Dunia Menjadi Sempit

Ass. wr. wb.

Saya seorang ibu rumah tangga yang pernah sempat bekerja hampir dua tahun yang lalu tapi sampai sekarang masih menyesali keputusan untuk berhenti bekerja tersebut sehingga saya menjadi amat sangat minder dengan dunia luar. Saya juga merasa menjadi orang yang tidak berguna bagi keluarga kecil saya maupun orang tua saya, bahkan sampai detik ini ibu saya masih tidak pernah mau mengakui uang yang saya berikan untuknya adalah uang saya meskipun itu adalah jatah uang yang diberikan dari suami saya.

Beliau selalu hanya berterima kasih pada suami saya saja, bahkan cenderung memojokkan saya dengan obrolan mengenai kehebatan saudara-saudara saya yang bekerja. Bahkan beliau tidak pernah menanyakan kabar saya dan anak saya yang saya besarkan tanpa bantuan orang tua saya sedikitpun.

Hal itu menyebabkan saya menyesal dan cenderung ingin mati rasanya karana saya begitu bodoh. Saya jadi malas bertemu orang yang berasal dari masa lalu saya, saya juga malas bergaul dengan ibu-ibu di lingkungan saya karena mereka suka menggosip dan saling menyombongkan diri.

Sekarang setiap hari pekerjaan saya hanya memasak, mengurus anak, dan menekuni hobi saya menjahit yang tidak menghasilkan apa-apa bahkan cenderung menghabiskan uang. Apa yang harus saya lakukan? Atau pola pikir seperti apa yang dapat merubah apa yang saya rasakan sekarang? Dan bagaimana caranya untuk membangkitkan gairah hidup saya agar suami dan anak saya merasakan kasih dan sayang saya yang tulus bukan yang timbul karena terpaksa? Terima kasih sebelumnya ibu mau membaca curhat saya ini.

Assalammu’alikum wr. wb.

Ibu TN yang penyabar,

Nampaknya ibu merasa tidak puas dan tidak bahagia dengan kehidupan yang ibu alami saat ini. Dan kelihatannya hal tersebut disebabkan karena ibu tidak dapat menikmati kehidupan yang ibu jalani sekarang dibandingkan kehidupan wanita yang bekerja. Perasaan tidak puas yang ibu rasakan tersebut tentu berpengaruh juga dalam ibu menjalani peran sebagai ibu dalam rumah tangga.

Penelitian membuktikan bahwa wanita yang paling tidak bahagia dan wanita yang tidak bahagianya berdampak paling besar pada anaknya, adalah wanita yang sebenarnya ingin bekerja tetapi terpaksa tinggal di rumah (Susan Chira,1998). Mengapa demikian? Karena depresi dari rasa tertekan ibu yang "terpaksa" harus di rumah membuat anak merasa tidak nyaman berdekatan dengan ibunya.

Namun inti permasalahannya sebenarnya bukan sekedar ibu bekerja atau sekedar jadi ibu rumah tangga, tapi apakah ibu menikmati peranan dan kehidupan yang dijalani. Karena itu saran saya, nikmatilah pilihan yang sudah ibu putuskan. Jika ibu jenuh dengan aktifitas rumah tangga dan tidak puas dengan lingkungan yang tidak intelek, maka carilah kegiatan ataupun lingkungan pergaulan yang dapat memenuhi kebutuhan ibu tersebut. Salah satu hal mengapa ibu yang bekerja dapat mengatasi stresnya dalam kehidupan rumah tangga, karena ia punya aktifitas lain yang dapat mengalihkan pikirannya dari fokus pada rasa tertekan.

Oleh karenanya, Bu, jangan berhenti mengembangkan diri serta wawasan. Dengan pengembangan diri dan wawasan maka ibu akan menjadi ibu rumah tangga plus, artinya meski berstatus ibu rumah tangga namun tetap luas cakrawala berpikirnya. Banyak sekali ibu rumah tangga yang tetap dapat mempertahankan eksistensi maupun harga dirinya karena memiliki wawasan dan ketrampilan yang tak berbeda dengan ibu yang bekerja.

Dengan penambahan wawasan dan pergaulan, hobi ibu dalam menjahitpun dapat diasah sehingga meski saat ini belum menghasilkan namun mungkin satu saat akan terbuka peluang bagi ibu untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan dari hobi tersebut. Jadi dari sekarang rubahlah cara pandang ibu sebagai ibu rumah tangga yang merasa dunianya sempit, tapi bukalah pikiran untuk melakukan sesuatu yang lebih berarti, karena hanya pikiran yang jernihlah yang dapat menghasilkan karya. Wallahu’alambishshawab.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.