Siang hari, di sela-sela kerja, sebagai salah satu bentuk rehat yang paling bagus; maka ia bergegas mendirikan Dhuha, kemudian melakukan tidur siang sesaat sebelum Dhuhur sebagai salah satu sunnah Nabi, dan seterusnya.
Semua itu, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang berilmu. Sehingga, tak ada masa yang sia-sia. Bagi orang yang berilmu, setiap jenak adalah peluang untuk perbanyak amal shaleh guna mengumpulkan bekal kehidupan di akhirat kelak.
Yang patut dicatat, ada amalan-amalan penghapus pahala. Jika amalan ini dikerjakan di akhir hayat, maka amalan setinggi gunung atau sebanyak air di samudera, bisa habis sebab satu amalan itu. Misalnya, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu sabdanya yang berstatus Hasan Gharib ini:
Sungguh, ada orang yang melakukan kebaikan selama tujuh puluh tahun, tetapi ia berwasiat dan zhaim dalam wasiatnya, lalu menutup usianya dengan kejelekan amalnya sehingga ia dimasukkan ke dalam neraka. Dan sungguh, ada orang yang melakukan keburukan selama tujuh puluh tahun, lalu ia adil dalam wasiatnya, dan menutup usianya dengan kebaikan amalnya, sehingga ia dimasukkan ke dalam surga. (Hr. Imam Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah)
Hendaklah berhati-hati dan wasapada; jangan berhenti beramal dengan ikhlas hingga ajal menjemput. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari akhir yang buruk, dan menjadikan kita akhir yang baik dalam kehidupan. Aamiin. [Pirman/kisahikmah]