ibu, karena suami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama apabila ia hanya takut kepada-Nya saja kan?
Jangan merasa bersalah dengan musibah yang terjadi, bukankah semuanya terjadi atas izinNya? Semuanya adalah skenario Allah untuk menunjukan rasa sayang-Nya pada ibu sekaligus menguji cinta ibu pada-Nya. Apakah cinta ibu pada suami dapat mengalahkan cinta ibu pada Allah? Padahal Allah itu Maha Pencemburu lho bu, bila manusia saja begitu marah bila merasa cemburu, apalagi Sang Maha Kasih yang tengah cemburu.
Karenanya ibu, ikhlaskan segalanya pada Allah saja, yang terpenting kita sebagai hamba berusahalah menjalani peran kita sebaik-baiknya menjadi isteri yang shalihat serta ibu yang baik mendidik anak yang merupakan amanah terbesarNya. Insya Allah anda akan merasa lebih ringan menjalani kehidupan yang akan datang. Semoga ibu dapat melalui semuanya dengan kesabaran.
Wallahuallam bishawab
Wassalaamu’alaikum wr wb