Sahabat Nabi Yang Terlahir Sebagai Pemimpin
Rasulullah Saw mengajarkan umatnya, kepemimpinan bukan masalah senioritas. Dan beliau Saw berhasil menransfer pemahaman ini dengan sangat baik ke para sahabatnya radhiallahu ‘anhum. Sehingga mereka memiliki cara pandang (paradigma) yang sama dengan Rasulullah Saw.
Kepemimpinan Khalid bin al-Walid
Contoh yang menarik adalah kisah diangkatnya Khalid bin al-Walid radhiallahu ‘anhu memimpin pasukan Perang Mu’tah. Peristiwa itu hanya berselang 4 bulan setelah Khalid memeluk Islam. Ketika tiga orang panglima perang yang ditunjuk Rasulullah Saw gugur: Ja’far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah bin Rawahah radhiallahu ‘anhum, panji pasukan dipegang oleh Tsabit bin Aqram radhiallahu ‘anhu. Tsabit adalah seorang sahabat senior. Ia turut serta dalam Perang Badar. Rasulullah Saw bersabda tentang para sahabat yang turut serta dalam pasukan Badar:
لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَكُونَ قَدِ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ، فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ
“Mudah-mudahan Allah telah memperhatikan ahli Badr (para sahabat yang ikut perang Badar) lalu berkata, ‘Lakukan semaumu, sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu’.” (HR. Bukhari, no. 3007).
Kata Tsabit bin Aqram al-Anshary, “Wahai kaum muslimin, tunjuklah salah seorang di antara kalian (untuk jadi pemimpin)!”“Engkau,” kata para sahabat. Tsabit menanggapi, “Aku bukanlah orangnya”. Maka para sahabat memilih Khalid bin al-Walid.” (Ibnu Hisyam, 2009: 533).
Kemudian Tsabit bin Aqram menemui Khalid bin al-Walid. Ia berkata, “Peganglah bendera ini wahai Abu Sulaiman (kun-yah Khalid).”“Aku tidak akan mengambilnya. Engkaulah orang yang lebih pantas untuk itu. Engkau seorang yang dituakan. Dan turut serta dalam Perang Badar,” jawab Khalid. Artinya Khalid tahu keutamaan dan ketokohan (senioritas) Tsabit. Ia menaruh respect padanya.“Ambillah! Aku ambil bendera ini hanya untuk menyerahkannya padamu,” perintah Tsabit tegas. Khalid pun mengambil bendera tersebut dan menjadi panglima perang (Shalabi, 2007: 248).
Dari potongan kisah ini, kita melihat para sahabat Rasulullah S memahami betul bahwa kepemimpinan bukan masalah senioritas. Orang yang pantaslah yang layak memimpin. Para sahabat hilangkanw ego kesukuan yang menjadi ciri bangsa Arab sebelum datangnya Islam. Dan inilah didikan Rasulullah Saw kepada mereka.
Kepemimpinan Amr bin al-Ash
Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhu ditunjuk Rasulullah Saw sebagai panglima pasukan Perang Dzatus Salasil, 5 bulan setelah ia memeluk Islam. Menariknya, dalam pasukan Dzatus Salasil ini terdapat Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhuma.
Rasulullah Saw memanggil Amr bin al-Ash dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku ingin mengirimmu memimpin sebuah pasukan dan Allah akan memenangkanmu dan memberimu harta rampasan perang. Aku berharap dengan harapan yang baik agar engkau mendapatkan harta”.
Kemudian Amr menjawab, “Wahai Rasulullah, aku tidak masuk Islam demi harta. Aku masuk Islam karena kecintaan terhadap Islam dan agar aku bisa bersama-sama Rasulullah Saw.”
Kemudian Rasulullah Saw memuji Amr, menyebutnya sebagai orang yang baik, “Wahai Amr, sungguh alangkah indahnya jika harta yang baik berada di tangan orang yang baik pula.” (HR. al-Bukhari dalam bab Adab, No. 299).
Suatu hari, Umar bin al-Khattab melihat Amr bin al-Ash sedang berjalan. Kemudian Umar mengatakan,
مَا يَنْبَغِي لأَبِي عَبْدِ اللَّهِ أَنْ يَمْشِيَ عَلَى الأَرْضِ إِلا أَمِيرًا . .
“Tidak pantas bagi Abu Abdillah (Amr bin al-Ash) berjalan di muka bumi ini kecuali sebagai seorang pemimpin.” (Tarikh Dimasyq oleh Ibnu Asakir). Di zaman kekhalifahan Umar bin al-Khattab, ia mengangkat Amr bin al-Ash sebagai gubernur Mesir
Pelajaran:
Pertama: Rasulullah Saw berada di antara para pemimpin.
Kedua: Rasulullah Saw sangat pandai membaca potensi para sahabatnya.
Ketiga: Orang yang berilmu agama memiliki kedudukan yang istimewa. Rasulullah tidak memberikan pujian kepada Khalid sebagaimana beliau memuji Abu Dzar, “aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku”.
Keempat: Kepemimpinan itu berat dan amanah.
Kelima: Leadership adalah bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu mencapai tujuan bersama. Terkadang hal ini tidak berhubungan dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan. Syaratnya dia seorang muslim kemudian modal utamanya adalah integritas (jujur dan amanah).
Keenam: Ada orang-orang yang terlahir sebagai pemimpin. Ada orang-orang yang bisa dilatih jadi pemimpin. Dan ada orang-orang yang tidak bisa dilatih jadi pemimpin walaupun memiliki mentor sekelas Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar.
Ketujuh: Banyak hal yang bisa digali dari perjalanan hidup Rasulullah Saw dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum.
Sumber : Sirah Nabawi
Alhamdulillah Street Dakwah Tshirt As Sirah sudah bisa diorder, desain Sahabat Nabi Saw. Yuk diorder sekarang juga kaosnya sebelum kehabisan, stock terbatas loh ? As Sirah, kaos tematik sahabat RA, terbuat dari bahan Cotton Bamboo Kualitas Premium. Bahan kain sangat lembut, adem, anti bakteri, cepat menyerap keringat dan sangat nyaman ketika dipakai.
Ready Size :
Dewasa : S, M, L, XL, Lengan Pendek Rp.125,000, Lengan panjang Rp.135.000 (Blm Termasuk Ongkir)
Anak-anak 8-13 tahun : S, M, L, Harga Rp. 90.000 (Blm Termasuk Ongkir)
Pemesanan Bisa Langsung Menghubungi Kontak
WA 1 – 0813 9471 4033
Line : assirahstore
( IG : @assirahofficial / IG : @assirahapparel )
( Fpage : @assirahfollowingtherightpath / Fpage : @assirahjunior )
Website : www.assirahstore.com