Assalamualaikum wr. wb.
Saya punya anak 2 orang, yang pertama 5 tahun sudah sekolah TK A1 dan yang kedua baru 9 bulan. Keduanya laki-laki. Awal pertama sekolah lancar saja, tetapi baru-baru ini tiba-tiba mogok sekolah. Awalnya setiap mau masuk kelas ada berbaris dia nggak suka baris alasan capek ketika disuruh baris oleh ibu gurunya, kemudian masuk kelas dan pulang ke rumah, jarak sekolahnya ke rumah kami nggak jauh juga. Sudah hampir 3 kali kejadian tersebut, hingga akhirnya benar-benar mogok sekolah.
Kami berdua sama-sama kerja, di rumah dia dengan pembantu. Anak kami jarang main di luar rumah dengan anak tetangga. Sekarang hobinya nonton TV film kartun, setiap disuruh ke sekolah selalu banyak alasan. Kami jadi bingung cara mengatasi hal tersebut karena sebentar lagi akan ada test dan kenaikan kelas B. Pernah suatu hari kami paksa untuk sekolah, sampai di sekolah nangis keras menutup mukanya di bahu saya, nggak mau liat temen di kelasnya.
Wassalamu’alaikum,
Assalammu’alaikum wr. wb.
Ibu S. yang penyabar,
Nampaknya ibu merasa bingung karena anak tercinta tidak mau ke sekolah dan jadi bertambah khawatir karena sebentar lagi akan ada kenaikan kelas. Tentu tidak mudah menghadapi situasi ini karena ibu harus bekerja. Namun nampaknya ibu memang harus menyediakan waktu untuk membantu anak menghadapi masalahnya agar tidak berkelanjutan.
Anak memang sensitif terhadap perlakuan, jika orang tua tidak peka maka dapat melukainya. Karenanya cara terbaik untuk membesarkan anak adalah tidak mendorong, tetapi dengan menggunakan gigi rendah dan seringkali netral. Cinta dan kesabaran adalah guru yang lebih baik dibandingkan dengan keharusan.
Anak ibu mungkin termasuk anak yang agak lambat proses adaptasinya. Hal ini wajar karena ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah sambil menonton kartun, sehingga bersekolah bisa jadi merupakan proses yang cukup berat baginya karena ia harus belajar untuk bersosialisasi. Anak ibu mungkin sudah mencoba untuk menyampaikan pesan tersebut kepada ibu dengan berbagai keluhan yang diutarakan namun mungkin karena keterbatasan waktu yang ibu miliki maka anak merasa kurang mendapat respon yang positif.
Dalam hal ini ibu dapat berdialog dengan anak untuk memahami apa yang dirasakannya, bicarakanlah hal apa yang disenanginya ketika di sekolah dan apa yang membuatnya merasa tidak nyaman. Berbekal informasi dari anak maka diskusikanlah dengan gurunya tindakan apa yang dapat dilakukan bersama sehingga anak mau kembali ke sekolah.
Jika sekolah lama memang tidak cukup kondusif untuk anak ibu maka mencoba sekolah lain yang dipilih anak dapat juga dilakukan. Karena mogoknya anak ke sekolah terkadang bukan sepenuhnya kesalahan anak tapi bisa juga disebabkan lingkungan sekolah memang tidak menarik dalam proses belajar mengajarnya.
Selain itu memaksakan anak ketika ia belum siap hanya akan memberikan dampak buruk atas perkembangan selanjutnya. Jika anak ibu memang belum siap masuk kelas B maka adalah lebih bijaksana untuk mengikuti perkembangannya dibandingkan harus memaksa mengikuti anak-anak yang lain. Usia tidak selalu menjadi patokan tapi yang lebih utama adalah kematangan dan perkembangan pribadi anak. Wallahu’alambishshawab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.