Assalamualaikum wr wb,
Halo ibu apa kabarnya? Semoga Allah SWT selalu melimpahkan karunia & hidayah-Nya kepada ibu sekeluarga… Amin.
Perkenalkan bu, saya wanita berusia 29 tahun dan sudah bekerja. Bu, saya sedang menghadapi sebuah permasalahan yang saya sendiri bingung harus bagaimana mengatasinya?
Saat ini saya sedang menjalin hubungan yang cukup serius dengan seorang pria yang Insya Allah, dia itu sholeh, selalu menjaga sholat fardhu dan berbakti kepada orang tua dan keluarga. Hubungan kami belum terlalu lama, sekitar 3 bulan, tapi Insya Allah kami berdua sudah mantap untuk membawa hubungan ini ke arah yang lebih serius lagi, sebuah pernikahan.
Kami menyadari bahwa pacaran itu tidak diperbolehkan dalam Islam, makanya kami juga berkeinginan untuk segera menikah tetapi… ada hal yang membuat dia untuk menunda pernikahan dalam waktu yang cukup lama (sekitar 1 tahun).
Dia merasa perlu menyiapkan materi yang cukup untuk menuju ke arah sana, padahal saya juga tidak menginginkan yang wah pada pernikahan nanti.
Maklum saja bu, dia anak sulung yang sudah yatim dan menanggung hidup ibu dan seorang adik perempuan. Jadi otomatis dia bekerja sendiri untuk membiayai kehidupannya dan juga keluarganya. Apalagi untuk sebuah pernikahan, dia berpikir untuk menyiapkan materi itu dengan sebaik-baiknya meskipun harus mengundur pernikahan kami cukup lama.
Apalagi di tempat kerjanya sekarang sedang ada masalah yang cukup serius mengenai kelangsungan hidup perusahaannya, jadi dia punya alasan lagi untuk mengundur pernikahan dengan alasan dia akan konsentrasi dulu membantu membenahi permasalahan ditempatnya bekerja.
Selain itu juga diakhawatir kalau ketika dia mengalami PHK pas kondisi kami sudah menikah. Intinya dia menginginkan kemapanan dulu bu….
Saya sudah meyakinkan dia bahwa rezeki semua sudah diatur oleh Allah SWT dan dia juga sangat menyadari itu tapi tetap saja dia tidak percaya diri untuk segera menikah. Dia juga minder karena dia menganggap bahwa status sosial keluarga saya sedikit lebih tinggi daripada keluarganya sehingga dia merasa perlu untuk mempersiapkan pernikahan kami dengan sebaik-baiknya.
Saya bingung harus bagaimana menghadapi ini? Saya takut dosa akan semakin besar karena terus pacaran dengan dia, saya juga sudah sangat ingin menikah tapi calaon saya masih belum siap.
Mohon kepada Ibu agar dibantu atas permasalahan yang sedang saya hadapi. Terima kasih Ibu……….
Wassalamualaikum wr wb
Assalammu’alaikum wr. wb.
Mbak Yani yang sholeha,
Alhamdulillah baik, terimakasih sudah menanyakan kabar, semoga mbak pun selalu dalam keadaan baik lahir dan batin. Nampaknya memang tidak mudah ya untuk meminta teman lelaki mbak untuk menyegerakan pernikahan.
Seringkali memang seorang lelaki punya pikiran jauuuh…ke depan sampai ketakutan sendiri jika tidak bisa menjalani pernikahan jika belum merasa aman dengan apa yang ada padanya saat ini. Padahal janji Allah sudah tertulis dalam Al-Qur’an untuk menjamin rizki orang yang menikah.
Namun nampaknya mbak bisa lebih bersikap optimis dalam hal ini, mungkin sikap optimis itu yang harus ditularkan kepadanya. Kadang ketakutan dan kekhawatiran tidak semuanya rasional, sehingga kita perlu juga menguraikannya dalam bentuk konkrit untuk memahami apa yang sebenarnya kita takuti.
Untuk itu mungkin mbak bisa membantu calon untuk menguraikan letak kekhawatiranya, apalagi mbak nampaknya siap betul dengan segala konsekuensi dari menjalani pernikahan dengan kondisi yang dimilikinya saat ini.
Sebenarnya dalam pernikahan yang utama adalah pasangan kita memahami benar situasi kita dan menerima apa adanya termasuk resiko yang mungkin terjadi dalam pernikahan kelak.
Mungkin dengan mbak membantu menjawab kekhawatirannya, maka akan membantu beliau juga untuk bersikap seoptimis mbak. Laki-laki seringkali memang membutuhkan jawaban konkrit dari pada sekedar hiburan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Selain itu, menurut saya, penundaan selama setahun memang terlalu lama dan kurang baik dari sisi agama maupun usia mbak yang sudah sangat cukup untuk menikah.
Kalaupun teman laki-laki itu belum siap menikah saat ini, maka saran saya lebih baik untuk tidak memiliki komitmen dulu dalam bentuk janji pernikahan. Hal tersebut lebih dekat kepada godaan-godaan yang membawa pada pelanggaran nilai moral dan agama. Jika mbak memang benar-benar mengkhawatirkan hubungan saat ini menjadi penumpukan dosa, maka sebenarnya mbak tahu bagaimana memutuskan kekhawatiran tersebut.
Misalnya saja dengan tidak memiliki hubungan terlalu dekat sampai jelas dia mengkhitbah mbak dan melangsungkan pernikahan. Hal tersebut akan lebih menjaga dan jika kita yakin bahwa jodoh memang bagian dari takdir kita yang sudah ditulis oleh Allah, maka Insya Allah jodoh nggak akan ke mana.
Wallahu’alambishshawab.Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr Anita W.