Bisa bilang saya termaksud salah satu orang yang sangat yakin dengan pertolongan Allah melalui do’a. Semenjak kecil saya sudah merasakan keajaiban sebuah do’a. Dulu ketika kecil apapun yang saya harapkan, walaupun hanya terbetik dalam hati (belum terangkai dalam sebuah do’a) harapan saya itu bisa terwujud nyata (menjadi kenyataan) dan itu tidak perlu menunggu lama.
Sekarang keadaannya berbanding terbalik, dan sudah saya rasakan selama kurang lebih 3 tahun ini. Sekarang apapun yang saya harapkan seringkali tidak menjadi kenyataan, padahal saya telah berikhtiar. Bahkan saya berdo’a dengan penuh harap dan cemas, saya sangat berharap agar Allah berada di pihak saya dan mengabulkan do’a saya dan saya sering menangis karena cemas kalau do’a saya tidak dikabulkan. Tapi ternyata Allah memberikan keputusan yang lain, Allah tidak mengabulkan do’a saya.
Dulu setiap do’a saya tidak dikabulkan saya bisa menguatkan diri saya bahwa Allah pasti akan menggantikan dengan yang lebih baik tapi sekarang rasanya pertahanan ini sudah goyah bahkan mungkin bisa dibilang sudah jebol, saya tidak tahu kenapa setiap do’a yang saya angat harapkan agar dikabulkan justru kenyataannya lain.
Saya benar-benar terpuruk, saya merasa sudah melakukan amalan ibadah dengan sebaik-baiknya, syarat-syarat dikabulkannya do’a juga sudah saya lakukan, bahkan waktu-waktu terbaik untuk do’a juga telah saya tunaikan tapi kenapa penantian saya terhadap do’a-doa saya terasa begitu panjang?
Apakah Allah tidak sayang saya,apakah Allah membenci saya?
Tolong berikanlah nasihat terbaik bagi masalah saya ini
Terima kasih,
Assalammu’alaikum wr. wb.
Ryfa yang baik,
Nampaknya anda saat ini sedang merasa putus asah atas tak terwujudnya doa dan harapan anda. Saya memahami bahwa iman memang tidak selalu dalam kondisi puncak, arus kehidupan sering mengombang ambingkannya sehingga kadang iman itu naik kadang turun. Disaat iman melemah maka timbullah sikap berburuk sangka pada yang Maha Kuasa.
Ada sebuah kisah menarik yang terjadi pada seorang laki-laki yang sempat berburuk sangka kepada Allah. Satu ketika laki-laki itu hendak terbang untuk menghadiri pertemuan bisnis yang sangat penting, selama perjalanan ia terus berdoa kepada Allah agar jangan sampai ketinggalan pesawat. Sesampainya di bandara ternyata pesawatnya telah tinggal landas. Lelaki itu sangat frustasi dan pulang dengan hati dongkol sambil mengeluh kepada Allah yang tidak mengabulkan doanya.
Malamnya di rumah lelaki tersebut menonton berita di TV dan saat itu juga ia langsung sujud syukur di hadapan Allah, kenapa? karena pesawat yang seharusnya dinaikinya telah mengalami kecelakaan dan semua penumpangnya tewas. Siapakah yang lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya? banyak orang yang mengalami kisah nyata serupa yang dialami lelaki tersebut dan seharusnya kita pun dapat mengambil pelajaran darinya.
Allah memang tidak pernah menolak doa hamba-Nya (hadist), namun bentuk perwujudan doa tersebut disesuaikan dengan kebutuhan sang hamba, ada yang terkabul sesuai harapan, ada yang ditunda untuk menjadi penolak bencana dan ada doa yang tidak terkabul untuk menjadi amal soleh pemberat timbangan di akherat.
Saudariku meski iman menjadi lemah karena berbagai kekecewaan yang dirasakan, namun tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Yakinlah selalu ada kebaikan yang Allah simpan ketika doa kita belum terwujud. Manusia memiliki banyak keterbatasan tidak akan dapat melihat apa yang kan dialami ke depan, namun Allah Maha Kuasa dan kekuasaannya tidak terbatas, mengapakah kita berpikir bahwa kita manusia lebih tau yang terbaik bagi kita dibandingkan Allah?
Saya yakin Allah menyayangi anda dan masih menyayangi anda. Jika dulu doa anda selalu terwujud mungkin karena waktunya tepat untuk diwujudkan karenanya bersyukurlah akan hal tersebut. Jika sekarang doa anda belum terkabul maka bersabarlah mungkin waktunya saja yang belum tepat untuk diberikan. Ibaratnya jika anda adalah orang tua yang menyayangi anaknya maka anda akan lebih memahami, kapan permintaan anak anda dapat segera diberikan dan kapan anda merasa harus menunda permintaan/rengekannya. Wallahu ‘alambishshawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.