Assalamu’alaykum wr,wb.
Ibu Siti yang dirahmati Allah.
Saya pemuda, umur 22 tahun, saya menjalin hubungan serius dengan seorang perempuan yang saya cintai, karena tidak ingin terjerumus ke perbuatan dosa kami berencana menikah, saya juga sudah berpenghasilan.
Setelah melakukan istikhoroh dan memantapkan hati, rasanya hati saya seperti belum yakin. Karena dari segi agama, dia biasa saja, dan dia wanita karir. Padahal saya ingin beribadah dengan bersama-sama membina keluarga.
Apa yang sebaiknya saya lakukan? Meninggalkan dia dan mencari pendamping yang sholehah, atau menikahinya dan menuntunnya agar menjadi istri yang solehah?
Terima kasih..
wassalamu ‘alaykum..
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Sdraku Abdullah yang dirahmati Allah swt.,
Segala puji syukur layak Anda haturkan kepada Allah swt, yang mana Anda di usia muda ini sudah dikaruniai pekerjaan, yang banyak orang belum -bahkan sulit- mendapatkannya. Bentuk syukur terbaik adalah dengan menambah ketaatan kepada-Nya, semoga kehidupan kita lebih barokah nantinya. Amin. Nah, Sdr. Abdullah, sungguh wajar dan manusiawi jika Anda segera ingin menikah, apalagi selama ini Anda bahkan sudah mempunyai calon pendamping, namun masih ada keraguan bagi Anda untuk memutuskan. Saya mendukung upaya Anda untuk cermat, teliti dan mendasarkan pada istikharah sebelum mengampil keputusan.
Sdraku Abdullah yang dirahmati Allah swt.,
Anda menginginkan memilih wanita yang berkriteria sholihah… semoga niat yang baik ini tercatat sebagai ibadah. Permasalahan yang Anda hadapi adalah Anda seperti belum yakin tentang keshalihatan calon Anda. Alasan yang Anda kemukakan adalah karena dari segi agama, dia biasa saja dan dia wanita karir. Padahal Anda ingin beribadah dengan bersama-sama membina keluarga.
Sdraku Abdullah yang dirahmati Allah swt.,
Saya mencoba memahami alasan Anda, ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan terkait kriteria wanita shalihat, bagi yang belum berkeluarga maka kriterianya terkait sejauhmana ketaatannya pada Allah dan Rasul-Nya dan bagaimana sikapnya pada suami bagi yang telah berkeluarga. Sebenarnya laki-laki sholihpun demikian. Nah agar penilaian Anda tidak subyektif, maka carilah pendapat orang lain terkait penilaian pada calon Anda, benarkah menurut pendapat orang lain tersebut calon Anda memang wanita yang agamanya baik, taat pada Allah swt dan mengikuti sunnah-Nya? Adapun tentang wanita karir tidaklah sama dengan wanita yang bekerja. Bekerjanya wanita kadang-kadang mempunyai alasan yang berdasarkan pada maslahat. Bagi yang punya suami maka mestilah seizin suami. Maka ada batasan-batasan bagi wanita yang bekerja ini agar tetap menjaga akhlak islamy di tempat kerja, seperti menutup aurat, tidak berinteraksi yang melanggar syari’at terkait dengan laki-laki di tempat dia bekerja, jujur, amanah, dll. Tentu saja bekerjanya wanita dalam Islam tak semestinya menjadikan kewajibannya pada keluarga terabaikan.
Rasulullah saw bersabda yang kurang lebih artinya, ”Wanita adalah pemimpin yang mengatur dalam rumah suaminya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya” (HR Bukhari-Muslim).
Nah, Sdr. Abdullah, istilah karir menunjukkan bahwa pekerjaan itu menuntut komitmen yang tinggi, skala prioritasnya lebih, sehingga pekerjaannya diutamakan daripada apapun, dan dia akan mengejar karir tersebut sampai ke puncak dan berkomitmen tinggi untuk tujuannya tersebut. Kadang-kadang demi karir urusan anak dan suami jadi terabaikan. Inilah yang dilarang dalam Islam. Jadi perlu pemahaman bagi wanita yang sudah bekerja agar tidak kebablasan menempatkan diri dalam pekerjaannya.
Sdraku Abdullah yang dirahmati Allah swt.,
Semuanya tergantung pada Anda, apakah akan memilih wanita yang sudah ada atau mencari yang lain yang lebih sesuai keinginan, ini sepenuhnya hak mutlak. Katakanlah wanita yang sudah ada belum shalihat, maka kalau Anda menikahinya maka Anda sebagai suami wajib menjadi pengarahnya, membina istri dalam keislaman, dan ini akan tercatat sebagai ibadah di sisi Allah swt. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, kadang-kadang yang ibadahnya bagus ternyata akhaknya kurang bagus, misalnya tidak sabar pada suami; sebaliknya wanita yang lembut, penurut, ternyata belum rutin mengaji, sholat sunnah atau ibadah lainnya; sebenarnya manusia yang beruntung itu adalah yang meningkat keshalihannya meskipun kecil. Jadi hari-harinya adalah untuk terus meningkatkan derajatnya disisi Allah swt.
Sdr.ku Abdullah, lakukan test-case pada calon Anda apakah dia mau mengubah hal-hal yang menurut Anda belum sesuai agama menjadi lebih sesuai? Andapun akan tahu sejauhmana upaya Anda setelah menjadi suaminya nanti. Hal utama saat ini adalah tingkatkan keshalihan Anda…maka insya Allah Anda akan diberi wanita yang sekufu dengan Anda. Jodoh, rizki, sudah ditentukan-Nya, maka iktiarlah terus, jangan menyerah dan iringi dengan istikharah. Selamat berjuang untuk mendapatkan istri yang shalihah…semoga Allah swt memudahkan…! Amin.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba