Assalamu’alaikum wr,wb.
Ibu siti yang dirahmati Allah.
Saya mau bertanya,saya anak tertua dari lima bersaudara,umur saya 34 tahun dan sudah menikah,ayah saya orangnya terlalu sering menyakiti perasaan orang lain,padahal dia sangat tau dengan Agama & tidak pernah tinggal sholatnya,tapi dia selalu mengungkit kebaikan,tidak mau berbagi,kata orang saking pelitnya seumpama makan jagung jika kotorannya jagung mungkin dimakannya juga,begitulah ibu dia tidak bisa dinasehati,bagaimana caranya bu karena saya sangat tertekan karena saya tidak mau orang tua saya semakin tersesat,mohon petunjuknya Bu..
Terima kasih wassalam..
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Ibu Indah yang semoga dicintai Allah swt.,
Sebagai anak kelihatan bahwa Anda merasakan kasih sayang yang besar pada orangtua (Ayah) sehingga menginginkan yang terbaik untuk Ayah ke depan. Ini adalah bentuk birrul walidain yakni berbuat baik pada kedua orangtua yang dianjurkan dalam agama. Ukuran kebaikan iman seseorang memang harus terpatri dalam hati, tergambar dalam lisan dan terbukti dalam perbuatan. Secara integral hal ini adalah gambaran kebaikan iman seseorang, namun untuk mencapainya harus secara bertahap.
Ibu Indah yang semoga dicintai Allah swt.,
Seperti pernyataan Anda, nampak unsur amal ibadah, khususnya sholat sudah dilakukan oleh Ayah namun ternyata dalam akhlak, terutama lisan masih suka menyakiti orang lain, membuat orang lain tersinggung dan tidak suka berbagi. Pemahaman agama sebatas konsep, belum menjadi behavior/ perilaku dalam keseharian. Inilah yang sering menghinggapi ummat kita sehingga mereka yang tahu agama namun aspek perilakunya kok masih saja mengecewakan. Sayang ya, karena image buruk akan terus menimpa islam sebagai agama yang tidak membawa rahmat bagi sekelilingnya.
Ibu Indah yang shalihat,
Dalam kasus Ayah anda, marilah kita mencoba empati pada beliau; apa mungkin ini sudah terjadi sejak waktu lama atau hanya karena ada pencetusnya? Nah, Bu, hal ini harus dilihat secara arif, karena jika sikap ayah berubah karena ada penyebab yang mencetuskan, maka penyebab inilah yang harus diselesaikan. Kadang-kadang orangtua juga menghadapi masalah-masalah, apalagi jika usia sudah lansia maka masalah yang khas pada usia ini adalah perasaan seperti sangkar kosong. Ada perasaan kesepian dan mungkin rasa tidak bermakna sebagaimana masa produktif dahulu. Perhatian dari segenap anak-cucu akan membuat masa tua berlalu dengan bermakna. Perhatian tidak diukur secara kwantitas saja karena tentu tidak mungkin anak akan intens bertemu dengan waktu-waktu anak yang semakin terbatas. Namun secara kualitatif anak tetap harus memperhatikan kebutuhan orangtuanya. Mengajaknya sesekali berekreasi akan menyambung rasa segenap keluarga besar, juga junjungan-kunjungan sosial, apakah ke panti yatim atau panti rehab sosial untuk menyentuh kepekaannya pada sesama.
Ibu Indah yang shalihat,
Cobalah Ibu Indah dan keluarga mulai dari perhatian-perhatian pada Ayah sembari memberi masukan-masukan yang berharga. Dalam komunikasi yang sehat, harus dicari cara agar pesan (message) bisa sampai pada yang dituju. Hambatan-hambatan komunikasi sering terjadi, misalnya sikap yang salah dalam berkomunikasi, misalnya kesan menggurui. Supaya tidak terkesan menggurui maka harus disampaikan dengan hati-hati atau Anda bisa minta bantuan keluarga yang bisa berbicara dengan ayah dengan lebih nyaman, terutama Ibu jika masih ada, apakah paman atau siapa yang dituakan, juga dengan mengajaknya mengikuti majlis ta’lim agar rohaninya terbasuh secara rutin. Ibu bisa mengingatkan tentang pentingnya memperbanyak pahala di masa tua ini. Insya Allah lisan yang selalu berdzikr maka akan terhindar dari hal-hal yang buruk. Iringi pula dengan do’a kebaikan secara khusyu’ untuk orangtua setiap habis sholat maupun pada keheningan malam. Semoga ikhtiar Ibu Indah dimudahkan oleh Allah swt.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba