Eramuslim – Dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.;
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“
Pimpinan Majelis Taklim dan Dzikir Baitul Muhibbin, Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi mengatakan, ilmu amat tinggi kedudukannya di dalam Islam, demikian pula mereka yang mengajarkan dan menebarkan ilmu.
“Sehingga Islam juga menganjurkan agar umatnya memberikan pengormatan kepada para ulama (Guru),” kata Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi dalam kajian virtualnya belum lama ini.
Ilmu, kata dia, tidak akan bisa diperoleh secara sempurna kecuali dengan diiringi sifat tawadhu’ (rendah hati) si murid terhadap gurunya, karena keridhaan guru terhadap murid akan membantu proses penyerapan ilmu.
Sehingga Imam Al Munawi dalam Faidh Al Qadir (3/253) menyatakan bahwa tawadhu’ murid terhadap guru merupakan cermin ketinggian kemuliaan si murid. Tunduknya kepada guru justru merupakan izzah dan kehormatan baginya.
Ibnu Abbas, sahabat mulia yang amat dekat dengan Rasulullah mempersilahkan Zain Bin Tsabit, untuk naik di atas kendaraannya, sedangkan ia sendiri yang menuntunnya. “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ulama kami”, ucap Ibnu Abbas.
Abdullah bertanya pada ayahnya imam Ahmad bin Hanbal; “Mengapa setiap hari ia mendengar imam Ahmad mendoakan gurunya yaitu Imam Syafi’i. Imam Ahmad menjawab: “Wahai anakku, Syafi’i seperti matahai bagi dunia..”
Sebagaimana disebutkan beberapa riwayat, bahwa selama tiga puluh tahun Imam Ahmad mendoakan dan memintakan ampunan untuk guru beliau Imam As Syafi’i.”Hormati Gurumu, Maka Berkah Hidupmu. Barokallah Fiikum,” katanya menutup majelis ilmunya. (rol)