Maka satu wasiat mulia ini saja, jika diamalkan, tentulah akan menyita seluruh waktu yang dimiliki seorang hamba, bahkan amat mungkin ia mati ketika amal mempraktekkan hadits ini belum sepruhnya, apalagi kelar seluruhnya.
Pasalnya, amalan yang merupakan wujud iman kepada Allah Ta’ala dan Hari AKhir adalah sumber inspirasi utama para sahabat Nabi sehingga berhasil menjalani hidup sebagai generasi terbaik sepanjang sejarah umat manusia.
Mereka adalah sosok yang fisiknya di bumi, tapi ruh dan pikirannya berkelana jauh menembus akhirat. Mereka masih hidup di dunia, tapi surga amat dekat rasanya.
Maka kerja-kerja mewujudkan iman kepada Allah Ta’ala dan Hari Akhir itu, masanya tak terbatas. Inilah yang diwasiatkan oleh Nabi, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir, “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Jabir mendengarkan Nabi mengucapkannya tiga malam sebelum beliau wafat.”
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal dunia melainkan ia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”
Berbaik sangka, meski amal kita sederhana. Berbaik sangka, semoga amal kita diterima. Berbaik sangka, semoga kita dimaskkan ke dalam surga. Berbaik sangka, semoga Allah Ta’ala jauhkan kita dari neraka. Berbaik sangka, bahwa Allah Ta’ala mustahil menzhalimi hamba-hmaba-Nya. [Pirman/kisahikmah]