Assalamualaikum.Wr.Wb
Ustadzah Rahimahullah… Saya seorang akhwat, single, dan sudah bekerja. Semasa duduk di bangku kuliah saya termasuk mahasiswi yang banyak turut serta dalam organisasi kampus. Pada masa itulah saya berjumpa dengan seorang ikhwan. Sebut saja dengan inisial WS.
Saya banyak menjalin komunikasi dengan WS karena kami dalam wadah organisasi yang sama, yaitu mengelola dakwah kampus. Akan tetapi dari hari ke hari WS menjelma menjadi sosok ikhwan yang saya kegumi. Terpelajar, tegas, pemimpin tangguh, argumentatif, konseptor hebat, terpelihara, santun dan masih banyak lagi sisi positif yang saya lihat pada sosok WS. Walau demikian, hubungan kami tetap profesional sebatas urusan organisasi. Pun tidak keluar jalur batas hubungan ikhwan-akhwat. Saya tidak pernah memperlihatkan kekaguman pribadi pada WS. Dan WS pun tidak pernah tahu isi hati saya. Tentu saja saya senantiasa menjaga ukhuwah ini karena pemahaman tarbiyah bahwa islam tidak mengenal istilah pacaran. Dan saya juga menjaga hati agar tidak mudah tergoda rayuan syetan.
Hingga akhirnya kami sama-sama lulus dan bekerja. Muncul tuntutan keluarga yang menginginkan saya segera menikah. Walau demikian, belum ada tanda-tanda jodoh mendekat. Hingga saya kembali teringat WS. Beliau juga masih lajang. Komunikasi kami juga masih berjalan karena pengelolaan dakwah kampus masih membutuhkan kontribusi alumni.
Timbul niat dalam diri untuk dapat mengutarakan maksud hati pada WS. Tentunya dalam koridor islam yaitu ta’aruf melalui murobbi. Akan tetapi muncul pertanyaan dalam benak diri. Apakah yang akan dipikirkan seorang ikhwan (WS) bila akhwat mengajukan niat walimah terlebih dahulu? Lazimkah akhwat meminang terlebih dahulu ? Bagaimana pendapat kawan-kawan dalam organisasi yang kami geluti bila ada aktivisnya yang menikah dengan sesama aktivis organisasi tersebut? Apakah organisasi ini akan disebut "biro jodoh" ? Apak perasaan ini di ridhoi Allah karena saya sudah lama mengagumi WS ? Apakah perasaan ini benar adanya ataukah saya mengalami penyakit hati yang berkepanjangan ? dan segudang pertanyaan lain yang yang membuat galau hati….
Jujur saja saya takut bila suatu saat nanti WS akan mengirimkan undangan walimahannya. Tak kuasa hati ini melihat beliau bersanding dengan akhwat lain….karena terlampau banyak mimpi keluarga sakinah ma waddah wa rahmah yang saya ciptakan bila bersanding dengan WS. Mohon ustadzah dapat memberikan tausyiahnya…Jazakumullah khairan katsira.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh,
Sdri. Fulanah yang dirahmati Allah,
Seorang gadis yang sudah lulus kuliah, apalagi sudah bekerja, dengan usia yang sudah matang sudah sewajarnya akan berpikir ke arah jenjang rumah tangga. Saya memahami apa yang sedang Anda alami saat ini, apalagi sebenarnya ada peluang di depan mata yakni seorang pria shalih yang Anda kagumi. Hanya dalam hal ini dibutuhkan sikap berani dalam melangkah. Dalam Islam, memilih laki-laki yang diinginkan untuk dijadikan suami adalah hal yang wajar dan sangat manusiawi. Apakah hak memilih hanya ada pada laki-laki? Tidak. Wanita berhak memilih siapa yang pantas menyandinginya, bahkan berinisiatif terlebih dahulu seperti yang dilakukan seorang shahabiyah yang menawarkan dirinya pada Rasulullah. Namun ketika Rasulullah saw tidak menerima pinangannya maka shahabiyah inipun dapat menerima dengan tegar; inilah sikap berani yang dimaksud, yakni berani berterus terang dan berani menanggung apapun yang akan terjadi, termasuk ditolak. Siapkah Anda Sdri. Fulanah, berterus terang tentang keinginan Anda dan siap pula menerima keputusan laki-laki tersebut? Jika ya, maka Anda tinggal mencari cara yang ahsan untuk itu. Biasanya ini lebih nyaman bagi Anda, yakni kemukakan lewat perantara. Biasanya adab Timur, wanita memang pemalu. Tentang pandangan teman-teman organisasi, saya kira mereka tak akan berpandangan seperti itu, tokh Anda melakukan ini semua tetap dalam koridor agama, tidak menjadikan organisasi da’wah sebagai tujuan namun hanya wasilah (sarana) Anda dalam mendapatkan lingkungan yang baik dan bergaul dengan laki-laki maupun wanita yang baik-baik, bukan?
Sdri. Fulanah yang shalihat,
Anda mengatakan bahwa akan merasa sakit hati jika laki-laki tersebut bersanding dengan wanita lain. Sekilas, ini memang perasaan yang fitrah jika seorang yang dicintai ternyata bersanding dengan orang lain. Namun dari definisi cinta yang disebutkan dalam Al Qur’an maupun sunnah, bahwa cinta pada manusia tak boleh diletakkan sebagai prioritas dalam hidup, maka rasa sakit hati yang kemudian akan merusak hidup Anda sungguh tidak sepadan. Artinya sakit hati beberapa hari atau minggu, masih dapat dimengerti..namun jika sampai hitungan bulan atau tahun Anda masih terbebani oleh masalah ini, bahkan menjadikan hidup Anda menjadi tidak produktif, bukankah ini tidak sepadan?
Sdri. Fulanah yang dirahmati Allah,
Lengkapi keshalihatan Anda dengan ketegaran. Ini yang dalam kajian psikologi sering disebut hardiness personality (kepribadian tangguh) atau adversity quotient (kecerdasan menanggung derita). Dari beberapa penelitian kepribadian jenis ini akan membentengi Anda dari stres maupun berbagai masalah dalam hidup. Memperluas wawasan dan pergaulan, terlibat dalam berbagai kegiatan yang produltif, adalah di antara faktor eksternal yang menumbuhkan diri Anda. Mudah-mudahan yang sedikit ini ada manfaatnya. Keep istiqomah, ukhti!
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba