2. Melalui amal
Sedangkan dari sisi amal cara menahan amarah adalah dengan berdzikir membaca ta’awudz, kemudian berusaha menenangkan diri. Carilah posisi yang lebih rileks. Bila dalam keadaan berdiri, maka bisa berganti posisi dengan duduk. Jika dalam keadaan duduk, bisa berganti posisi dengan tidur miring. Dianjurkan pula berwudhu dengan air dingin.
Seperti dilansir dari Muslim Moderta, Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Syekh Jamaluddin al-Qasimi mengatakan:
وَأَمَّا الْعَمَلُ فَأَنْ تَقُولَ بِلِسَانِكَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، وَإِنْ كُنْتَ قَائِمًا فَاجْلِسْ، وَإِنْ كُنْتَ جَالِسًا فَاضْطَجِعْ، وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَتَوَضَّأَ بِالْمَاءِ الْبَارِدِ؛ فَإِنَّ الْغَضَبَ مِنَ النَّارِ، وَالنَّارُ لَا يُطْفِئُهَا إِلَّا الْمَاءُ.
“Adapun (mengatasi amarah dengan) amal, katakanlah dengan lisanmu, A’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm (aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk). Bila engkau berdiri, duduklah. Bila engkau duduk, tidurlah miring. Disunahkan berwudhu dengan air yang dingin, sesungguhnya kemarahan adalah dari api, sedangkan api tidaklah bisa dipadamkan kecuali dengan air.” (Syekh Jamaluddin al-Qasimi, Mau’ihhah al-Mu’mini min Ihya’ Ulum al-Din, hal. 208).
Barangkali ekspresi kemarahan menurut sebagian kalangan adalah sebuah perbuatan yang menunjukan ketegasan, keberanian, dan keperkasaan. Mereka tidak sadar bahwa yang demikian tersebut timbul dari kebodohannya, pelakunya tidak mengerti bahwa untuk menunjukan keberanian tidak harus bersikap demikian.
Bahkan menurut Imam Al Ghazali perbuatan tersebut menunjukan sakitnya hati dan kurangnya akal. Orang yang bodoh tentang hal ini bisa diobati dengan dibacakan kepadanya hikayat-hikayat tentang ahli pemaaf dan kebaikan-kebaikan yang didapatkan dari mereka.
Al-Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Syekh Jamaluddin al-Qasimi mengatakan:
وَأَشَدُّ الْبَوَاعِثِ لِلْغَضَبِ عِنْدَ أَكْثَرِ الْجُهَّالِ تَسْمِيَتُهُمُ الْغَضَبَ شَجَاعَةً وَعِزَّةَ نَفْسٍ، حَتَّى تَمِيلَ النَّفْسُ إِلَيْهِ وَتَسْتَحْسِنَهُ، وَهَذَا مِنَ الْجَهْلِ، بَلْ هُوَ مَرَضُ قَلْبٍ وَنُقْصَانُ عَقْلٍ، وَيُعَالَجُ هَذَا الْجَاهِلُ بِأَنْ تُتْلَى عَلَيْهِ حِكَايَاتُ أَهْلِ الْحِلْمِ وَالْعَفْوِ، وَمَا اسْتُحْسِنَ مِنْهُمْ مِنْ كَظْمِ الْغَيْظِ، فَإِنَّ ذَلِكَ مَنْقُولٌ عَنِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ.