Assalamualaikum,
Ibu Ustadzah yang dirahmati Allah, dengan ini saya memohon saran atas masalah saya berikut ini. Saya seorang pria berumur 23 tahun, dan sejak remaja merasakan kecenderungan biseksual, namun saya lebih cenderung menyukai sesama jenis. Bila dilihat dari luar, fisik saya tergolong jantan, tinggi besar dan tidak kemayu.
Dari usia 18 tahun sampai saat ini saya sudah pernah berhubungan intim dengan beberapa pria. Namun bukan berarti saya mengumbar nafsu. Jarak antara hubungan satu dengan lainnya sekitar 1-2 tahunan. Sejak tahun 2003 saya bertekad untuk hijrah, bertaubat, dan mendekatkan diri ke lingkungan Islami dan saat ini aktif bekerja di sebuah pesantren sekaligus yayasan dakwah di kota B, tapi justru di sinilah godaan terbesar saya. Dengan lingkungan yang menghijab antara laki-laki dan perempuan, otomatis pergaulan saya lebih banyak bersama para laki-laki daripada perempuan. Seringkali saya merasa tergoda oleh teman-teman saya, terutama bila penampilannya tampan. Bila ada acara menginap, seringkali godaan datang untuk menggerayangi tubuh salah seorang, dan itu sering saya lakukan…. Singkat cerita, dalam 4 bulan terakhir ini, saya telah berhubungan intim dengan 2 lelaki yang berbeda, dari lembaga yang sama dengan saya… Semuanya terjadi begitu saja. Dengan alasan ingin taubat, saya sudah lepas hubungan dengan laki-laki yang pertama sejak September 2005, namun saya terjerumus kembali dan kemudian berhubungan dengan pria lain yang telah menikah.
Di satu sisi saya merasa bersalah dan ingin memutuskan, tapi di sisi lain masih ingin melanjutkan. Yang saya takutkan, laki-laki yang telah beristri ini sudah mengatakan sayang kepada saya, yang menyiratkan bahwa ia menikmati hubungan kami dan tidak ingin lepas.
Saya sadar, saya harus segera bertaubat kembali. Dan semoga Allah menerima taubat saya lagi. Pertanyaan saya:
1. Apakah saya harus sekalian pindah kerja, untuk menghindar dari hal ini? Namun yang saya khawatirkan, bila lingkungan Islami saja seperti begini, apalagi yang tidak Islami?
2. Apakah menikah dengan wanita bisa menjadi solusi untuk meredam hasrat saya kepada sesama jenis? Dan bila sudah menikah, apakah saya harus mengatakan yang sebenarnya tentang masa lalu saya?
3. Dengan kondisi hati saya yang tertekan seperti ini dan butuh teman bicara, baikkah bila saya curhat kepada keluarga saya tentang kondisi saya yang sebenarnya? Namun saya takut mereka tak bisa menerima, apalagi dengan kondisi ibu yang sudah tua dan gampang depresi bila ada masalah.
4. Metoda taubat apa saja yang harus saya lakukan?
Terima kasih atas perhatian ustadz. Mohon jawabannya. Jazakallaahu khairan katsiiran.
Wassalamualaikum wr. wb.
Wa’alaikumssalam wr. wb.
Saudara F yang dirahmati Allah, saya turut prihatin atas penyimpangan seksual yang terjadi pada diri anda. Rasanya andapun menyadari bahwa hal tersebut sangat dimurkai oleh Allah dan merupakan dosa besar dan tentu andapun merasa tertekan karenanya, karena Ingin berhenti dan bertobat namun berulangkali terjadi lagi. Dan ironis sekali ketika anda berharap pindah ke lingkungan yang terjaga agamanya tapi justru anda kembali terjerumus bahkan membawa korban baru dengan mengajak seseorang yang sebelumnya heteroseksual.
Jika lingkungan yang ada saat ini sudah tidak kondusif bagi usaha anda untuk bertobat maka lebih baik untuk tidak lagi berada di dalamnya. Saat ini anda patut bersyukur kepada Allah yang masih memberi waktu dan membuka pintu hati anda sehingga tetap mendengarkan suara hati untuk segera bertobat. Usaha anda yang berusaha menjaga diri dengan rutin mengaji dan masuk dalam lingkungan religius sudah menunjukkan usaha dan niat baik anda untuk berubah. Tapi kenyataan membuktikan bahwa usaha anda masih perlu ditingkatkan. Oleh karenanya jika kecenderungan ini memang demikian kuat maka anda memang tak bisa sendirian mengatasinya. Anda butuh orang lain yang mampu membantu merubah orientasi seksual anda. Dalam hal ini memang ada beberapa pilihan, antara lain anda dapat mencari psikolog atau psikiater (namun usahakan yang kuat keIslamannya) yang berpengalaman di kota anda untuk mendapatkan terapi yang tepat.
Saran lain, anda sebaiknya juga memiliki seseorang yang kuat agamanya (ustadz) yang bisa menerima kondisi anda dan mau mendukung perubahan diri anda. Diharapkan dengan demikian ada yang dapat menjaga keimanan anda di kala khilaf. Dan jika anda memang berniat untuk menikahi seorang wanita, maka saya lebih menyarankan untuk melakukan terapi dahulu. Anda memang punya pilihan untuk bersikap jujur atau tidak dengan calon istri anda, namun memang akan lebih baik jika calon istri merupakan orang yang tahu diri anda seutuhnya namun mampu menerima dan membantu menjaga diri anda dari perbuatan haram tersebut.
Berdoalah untuk ini kepada Allah. Dalam bersikap jujur dan terus terang akan kondisi anda pada orang-orang dekat memang tidak mudah karena memang tidak semua orang dapat menerima hal ini. Oleh karenanya lebih baik perhatikan benar siapa orang yang siap menerima diri anda sehingga tidak berespon negatif namun justru dapat menjadi pendukung perubahan diri anda. Tak banyak mungkin yang dapat saya sarankan untuk membantu mengatasi masalah anda. Namun saya berharap anda terus berusaha sekeras kemampuan anda, tentunya berat tapi ini cobaan Allah untuk anda dan pasti akan mampu anda lalui. Yakinlah pasti ada jalan terbaik yang kelak akan Allah tunjukkan jika anda benar bersungguh-sungguh bertobat dengan tidak berhenti berusaha dan berdoa. Wallahu’alambishawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.