Ass wr wb bu,
Saya seorang isteri dan sudah mempunyai 1 org anak laki-laki berusia 4 tahun, dan sekarang saya sedang mengandung anak ke 2, .. saya bekerja di perusahaan swasta…
Kami sdh berumah tangga hampir 5 tahun dan alhamdulillah semuanya baik – baik saja…yang ingin saya tanyakan adalah apakah arti cinta???
Karena yang saya rasakan pada suami saya adalah rasa sayang saja, saya tidak takut kehilangan dia, dia mau berbuat apa saja saya tidak ambil pusing selama tidak menggangu rumah tangga kami, ,,
Apa benar saya tidak mencintai suami saya sendiri???? Terkadang saya bingung dengan perasaan saya sendiri bu… mohon saran dr ibu.. terima kasih. wassalam
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,
Ibu Ir yang dirahmati Allah, ..
Sungguh saya turut bersyukur karena Ibu Ir selama lima tahun berumah tangga merasa baik-baik saja…dengan kata lain tidak ada aral melintang yang berarti, kecuali pertanyaan Ibu tentang kegamangan dalam perasaan Ibu terhadap suami yang sebatas rasa sayang, tidak takut kehilangan, tidak ambil pusing yang dilakukan suami selama tidak mengganggu rumah tangga. Secara implisit ini berarti bahwa Ibu tetap akan ”ambil pusing”/ peduli jika yang diperbuat oleh suami akan mengganggu rumah tangga, bukan?
Ibu Ir yang sholihah,
Bicara cinta seolah tak ada habisnya, namun kitapun merasa tidak mampu menggali kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Cerita cinta sering menorehkan tragedi yang berurai air mata maupun kisah indah sesaat penuh tawa, namun ternyata keindahan itupun tak abadi. Demikianlah, cinta duniawi semata tak sampai pada kekekalan dan keabadian. Perasaan-perasaan semu yang tak terbungkus kedalaman imani akan mudah luntur tersapu gelombang kehidupan. Apakah Ibu merasakannya..?
Dari cerita Ibu Ir nampak bahwa Anda adalah seorang wanita mandiri, dilihat dari data bahwa Anda punya penghasilan sendiri dan punya status sosial. Anda confident terhadap apa yang Anda lakukan, dan nampaknya rasional Anda lebih dominan daripada emosi Anda sampai-sampai Anda merasa tidak merasa takut kehilangan suami.
Memang ada orang-orang yang dibesarkan dengan pola asuh dan pengalaman-pengalaman hidup yang membuat mereka menjadi seseorang yang mandiri dan penuh percaya diri. Mereka dapat memandang kehidupan dengan penuh kepercayaan pada kemampuan diri mereka sendiri, ketika ada masalah mereka tidak terlalu menggunakan koping (strategi penyelesaian masalah) yang berfokus pada emosi, tetapi lebih pada penyelesaian problemnya langsung. Tidak berarti bahwa tipe seperti ini kemudian tidak punya perasaan, tetapi nampaknya mereka kelihatan tidak romantis. Mungkin mereka tidak menyadarinya tetapi dalam banyak kasus ketika dihadapkan pada masalah, perasaannya tidak dominan karena memang tipe ini tidak berfokus pada perasaan.
Ibu Ir, saya tidak mencoba menebak-nebak apakah Anda tipe orang yang problem- focused coping atau emotion-focused coping, karena assestment untuk ini tidak cukup dengan data di atas dan kurang relevan dengan pertanyaan Anda. Saya bermaksud menggambarkan bahwa kecenderungan seseorang berbeda-beda dalam menghayati cinta. Ada yang penghayatannya secara emosional dan ada yang secara rasional.
Ada yang menggambarkannya dengan puisi, syair, bunga, tetapi bahkan ada yang tak tahu harus berbuat apa, bahkan untuk sekedar mengungkapkan cintanya secara terus-terang lewat kata-kata. Kadang cinta memang tak selalu diukur dengan kata, tetapi bisa dilihat dari perilaku atau bukti nyata meskipun rasa cinta lebih dominan berada dalam wilayah ’hati” atau kadang disebut sederhana dengan emosi.
Wilayah hati lebih sesuai untuk menggambarkan bahwa di dalam cinta juga mesti terkandung konteks iman, aqidah, ikatan seseorang dengan Sang Khalik. “Walladziina aamanuu asyaddu hubban liLlah”, “dan orang-orang beriman itu amat sangat cintanya pada Allah” (QS 2:165). Seorang hamba harus dapat meletakkan cintanya yang tertinggi adalah hanya untuk Allah swt, jika dia masih mencintai orang, atau hal-hal melebihi cintanya pada Allah swt, berarti ia sudah memberi tandingan-tandingan selain Allah. “ Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya seperti mencintai Allah..dan orang-orang beriman amat sangat cintanya pada Allah” (QS 2:165).
Kaídah cinta adalah: mencintai sesuatu berarti harus dapat mencintai apa yang dicintai sang Kekasih, dan membenci apa yang dibenci oleh sang kekasih. Berati ada makna pengorbanan dalam cinta. Dia akan mencintai secara proporcional.
Ibu Ir, Anda merasa sayang dengan suami, ini adalah anugrah Illahi yang patut disyukuri dan dipertahankan. Pupuklah, siram dan rawat dengan baik rasa sayang tersebut. Allah swt. Berfirman dalam QS Ar-Rum:31 yang kurang lebih artinya sebagai berikut.:
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram padanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.
Seiring dengan perjalanan hidup Anda bersama suami nanti, semoga Anda akan menemukan makna cinta yang hakiki, tak perlu harus dengan romantisme, tetapi cukup dengan bukti-bukti, ketika Anda dapat menjadi the-best partner dalam meniti hidup. Semakin hari dan semakin matang, Anda akan merasa bahwa dalam keluarga adalah kerja team, dan pastikan Anda menjadi anggota team-work yang amanah. Ini manifestasi cinta yang tak berbentuk puisi ataupun syair, tetapi akan terasa indahnya di balik sulitnya.
Semoga dengan salah satu anugrah Illahi, cinta, kita bisa menjadi hamba-hamba yang diridloi-Nya. Amin.
Wallahu a’lam bissshawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ibu Urba