Ibu Anita, saya seorang wanita 34 tahun baru 2 tahun menikah dengan duda 36 tahun, dengan 1 anak laki-laki berusia 10 tahun. Yang menjadi permasalahan adalah anak tersebut selama ini terlalu dimanjakan oleh suami saya dan mantan istrinya, sehingga anak tersebut tidak dapat mandiri dan terlalu bergantung pada orang lain, seperti halnya berpakaian, makan, mandi dan maaf untuk cebok setelah buang air kecil dan besar belum dapat dilakukannya sendiri. Tidur juga masih berkumpul dengan kami, meskipun kamar untuk anak sudah kami siapkan. Padahal anak tersebut memiliki IQ di atas rata-rata dan menjadi juara I di kelas serta memiliki fisik yang sempurna.
Saya sungguh prihatin dengan keadaan ini, karena memang kalau di rumah, ada kami atau pembantu yang dapat membantu anak tersebut untuk melakukan aktifitas tersebut. Tetapi seringkali di sekolah, anak tersebut masih buang air kecil dan besar di celana karena dia merasa tidak bisa cebok sendiri. Tentunya hal ini mengganggu aktifitas belajar dan sering diolok-olok temannya. Saya sering berusaha mengajarkan pada anak bagaimana mengurus diri sendiri, karena dari dilihat usianya seharusnya hal tersebut sudah dapat dilakukannya sendiri, ya bu, dan terus terang saya jadi sering malu, bila ada saudara atau teman yang datang dan melihat bahwa kami seolah-olah masih memiliki anak balita sementara tubuh anak tersebut bongsor, bu…
Saya juga memberi penjelasan dengan baik-baik pada anak tersebut, tetapi anak tersebut selalu menangis sehingga suami saya tidak tega dan mengatakan saya tidak berperasaan. Saya sudah memberi penjelasan pada suami bahwa hal itu saya lakukan demi kebaikan anak sendiri, karena tidak mungkin kita dapat mendampinginya setiap saat, dan ada hal-hal yang seharusnya dapat dilakukan secara mandiri oleh anak kami tanpa ketergantungan pada orang lain.
Hal ini pula yang menyebabkan beberapa kali pembantu kami keluar, karena tidak tahan harus mengurus anak berumur 10 tahun yang seolah-olah masih berumur 2 tahun. Memang di hadapan ayahnya dia selalu bersikap seperti anak kecil, yang penurut dan perasa. Tetapi terhadap orang lain, seperti pembantu dan saudaranya lain anak ini sering bertingkah laku dan berucap kasar dengan nada membentak-bentak. Dan ini membuat keluarga baik dari pihak suami maupun saya, tidak ada yang suka dengan anak ini.
Bagaimana ya Bu, cara menghadapi anak seperti ini. Kalau saya melihat kakak atau teman dalam menghadapi anaknya dapat bersikap sedikit keras atau tegas, tetapi saya baru bicara baik-baik, seolah-olah saya ini ibu tiri yang jahat.
Assalammu’alaikum wr.wb.
Ibu IH yang sholehah,
Sedih juga ya bu jika niat baik kita disalahpahami oleh keluarga. Namun posisi ibu sebagai ibu tiri memang agak sensitif ketika harus melakukan perbaikan atas perilaku anak padahal anak maupun orangtua kandungnya sendiri tidak menganggapnya sebagai masalah. Dalam hal ini memang akan dibutuhkan kesabaran dan kehati-hatian dalam berbuat sehingga tindakan ibu tidak menimbulkan perselisihanyang membuatibu justru jadi mendapat "cap" yang tidak enak dari anggota keluarga.
Anak umur 10 tahun belum mampu membersihkan diri sendiri memang merupakan masalah. Hal tersebut menunjukkan perkembangan kematangan dan kemandirian yang lambat. Apalagi masalahnya bukan dari segi kecerdasannya tapi karena pola asuh yang membuatnya tidak dapat berperilaku mandiri.ketidakmandirian anak ini jika tidak mengalami perubahan dalam pola pendidikannya maka beresiko membahayakan perkembangan emosinya dan kemampuannya memiliki keterampilan hidup ketika dewasa. Padahal penelitian membuktikan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan hidup bukan dipengaruhi semata karena kecerdasan intelektual tapi dipengaruhi oleh kecerdasan emosi.
Namun merubah perilaku anak dibutuhkan lingkungan yang konsisten, terutama dari kedua orang tuanya. Sayangnya suami ibu nampaknya belum sepakat akan masalah pola asuh ini, ya bu. Oleh karena itu sebaiknya sebelum ibu merubah perilaku anak maka maka hal pertama yang harus ibu lakukan adalah mendapat dukungan dari suami. Awalnya ibu harus membuka kesadaran suami untuk dapat melihat anaknya dari sudut pandang ibu.
Dalam hal ini ibu juga perlu memahami suami. Cinta suami yang berlebihan sehingga memanjakan anak mungkin juga disebabkan oleh perasaan bersalahnya atas kegagalan rumah tangga sebelumnya. Hal ini memang cenderung terjadi pada orang tua yang pernah mengalami kegagalan dalam rumah tangga, demi mengatasi rasa bersalahnya pada anak maka tanpa disadari mereka memberikan cinta yang berlebihan kepada anaknya dengan cara yang salah.
Saran saya untuk menyadarkan suami maka perlihatkan kepadanya akan resiko dari pola asuhnya pada anaknya saat ini. Mungkin ibu dapat memberikan artikel, bacaan atau contoh nyata dari anak yang tidak mandiri atau terlalu dimanja. Bahkan mungkin ibu dapat membuat suami untuk mendengarkan langsung pendapat ahlinya dengan mengajaknya berkonsultasi kepada psikolog anak. Hal terakhir dapat juga membantu ibu dalam melakukan terapi perilaku pada anak. Dengan dukungan suami dan kondisi lingkungan yang kondusif maka insya Allah anak ibu dapat menjadi lebih mandiri. Wallahu’alambishshawab
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.