Assalamualaikum wr. Wb
Bu, saya memiliki masalah sejak SMA. Saat SMA saya pernah menyukai teman sekelas, kami sempat dekat tapi karena sesuatu hal yang saya laukan akhirnya kami putuskan untuk berpisah.
Alhamdulillah sejak masuk kampus saya mulai mempelajari Islam dan senantiasa mendekatkan diri pada Allah. Saya mulai mengerti bahwa harus pembatasan pergaulan antara pria dan wanita, dan saya sangat menyesal dengan yang saya lakukan dulu. Bahwa saya tidak dapat menjaga hati saya.
Akan tetapi, masalahnya sekarang saya belum dapat melupakan teman pria saya itu. Saya sangat sedih, takut, bersalah pada Allah atas perasaan saya ini. Dan ini juga berakibat pada pribadi saya, saya sekarang kurang bergaul terutama dengan lawan jenis sehingga banyak teman yang mengangggap saya sombong. Padahal bukannya sombong, tapi saya takut untuk memulai hubungan pertemanan dengan wanita maupun pria. Saya merasa terkurung dalam perasaan bersalah saya.
Terima Kasih atas saran dan nasihatnya.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Assalammu’alaikum wr. wb.
Mbak Ree yang sholehah,
Nampaknya perasaan bersalah yang anda rasakan begitu dalam ya, sampai mengganggu hubungan sosial anda dengan orang lain. Tentu memiliki perasaan bersalah yang berkepanjangan tidaklah menyenangkan dan nampaknya perlu sebuah intropeksi ketika perasaan bersalah tersebut justru mengganggu salah satu fungsi kemanusiaan kita sebagai makhluk sosial.
Mbak Ree yang baik memang patut bersyukur kepada Allah karena dibukakan pikiran dan hatinya untuk memahami kebenaran dan menyesali apa yang pernah diperbuat dahulu. Dan Allah yang maha mengetahui rahasia hati manusia tentu mendengarkan suara penyesalan yang dalam dari diri mbak ree. Jika masih ada yang belum sempurna dari penyesalan tersebut maka selama masih ada waktu maka selalu ada kesempatan untuk menyempurnakannya bukan?
Saya memahami penyesalan mbak Ree adalah belum dapat melupakan orang yang pernah mbak Ree cintai bahkan masih memiliki "perasaan" kepadanya. Sebenarnya menurut saya hal itu sangat manusiawi ketika seorang wanita menyukai seorang lelaki karena demikianlah fitrahnya. Bukanlah sebuah dosa hati ini memiliki perasaan cinta pada orang lain tapi yang salah adalah ketika mewujudkan hal tersebut dalam bentuk yang tidak dibenarkan dalam agama.
Jadi jika memang mbak Ree merasa memiliki rasa itu maka terimalah sebagai satu anugrah dan jika berkeinginan untuk mewujudkannya maka persiapkanlah diri untuk dilamar olehnya. Mengapakah harus menyulitkan diri kepada hal yang diperbolehkan oleh agama? Kecuali jika memang merasa tidak bisa men-sahkannya dalam pernikahan, maka bersabar sajalah dengan apa yang dirasakan.
Jika menghendaki perasaan tidak mengganggu diri kita maka janganlah fokus pada perasaan tersebut. Cukup akui yang kita rasakan, tak perlu menolak keberadaannya namun jangan biarkan dia menguasai diri kita. Bergaullah dengan orang lain secara wajar dan nikmatilah hidup, kadang waktu juga yang dapat membantu kita mengikis apa yang kita rasakan. Wallahu’alambishshawab
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr Anita W.