Eramuslim.com – Di usia remajanya, pemuda ini biasa dipanggil dengan sebutan Bakri oleh keluarga dan orang-orang sekitarnya. Sebagaimana umumnya remaja pedesaan, Bakri terpengaruh oleh rekan-rekan sepermainannya yang memiliki kebiasaan begadang sembari nongkrong di jalan ditemani segelas kopi dan sebatang rokok.
Lantaran khawatir, pihak keluarga menasihati si Bakri. Apalagi, selain merokok, remaja sekitar juga sering berjudi. Lambat laun, kekhawatiran keluarga terbukti. Bakri resmi menjadi seorang perokok berat sekaligus tukang judi.
Ayah dan ibunya sering memberikan nasihat, tapi tidak mempan. Hingga, sang ayah mengajaknya mengunjungi sebuah makam syekh. Ziarah kubur. Di makam tersebut, selain mengingat mati, sang ayah berdoa kepada Allah Ta’ala agar anaknya diberi hidayah.
Jika memang tidak kunjung bertaubat, sang ayah lebih memilih agar anaknya itu diwafatkan. Sebab sia-sia belaka kehidupannya jika hanya membawa keburukan bagi diri, keluarga, masyarakat, dan umat Islam.
Agak lama setelah itu, Bakri bermimpi. Didatangi sesosok kakek yang membawa batu besar dan siap dilemparkan. “Hai cucuku,” tutur si kakek, “jika engkau tidak menghentikan kebiasaan burukmu, aku akan melemparkan batu besar ini ke kepalamu.”