Anak Merasa Terkekang

Assalaamu’alaikum wr, wb.

Saya mempunyai seorang teman, ia adalah anak pertama dari empat bersaudara dan umurnya saat ini adalah 15 tahun yang berarti sudah memasuki masa remaja. Saat ini ia sedang menghadapi masalah. Orangtuanya terlalu mengekangnya sehingga jiwa bebasnya sebagai remaja pun bergolak.

Kemudian ketika ada masalah di sekolah, ia pun tidak ingin bercerita ke orang tuanya disebabkan ia merasa trauma terhadap perlakuan orang tuanya dahulu. Dahulu ia selalu dimarahi, sehingga ia kurang percaya pada orangtuanya, karena ia beranggapan jika ia bercerita tentang masalahnya, maka ia akan dimarahi.

Bagaimana tanggapan anda, ustadzah? Apa yang sebaiknya dilakukannya?

Wassalaamu’alaikum wr, wb.

Assalamualaikum wr. wb.

Saudara Imam yang dirahmati Allah

Masa remaja adalah masa peralihan atau transisi yang ditandai dengan mulainya perubahan cepat pada diri si anak, baik badaniah maupun mental dan emosional. Dalam masa ini seorang anak tidak mau dianggap sebagai anak kecil dan ingin merasa bebas dan menghayati otonominya terlepas dari keinginan dan pimpinan orangtuanya.

Setiap kali orang tuanya mengganggapnya begitu, karena terbiasa dari kecil, akan langsung timbul reaksi protes yang hebat. Terkadang menyebabkan konflik yang nyata, atau reaksi terselubung dengan akibat perang dingin. Remaja sensitive sekali dalam masalah ini.

Orangtua memang sering dibuat bingung menghadapi anak remajanya. Mereka pada umumnya kurang memahami bahwa remaja perlu menjalani ‘pelepasan’ ketergantungan mental-emosional pada orangtua. Cara berpakaian yang ‘semau gue’, nada bicara dan sikap yang kadang sering menantang, bahkan kadang menyentak sering membuat orangtua tersinggung dan kehilangan kesabaran.

Bila suara membujuk tidak berhasil, mereka berubah sikap menjadi keras, menyalahkan dan menghukum. Sikap ini biasanya justru menimbulkan pemberontakan yang meledak pada diri remaja.

Sebagai orang yang mulai beranjak dewasa, remaja haus akan pengakuan dan penghargaan. Keinginannya akan kebebasan penting guna menghayati identitasnya yang baru. Ini suatu kebutuhan batin yang mutlak harus dipenuhi. Namun biasanya orangtua kurang memahami keadaan ini. Sehingga biasanya remaja mencari jalan keluar dengan mencari lingkungan yang bersedia mengisi kebutuhannya tersebut.

Hal yang sama dialami remaja teman anda, yang mengalami pengalaman yang tidak mengenakan ketika menceritakan masalahnya kepada orangtuanya. Kini ia tidak berani menceritakan masalahnya pada orangtua, karena khawatir dimarahi. Karena merasa sia-sia saja apabila hal itu dilakukannya. Sehingga kejadian itu mempengaruhi kepercayaannya terhadap orangtua.

Idealnya, untuk mencari jalan keluar dari masalah ini, justru harus lebih dituntut pemahaman dari orang tua. Karena memiliki anak yang berusia remaja ada banyak hal yang mesti dipahami agar orangtua dapat lebih bijak menyikapi permasalahan anak remajanya.

Sedangkan si remaja juga harus bersikap hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif di masa pencarian identitasnya. Dengan menyibukan diri dengan berorganisasi dan memilih kawan-kawan yang bisa saling mendukung dalam hal yang bersifat positif. Insya Allah masa remaja ini dapat dilalui dengan sukses dan menjadikan remaja sebagai pribadi yang matang di saat menginjak masa dewasa nanti.

Pada akhirnya, masa remaja seperti teman anda memang memerlukan perhatian yang relatif lebih besar. Karena banyak gangguan mental serius mulai menampilkan diri justru pada masa awal remaja. Karena di masa inilah, anak menuntut banyak perhatian dan pengertian orangtua terhadap kebutuhannya dalam mencari identitas dirinya. Bukankah penyalahgunaan nakotika, seks bebas, kekerasan seperti tawuran, justru lebih banyak dilakukan anak-anak remaja? Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan dapat bemanfaat.

Wallahu’alam bishawab

Wassalamu’alaikum wr. wb.