Saya menikah sudah 3 tahun, dan sekarang telah dikaruniai 2 orang anak. Anak pertama berusia 1 tahun 8 bulan, anak kedua berusia 5 bulan. Hubungan dengan suami alhamdulillah baik, tapi sejak hamil dan setelah melahirkan anak ke-2, suami saya bilang saya jadi pemarah.
Sewaktu hamil mungkin saya jadi pemarah karena pengaruh hormon, dan merasa belum siap untuk punya putra lagi dalam waktu dekat (jarak anak ke-1 dan ke-2 satu tahun 3 bulan). Setelah anak kedua lahir, mungkin karena kelelahan dengan pekerjaan rumah tangga, dan mengurusi anak-anak dan suami.
Saya sekarang menemani suami yang dinas belajar di luar negeri, jadi saya sendirian yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak-anak. Terkadang saya juga susah menyesuaikan waktu dengan aktifitas suami. Suami saya pulangnya jam 11 malam, sewaktu saya sudah tertidur karena kecapean. Sering saya mengecewakan suami yang ingin dihidangkan makan malamnya, dan ingin ngobrol-ngobrol dulu berdua melepas lelahnya sepulang dari kampus. Kelelahan saya juga mempengaruhi jadwal hubungan biologis kami.
Mohon saran supaya saya dapat melaksanakan tugas sebagai ibu dan kewajiban sebagai isteri dengan baik. Apakah berlebihan jika saya meminta bantuan suami dalam hal pekerjaan rumah tangga di waktu luangnya, karena saya benar-benar kelabakan mengurus 2 anak yang masih kecil-kecil seorang diri. Di waktu luangnya suami lebih suka tidur, karena di hari-hari biasa tidak bisa tidur dengan cukup. Sekian, terima kasih atas sarannya.
assalammu’alaikum wr. wb.
Ibu rahna yang dimuliakan Allah,
Capek tentunya ya bu harus seorang diri mengurus dua orang anak yang masih batita. Apalagi jauh dari sanak saudara dan orang tua sehingga benar-benar sendiri melakukan segala sesuatu. wajar saja jika ibu sampai stres karena kelelahan bahkan mungkin juga kurang tidur karena buah hati tercinta pasti sangat menuntut banyak perhatian di samping semua pekerjaan rumah tangga.
Dalam hal ini seharusnya suami tercinta juga memahami kondisi isterinya dan tidak terlalu menuntut terlalu banyak. Karena ibu juga bukan wanita super dengan segala urusan yang demikian banyak kemudian masih harus tetap segar di malam hari, jelas sebuah permintaan yang sulit untuk dipenuhi terutama bagi wanita berfisik lemah.
Oleh karena itu sewajarnya memang suami dapat berempati dengan turut membantu mengurangi beban ibu dan juga bersikap ikhlas ketika perhatian untuknya harus berkurang karena tuntutan buah hati. Sikap ibu yang sekarang cenderung mudah marah seharusnya jadi semacam alarm juga kepada suami bahwa ibu sebenarnya merasa lelah.
Namun sikap ibu yang mudah marah sebenarnya juga tidak sehat dan dapat menyulut konflik. Karena itu agar tidak berkelanjutan maka bicarakanlah dengan suami apa yang ibu rasakan kemudian ajak suami menentukan bagian mana dari keseharian yang sekiranya dapat dilakukan suami untuk membantu ibu, termasuk juga bicarakan masalah gangguan dalam hubungan intim yang selama ini terjadi agar dapat dicari solusi bersama dan tidak jadi masalah terpendam.
Ibu yang baik tentu saja perlu juga dukungan dari suami yang baik. Karena itu untuk menjadi ibu dan isteri yang baik bukan berarti harus mengerjakan segalanya sendiri, tapi bersama-sama dengan suami agar segalanya berjalan secara harmonis. Wallahu’alambishawab
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.