assalamualaikum wr. wb.
bunda yang baik,
saya baru menikah beberapa bulan, karena suami saya bekerja jauh berbeda pulau jadi untuk sementara saya tinggal di rumah mertua. baru 1 bulan saya tinggal, adik laki-laki suami saya rajin melaporkan keburukan-keburukan saya. karena beliau jauh, otomatis hal ini membuatnya khawatir. saya sudah banyak mengalah, dan memilih diam. hal itu saya lakukan untuk menghormati suami saya. akan tetapi dia semakin menjadi, seolah ingin membuat saya dan suami saya bertengkar. puncaknya setelah lebaran kemarin, dia mengajak suami saya main games semalaman hingga tidak pulang ke rumah. jelas itu membuat saya marah. tapi, saya hanya bisa diam dan menangis. suami saya tidak tegas terhadap adik-adiknya. seolah tidak bisa menolak klo mereka meminta apa. bagaimana hukumnya bunda…klo ada dengan hadis dan ayat al-qur’annya…
mudah-mudahan bunda dapat membantu…mengemukakan solusi apa yang harus saya perbuat
jazakillah…
wassalamuallaikum wr. wb.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Akhwat yang shalihah, sebuah hadits yang mulia telah pernah menceritakan kejadian yang anda alami: Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya ada seorang laki-laki berkata:
“Wahai Rasulullah, saya memiliki kerabat yang saya sambung tali silaturahim dengan mereka, namun mereka memutuskannya, saya bersikap baik dengan mereka, namun mereka berbuat buruk dengan saya”.Rasulullah menjawab, “Jika memang engkau seperti yang engkau katakan, maka engkau seolah-olah memberi makan mereka dengan abu panas, dan pertolongan Allah tetap akan bersamamu selama kau tetap demikian.”(HR. Muslim)
Dalam komentarnya terhadap hadits ini Imam Nawawi mengatakan, “Frase ‘engkau seolah-olah memberi makan mereka dengan abu panas’ adalah tasybih (penyerupaan) dengan derita yang dialami oleh orang yang makan abu panas. Orang-orang yang tidak membalas budi baik dengan budi baik serupa tidak akan mendapatkan apa-apa, melainkan akan menanggung dosa besar akibat kelalaian mereka dalam memenuhi kewajiban mereka dan kesewenang-wenangan mereka menyakiti pemberi budi baik.”
Begitu pun sabda Rasulullah saw yang lain : “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, dan ketika selesai menciptakannya, rahim berkata:”Inikah maqam orang yang berlindung kepadaMu dari pemutusan hubungan silaturahim?” Allah menjawab: “Benar. Tidakkah kau suka jika Aku berikan rahmat kepada orang yang menyambungmu dan menahan rahmat terhadap orang-orang yang memutusmu?”Rahim menjawab: “Tentu saja aku suka, wahai Tuhan.” Allah menukas, “Kalau begitu, ia untukmu.” Rasulullah saw melanjutkan:”Bacalah jika kalian mau AQ S Muhammad ayat 22. Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”(HR Bukhari)
Apa yang anda alami, akhwat shalihah, sesungguhnya adalah ujian keimanan bagi anda, di satu sisi, anda ingin berbakti kepada suami dan menjadi ratu bagi hatinya. Tetapi di sisi yang lain, adik ipar lelaki anda, tak henti-hentinya berperilaku yang membuat anda terganggu dan tidak nyaman berada di dekatnya, di rumah mertua anda. Memang, seperti inilah cara setan menggoda manusia. Ia selalu berusaha menyalakan api fitnah antara anda dan suami. Ia akan sangat bergembira bila di antara anda dan suami terbentuk fitnah.
Akhwat shalihah, Apa yang anda lakukan perlu dievaluasi lagi, anda memilih diam dan mengalah terhadap adik, namun Anda dan suami sampai bertengkar. Berarti diamnya Anda adalah bukan diam untuk menerima dan mengikhlaskan, namun menyimpannya saja untuk sewaktu-waktu meledak. Kadang-kadang cara koping (pengatasan masalah) seperti ini disebut cara flight from problems (menghindar dari masalah), namun tentunya Anda perlu lihat keefektifannya. Mengikhlaskan (forgiving) ditemukan oleh para pakar dapat membuat mental lebih sehat tapi bukan diam yang merepress (menekan) yang sewaktu-waktu akan meledak. Selain itu perlu diingat bahwa Anda dan suami adalah satu tim, tentu saja kekompakan Anda berdua perlu ditingkatkan.
Ikatan yang paling kuat yang diciptakan Allah sesungguhnya adalah ikatan suami istri, (mitsaqon galizhan). Maka jangan sampai masalah, sebesar apapun, idealnya, mengguncang ikatan ini. Dan tak boleh seorang pun, ipar, mertua, kerabat atau siapa pun, merusak ikatan ini. Bila pemahaman tentang satu tim ini sudah sepaham antara anda dan suami, anda berdua akan merancang penyelesaian ini secara bersama sehingga menjadi lebih mudah.
Bukalah lebar-lebar kran komunikasi antara anda dan suami. Jangan biarkan adik anda membentuk sumbatan. Ungkapkan apa yang anda rasakan dan minta tolonglah kepadanya agar ia bisa menjadi wasit yang adil. Bermuhasabahlah (mengevaluasi diri). Apa yang kira-kira membuatnya sakit hati terhadap anda, kalau perlu suami anda bisa menggalinya ke adik kandungnya. Bila sudah ditemukan, bersikaplah secara bijak, apakah anda harus membuat klarifikasi atau memutuskan untuk meminta maaf.
Yang jelas apapun yang dia lakukan, tetap upayakan untuk anda selalu berbuat baik kepadanya. Agar Allah memandang bahwa anda memang layak mendapatkan kenaikan derajat keimanan. Semoga.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba