Barulah setelah itu, dan bersamaan dengan dua amanah kepemimpinan asasi sebelumnya, Tuan dan sebagian kita mengambil amanah kepemimpinan lain yang lebih besar di berbagai levelnya. Ada yang tepat di bawah Tuan sebagai Menteri, para anggota dewan yang terhormat, pemimpin di tingkat provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, desa hingga rukun warga dan rukun tetangga.
Tuan, terimakasih atas kesediaan Tuan menanggung beban berat memimpin kami. Terimakasih karena Tuan telah memilih menjadi yang terdepan, kelak untuk menghalangi kami dari siksa neraka. Terimakasih karena Tuan telah menjadi yang terdepan dalam memimpin kami menuju surga. Terimakasih, Tuan.
Akan tetapi, Tuan dan siapa pun yang mengurusi hajat hidup orang banyak. Dimana amanah tersebut hanya mampu dikerjakan oleh orang tertentu, tidak semua orang bisa, ada hal-hal yang harus senantiasa Tuan pikirkan baik-baik.
Begini Tuan, ada sebuah petuah Nabi (lagi) tentang kepemimpinan. Di dalam riwayat singkat oleh Imam Muslim Rahimahullah dari sahabat mulia Auf bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, baginda Nabi yang merupakan sebaik-baiknya pemimpin di muka bumi ini memberikan nasihat tentang ciri pemimpin terbaik dan pemimpin yang paling buruk.
Pemimpin terbaik, meneruskan petuah sang Nabi, ialah Tuan yang dicintai rakyat dan rakyat pun mencintai Tuan, ialah Tuan yang mendoakan rakyat dan rakyat pun mendoakan Tuan. Adakah Tuan merasakan hal ini? Sudah bertanya kepada dua ratus jutaan rakyat yang Tuan pimpin?
Jangan-jangan, Tuan termasuk yang membenci rakyat dan rakyat pun membenci Tuan, melaknat rakyat dan rakyat pun mencaci dan menghina Tuan.
Tuan, menepilah sejenak. Pikirkanlah makna hadits ini baik-baik.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]