Tradisi Yasinan dan Tahlilan, Bolehkah Dalam Islam?

Imam Ibnu Daqiq al ‘Id rahimahullah juga menasihati kita:

والعلماء إنما ينكرون ما أجمع عليه أما المختلف فيه فلا إنكار فيه لأن على أحد المذهبين: أن كل مجتهد مصيب وهو المختار عند كثير من المحققين. وعلى المذهب الآخر: أن المصيب واحد والمخطئ غير متعين لنا والإثم موضوع عنه لكن على جهة النصيحة للخروج من الخلاف فهو حسن مندوب إلى فعله برفق

“Para ulama hanyalah mengingkari apa-apa yang telah ijma’ (kemungkarannya). Sedangkan perkara yang masih diperselisihkan tidak boleh ada pengingkaran dalam hal itu. Sebab, bagi seseorang ada dua madzhab yang berlaku:

Pertama, seluruh Mujtahid itu benar. Inilah yang dipilih oleh banyak muhaqqiq (peneliti). Kedua, yang benar hanya satu yang lainnya salah, namun tidak tentu yang mana, dan dosa tidak berlaku. Tapi dia dinasihati agar keluar dari perselisihan. Ini adalah hal yang bagus dan diajurkan melakukannya dengan lembut. (Imam Ibnu Daqiq al ‘Id, Syarah al Arbain an Nawawiyah, Hal. 112 – 113)

2. Al ‘Urf Al Fasad, tradisi yang rusak.
Yaitu tradisi yang tidak berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah, dan isinya pun bertentangan dengan Islam. Maka ini semua tertolak dan tidak boleh dilestarikan.

Misalnya, kebiasaan lempar sesajen ke laut, atau sesajen lainnya. Tradisi corat-coret seragam pelajar setalah ujian dan tradisi jelek lainnya. Tradisi semacam ini jelas terlarang, dan tidak dibenarkan mengikutinya. Justru dianjurkan menghilangkannya dengan cara yang efektif dan tidak menimbulkan fitnah yang lebih besar.(sdo)