Eramuslim – “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS A-Ahzab [33]: 21).
Nabi Muhammad SAW adalah teladan mulia dalam sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, salah satunya keteladanan dalam hal kepemimpinan.
Saat berusia 35 tahun, Nabi SAW mampu mencari solusi bagi problematika umat. Saat renovasi Ka’bah sudah hampir selesai, para pembesar Makkah hampir terjadi perang gara-gara memperebutkan siapa yang paling layak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula.
Abu Muawiyah bin Mughirah sebagai orang yang senior akhirnya berembuk dengan para pembesar. Akhirnya disepakati, bahwa orang yang pertama kali masuk ke dalam Ka’bah yang akan meletakkan Hajar Aswad.
Nabi Muhammad SAW yang pertama kali masuk Ka’bah. Mereka ridha dengan beliau untuk meletakkan Hajar Aswad. Dengan tenang, Nabi dapat memecahkan solusi dengan pendekatan win-win solution. Setelah menggelar kain serban, Nabi meminta para pembesar Qurasy untuk meletakkan Hajar Aswad di atas kain tersebut. Setiap pembesar memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkatnya bersama Nabi SAW. Setelah dekat dengan tempat Hajar Aswad, akhirnya Nabi SAW yang meletakkannya.
Dari peristiwa peletakan Hajar Aswad inilah akhirnya orang Quraisy sepakat untuk memberikan gelar kepada Nabi Muhammad SAW dengan gelar al-Amin (orang yang terpercaya).