Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya adalah seorang isteri dengan 2 org anak laki-laki dan sudah menikah selama 9thn. Pertengahan tahun 2007 sy divonis o/dokter tertular PMSyangmengarah akan mejadi kanker serviks. Tentu sy bingung Bu bagaimana virus tersebut bisa ada dalam rahim sy, stlh sy bertanya pd suami akhirnya dia mengaku pernah berhubungan dengan PSK sewaktu sy nifas saat melahirkan anak ke-2.
Sakit sekali hati sy Bu, dunia sy seakan terbalik krn sy pikir selama ini sy selalu berusahah melakukanyangterbaik bagi suami dan anak-anak saya. Saya selalu memberi kepercayaan thd suami sy dan sy msh tidak hbs pikir kenapa suami sampai hati melakukannya. Apakah memang laki-laki spt itu??
Sekarang ini sulit sekali bagi saya untuk kembali percaya thd suami, bahkan sy selalu curiga bila suami sy dekat dengan wanita lain bahkan sampai-sampai sy sempat curiga thd "Mba"yangmembantu dirumah. Apakah sy salah Bu?? Berulang kali saya minta suami agar melakukan sholat Taubat, Berpuasa, Sholat jama’ah di Musholla atau ikut pengajian tapi selalu saja ditampik dengan 1001 alasan, bahkan dia malah selalu berbalik memarahi saya. Saya hrs bagaiman Bu?? Sedang skrang ini sy merasa belum memiliki jaminan suami sy tidak akan melakukannya kembali.
Apakah dengan bercerai batin saya baru bisa tenang, krn sy lelah dihantui perasaan was-was spt ini. Terima kasih atas jawaban Ibu.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dsi
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Ba’da tahmid wa shalawat. Ibu Dsi yang shalihat, saya turut prihatin atas masalah yang tengah menimpa Ibu. Semoga Ibu diberi ketabahan oleh Allah swt hingga dapat menyelesaikan persoalan ini dengan sikap dan keputusan terbaik. Tentu tak mudah menderita suatu penyakit akibat perbuatan buruk suami pada wanita lain. Syafakillah, semoga Allah swt memberi kesembuhan pada Ibu.
Ujian sekecil apapun pada manusia pada dasarnya adalah penghapus dosa di dunia dan akan digantikan pahala berlipat di akhirat yang berlipat jika kita sabar. Mudah-mudahan suami melakukan perbuatan ini karena khilaf, mohon ampunan-Nya dan bertaubat nasuha. Jika toh tidak, paling tidak Ibu sudah mengingatkannya, selebihnya itu urusan suami dengan Sang Khaliq. Suamilah yang akan mendapat pengadilan setimpal di yaumil akhir nanti. Allah swt. Maha Adil.
Ketika isteri sedang nifas, perbuatan ma’shiyat suami terjadi, mungkin ini satu pelajaran yang berharga, tentang pentingnya komunikasi yang baik pada masa ini. Komunikasi tentang apakah kebutuhan biologis pasangan tetap bisa disalurkan dengan cara-cara yang disyariatkan agama sehingga tidak terjerumus dalam zina. Kadang-kadang karena ketidakpahaman, maka suami yang mendapati isterinya haidh atau nifas menjaga ’jarak’ padahal bercumbu secara halal masih dibolehkan selain pada daerah vital. Aisyah ra. pun ketika sedang haidh melakukan ini dengan Rasulullah saw dengan selembar kain yang menutupi daerah vitalnya. Anda dapat membaca buku-buku fiqh tentang masalah ini.
Permasalahan yang Ibu hadapi sekarang adalah Ibu selalu curiga pada suami. Ini artinya bahwa Ibu sulit mempercayai suami lagi dan ada ketakutan bahwa perbuatan suami akan terulang lagi pada wanita lain, termasuk pembantu yang ada di rumah. Saya berharap kurangi kecurigaan Ibu yang berlebihan yang justru akan menyiksa Ibu sendiri. Memang untuk kembali percaya, butuh waktu karena sulit juga mengetahui buktinya suami tidak mengulanginya lagi perbuatannya. Hanya suami dan Allah swt. yang tahu.
Forgiveness atau pemaafan dalam hal ini akan sangat berperan untuk memperbaiki persepsi isteri terhadap suami. Dengan memaafkan maka akan muncul persepsi yang positif dan kepercayaan yang hilang mudah-mudahan akan kembali. Kepercayaan ini Ibu butuhkan bukan untuk kepentingan suami tetapi untuk kepentingan Ibu sendiri mendapatkan rasa tenang dan terhindar dari kecemasan yang berlebihan.
Ibu, Apa yang Ibu lakukan dengan meminta suami banyak beribadah sudah tepat. Jangan bosan-bosan mengingatkan karena amal ini akan menjadi pahala Ibu. Jika suami memarahi, cobalah dievaluasi lagi apakah ada yang kurang dalam cara Ibu mengingatkan. Mungkin terlalu mendikte? Atau memaksa? Biarlah suami menyadari kesalahannya dan kemudian tumbuh motivasi internal untuk berubah. Inilah suatu proses yang menjadi ’mahal’ karena tergantung pada sejauh mana pertolongan dan hidayah Allah swt. pada suami.
Namun do’a dan usaha Ibu sebagai isteri yang shalihat semoga didengar Allah swt. untuk perubahan suami ke arah yang lebih baik. Amin.
Demikian yang dapat Ibu sampaikan, semoga keluarga Ibu diberi sakinah, hati Ibu tidak gelisah dan selalu tawakkal pada Allah swt. Mudah-mudahan yang sedikit ini ada manfaatnya. Amin.
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu Urba