Bukankah sekarang ini kita menjumpai segala jenis berita di berbagai media cetak maupun online? Hanya sekadar orang kebelet buang air kecil, jadi berita. Hanya sekadar berkunjung ke sawah, jadi berita. Hanya sekadar status media sosial, sebab heboh, juga dijadikan berita.
Padahal, terkait apa yang kita lihat, ada etika yang harus dijunjung. Di antaranya; layakkah disebarkan? Adakah manfaatnya jika dirujuk dari nilai keislaman yang kita anut? Bagaimana dampak baik dan buruknya bagi kehidupan masyarakat. Memangnya, ada yang mendapatkan manfaat dari berita seorang manusia yang turun dari mobil saat terjebak macet hanya untuk buang air kecil?
Yang terakhir, “dan menyebut segala yang diketahuinya,” maknanya, ingin terlihat sebagai orang yang serbabisa, ingin dinamai sebagai orang berilmu, dan gelaran-gelaran lainnya. Padahal, di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya. Pun, terkait pembicaraan.
Jika ketiga sifat tersebut ada di dalam diri seorang manusia, Imam Ibnu Athailah as-Sakandari menyebutnya dengan, “Ketahuilah bahwa itu tanda-tanda kejahilan pada dirinya.” Wallahu a’lam bish shawwab. [Pirman/Kisahikmah]