قِيلوا فإن الشياطين لا تَقيل
“Qailulah-lah (istirahat sianglah) kalian, sesungguhnya setan-setan itu tidak pernah istirahat siang.” (HR Abu Nu’aim)
Selain waktu-waktu yang telah dijelaskan tersebut, maka janganlah tidur. Alangkah baiknya mencari aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
Sebagian masyarakat saat ini memahami rebahan itu sebagai waktu luang untuk istirahat, atau sekadar bersantai dengan tidur-tiduran, atau juga berkeinginan tidur dan tidak ingin beranjak dari tempat tidur.
“Tidak boleh begitu. Kalau sudah berlebihan, maka akan berbahaya, apalagi jika sudah menjadi tradisi,” ungkap Ustadz Khalid Basalamah.
Ia menerangkan, kebiasaan tidur Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam harus kaum Muslimin teladani sebagai batas waktu tidur yang baik menurut ajaran Islam.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidur dalam jumlah wajar, tidak pernah tidur berlebihan hingga melampaui batas kebutuhan tubuh.
Meski demikian, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak memaksa diri tetap bangun jika merasa lelah. Beliau beristirahat sesuai kebutuhan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengibaratkan iman sebagai perhiasan terindah. Dalam hadis sahih lainnya, Rasulullah pernah mengucapkan doa berikut:
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ
“Ya Allah, hiasilah (diri) kami dengan perhiasan (keindahan) iman, serta jadikanlah kami sebagai orang-orang yang (selalu) mendapat petunjuk (dari-Mu) dan memberi petnjuk (kepada orang lain).” (okz)
Wallahu a’lam.