Assalamu’allaikum Ibu Siti,
Selama ini saya mempunyai masalah yang sangat mengganngu pikiran saya. Saya sudah menikah 4 tahun yang lalu (saya menikah dijodohkan untuk kebahagiaan Ibu, tetapi belum bisa aku membahagiakan, Ibu telah meninggal 5 bulan yang lalu karena stoke.). Istri saya saat ini mengandung 3 bulan anak kami yang pertama. Saya sebelum menikah satu rumah dengan kakak perempuan saya di kota X. Setelah menikah saya tinggal satu komplek perumahan dengan kakak saya tersebut. Istri saya sering mengatakan ketidak cocokannya dengan kakak perempuan saya.Karena ingin hubungan dengan kakak tetap baik, saya sering menasihati istri saya untuk menerima keaadaan kakak saya tersebut. Namun istri saya menilai saya sudah membela kakak saya. Saya menjadi sering konflik dengan istri apabila ada pembicaraan yang berhubungan dengan kakak saya. Sepertinya istri saya alergi jika berbicara menyangkut kakak saya. Puncak ketidakcocokan istri saya dengan kakak saya sewaktu Ibu saya terkena stoke. Kakak berbicara yang menyinggung perasaan istri saya (lalu saya sampaikan ke kakak saya agar hati–hati berbicara di depan istri saya). Istri saya inginnya saya bersikap seperti dia. Sejak itu istri saya malas kalau diajak berkunjung ke tempat kakak saya. Karena tidak ingin saya putus hubungan dengan kakak saya, maka saya berbohong kalau kerumah kakak (semoga Allah mengampuni saya) sewaktu istri saya masih dikampung karena masih hamil muda.
Bagaimana Ibu Siti menyikapi masalah ini?. Saya ingin keluarga kami rukun.
Wassalam.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Bpk. Sss yang shalih,
Semoga keluarga bapak senantiasa dalam lindungan Allah swt. Bpk Sss, sebagai suami wajar jika menginginkan istri Anda dapat rukun dengan keluarga Anda. Sungguh salah satu hikmah sosial pernikahan mestinya dapat menambah saudara, karena bukan saja dua individu yang bertemu namun juga dua keluarga telah dipertemukan dengan adanya pernikahan. Hal ini patut menjadi pelajaran bagi kita semua, tentang pentingnya niat untuk meraih fadhilah lebih luas lagi dari sebuah pernikahan. Seorang yang hendak melangsungkan pernikahan hendaklah mempunyai tambahan niat yakni untuk dapat menerima dan mencintai keluarga pasangannya, bukan hanya mencinta suami/ istrinya saja. Insya Allah niat mulia yang dicanangkan sejak sebelum menikah dapat memudahkan dalam proses realisasinya ketika berumahtangga kelak.
Bpk. Sss yang shalih,
Saya salut bahwa Anda tetap sabar menghadapi istri yang belum bisa rukun dengan Kakak Anda yang pernah menyakiti hatinya. Kembangkan empati, mengapa bekas-bekas sakit hati masih begitu kuat melekat di hatinya, sehingga Andapun perlu mendekati istri dengan hati. Bisa jadi kepahaman istri yang terbatas menghalangi kebeningan hati istri untuk menerima ujian ini, tapi yakinlah bahwa dengan kepemimpinan dan tauladan Anda sebagai suami, hati istri akan tergerak dan hidayah dari Allah swt. akan segera dia dapatkan.
Menilik cerita Anda, nampak bahwa kakak adalah orang yang sangat berarti dan berjasa membantu Anda di masa lalu, Andapun bahkan sempat tinggal di rumahnya sebelum menikah. Patut dimengerti, Pak, bahwa hal-hal yang terkait Anda, belum tentu semuanya istri memahami. Saya menduga bahwa istri belum sepenuhnya memahami Anda dan keluarga Anda, termasuk latarbelakang Anda, orang-orang yang begitu berarti, baik dari kalangan keluarga atau bukan, misalnya yang telah berjasa pada Anda, dsb. Bagaimana mungkin istri memahami jika Anda tak mencoba bicara dari hati ke hati? Pengenalan terhadap pasangan tak berhenti setelah menikah, tapi tetap diperlukan sepanjang pernikahan itu sendiri.
Bpk Sss, take and give, memberi dan menerima, harus secara seimbang diwujudkan. Apalagi saat ini istri tengah mengandung, tentu ada perubahan-perubahan fisik-maupun emosional yang juga perlu Anda pahami. Selain itu berilah pengertia pada kakak karena belum tentu kesalahan semata dari pihak istri Anda. Bapak Sss, bersilaturahim dengan saudara, dapat secara langsung maupun tidak langsung. Sambil secara bertahap Anda berusaha melakukan islah (perdamaian) terhadap pihak-pihak yang bermasalah. Perhatian, seperti saling memberi hadiah, salah satunya dapat dicoba untuk mendekatkan hati. Ajarkan pada istri untuk melafadzkan do’a khusus yakni do’a rabithah untuk menyatukan hubungan yang tengah renggang. Sebagai imam, didiklah istri Anda dengan telaten, semoga Allah swt. memberi solusi terbaik, amin.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba