Eramuslim – Di hadapan Allah SWT, semua manusia sama, yakni makhluk ciptaan-Nya. Namun, ada pembeda utama di antara mereka. Pembeda itu bukan dari sisi bentuk wajah, badan, atau penampakan fisik lain, melainkan ketakwaan: hati yang bersih dan anggota badan yang diarahkan untuk mengabdi kepada Allah dan beramal saleh.
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Tetapi, Dia hanyalah melihat pada hati dan amal kalian.” (HR Muslim).
Ibnu Rajab menjelaskan dalam kitab Syarh Manzhumah al-Adab, takwa tempatnya berada dalam hati, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui hakikatnya kecuali Allah. Betapa banyak orang bagus rupa, harta banyak, pangkat atau kedudukan dunia tinggi, tetapi hatinya kosong dari ketakwaan. Sebaliknya, ada orang yang tidak seperti itu, tetapi hatinya penuh ketakwaan, maka jadilah dia orang yang paling mulia di sisi Allah SWT.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat [49]: 13).
Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menjelaskan, sesungguhnya manusia bisa menjadi mulia dengan ketakwaan, bukan dilihat dari keturunan atau nasab. Imam asy-Syaukani dalam kitab Fath al-Qadir mengatakan, yang paling mulia di antara manusia adalah yang paling bertakwa. Merekalah yang berhak menyandang kemuliaan. Dialah yang paling mulia dan tinggi kedudukannya di sisi Allah.
Takwa adalah kunci meraih ridha Allah yang kemudian diwujudkan secara nyata dalam bentuk surga, lengkap dengan segala kenikmatan tiada tara. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan. Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan Tuhan kepada mereka; dan Tuhan memelihara mereka dari azab neraka.” (QS ath-Thur [52]: 17-18).