Ada Kecenderungan, Takut Tidak Ikhlas

Assalamu’alaikum bunda, saya seorang ikhwan berumur 23 tahun, sudah bekerja, namun belum menikah. belakangan ini entah kenapa ya setiap kali ada waktu kosong selalu terlintas pikiran mengenai orang yang ana ada kecenderungan padanya, padahal ana sudah mencoba untuk terus melakukan banyak hal agar terus sibuk dan dapat melupakan dia. saya sungguh tersiksa karena ana tahu bahwa cinta yang menggebu-gebu itu hanya tiupan setan. saya tidak mau terjerumus kedalamnya, namun juga agak bingung ketika hendak menyatakan kepada ustadz ana. ya, alasannya sudah ada kecenderungan awal itu. ana takut tidak ikhlas dalam prosesnya, bukan karena Allah, tapi gara-gara hati saya telah terpaut terlebih dahulu. mohon jawabannya bunda.. jazakillah khair..

(pertanyaan yang mirip disampaikan oleh sdr Azzam, sehingga mohon ma’af,,jawabannya kami gabung di sini):

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu,

Ananda Azzam dan Lee yang shalih,
Saat ini ananda sudah berusia 22 dan 23 tahun, artinya secara usia sudah bukan remaja lagi dan wajar mulai memikirkan pendamping hidup. Saat ini rupanya Ananda sedang berada dalam kebimbangan. Yah..Bunda memahami hati Ananda, memang orang yang sedang terpapar oleh cinta akan serba salah bahkan bisa mengganggu kegiatan sehari-hari. Semua jadi serba gundah, ini-itu salah, syaithanpun menunggangi dengan angan-angan yang selalu menggoda, setiap hari bahkan setiap jam atau menit. Kecuali memang sedang disibukkan oleh sesuatu, sementara bisa tersingkir.

Ananda Azzam dan Lee, perasaan cinta yang datang memang tak bisa dihindarkan, namun harus dikelola dengan baik. Ketika lintasan-lintasan itu hadir, Ananda harus banyak berdzikr untuk mengusir perasaan itu, dzikr yang khusyu’ hingga hatipun luruh dalam ketundukan pada-Nya, mengadukan alangkah piciknya hati manusia. Ketika Ananda baca ayat-ayat cinta dari langit dengan tilawah, ketenangan akan menyeruak hati…insya Allah. Manusia kadang bisa diserang gangguan hati ini sehingga tubuhnya bisa panas dingin. Hati manusia yang rapuh ini tentunya harus selalu diterapi. Maka Rasulullah saw mengajarkan kepada kita salah satu do’a” Ya Muqallibal qulub, tsabbit qalbi ’ala diinik..”. Wahai Dzat yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hati ini pada agamamu..!

Ananda Azzam dan Lee yang shalih,
Ada saatnya bahwa pernikahan adalah solusi jika takut terjerumus dalam perzinaan. Bisa jadi Ananda memang harus bersegera menikah, bukan karena tergesa-gesa tapi setelah dipertimbangkan dengan matang. Nah, sekarang sejauhmana persiapan Ananda untuk menjadi calon kepala keluarga. Sudahkan ikhlas dalam berniat/ Tahu visi berkeluarga/ siap dengan kewajiban menjadi kepala keluarga, misalnya nafkah untuk keluarga nanti? Sudahkan ada persiapan konseptual/ keilmuan tentang rumah tangga yang akan dibentuk nanti? Sudahkah pula Ananda persiapkan keluarga besar untuk memahami, misalnya kriteria istri yang shalihat, bagaimana nanti proses pernikahan tidak bernuansa hura-hura tapi lebih islamy? Dan pertimbangan lain…Saya sarankan agar hal-hal seperti itu dipersiapkan. Lepas dari apakah sudah ada calon istri Anda atau masih belum fix tidak masalah. Karena penyiapan keluarga besar tak bisa mendadak tanpa adanya pendahuluan dari hati ke hati. Tentang siapa nanti yang akan menjadi jodoh Anda, apakah gadis yang sekarang membuat hati anda simpati atau bahkan gadis yang belum Anda kenal, serahkan saja pada Allah swt. Insya Allah hati orang beriman akan selalu dibimbing.

Ananda Azzam dan Lee yang shalih,
Saya sarankan Anda banyak menjalin keterbukaan dengan ustadz Anda, mintalah saran-saran, apakah memang gadis yang menarik hati Anda itu memang gadis shalihah dan tepat? Mungkin Ustadz Anda juga salah dalam memberi penilaian. Oleh karena itu keputusan tetap di tangan Anda. Keterusterangan justru diperlukan agar rasa yang terpendam ini bisa diurai, bahkan bisa disingkirkan jika ternyata tak sesuai dengan aturan-aturan hubungan lain jenis yang dituntunkan. Jagalah hati Anda selalu. Minimal Anda merasa lega telah mencurhatkan hal ini pada orang ananda percaya. Anda juga perlu penilaian obyektif dari pihak lain; kadang-kadang penilaian kita subyektif sehingga perlu second opinion dari orang yang lebih mengetahui. Suatu saat jika Ananda sudah siap, mental, ekonomi, sosial dan sebagainya berdiskusilah lagi dengan ustadz anda dan juga sertakan pendapat beliau, insya Allah kebersihan hati Ananda akan mengantarkan pada Nur petunjuk dari-Nya. Istikharahlah pada Allah swt, agar Ananda diberi kemantapan hati dan akhirnya mendapat pendamping hidup yang shalihah, bermanfaat untuk ummat. Jodoh kita hanya Allah swt yang tahu…awali dengan kepasrahan total pada keputusan-Nya dan kemukakan hasil istikharah Anda ini pada ustadz Anda. Saya turut mendoakan Ananda berdua… mudah-mudahan dimudahkan dalam urusan ini. Amin.

Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba