Sebagai umat akhir zaman yang hidup di tengah-tengah fitnah yang semakin sulit diredam, baik yang terjadi akibat kesalahan kita sendiri ataupun akibat perbuatan orang lain, kita umat Islam mungkin perlu mengingat kembali pesan-pesan penting dalam warisan Rasulullah Muhammad SAW, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Karena memang hanya dengan kembali kepada dua sumber ajaran Islam itulah kita akan memperoleh panduan keselamatan dari Allah SWT, baik keselamatan dari fitnah perpecahan umat Islam itu sendiri; fitnah kesesatan dan penyimpangan aqidah; fitnah beragam berita rekayasa dan cerita dusta yang menyesatkan; ataupun fitnah-fitnah lain yang mengancam kemaslahatan kita umat Islam.
Islam memerintahkan umatnya untuk selalu kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah karena memang keduanya adalah panduan utama dalam kehidupan mereka, sehingga ketika misalnya umat Islam ingin meredam perpecahan atau permusuhan yang terjadi di antara mereka, maka ikatan yang akan dapat mempersaudarakan mereka kembali adalah ikatan kebenaran sebagaimana diajarkan dalam dua sumber ajaran Islam tersebut.
Setiap orang dari umat Islam pasti memiliki potensi berbuat salah dan menyimpang, baik secara sadar maupun tidak, dan semuanya juga pasti memiliki kemungkinan untuk berbeda pendapat dalam perkara tertentu, sehingga memang satu-satunya cara untuk dapat meluruskan suatu kesalahan atau penyimpangan yang terjadi di antara mereka, ataupun untuk memperoleh kesimpulan yang sesuai dari suatu perkara tertentu yang mereka perselisihkan, yaitu adalah dengan kembali kepada panduan utama mereka tersebut. Di dalam al-Qur’an dan sebuah riwayat hadits disebutkan yang artinya berikut ini:
“Kemudian jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisaa’ [4]: 59)
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang selama kalian berpegang teguh kepada keduanya maka niscaya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnahku.’” (Riwayat Hakim)
Bagaimanapun juga, hanya melalui persamaan keyakinan atau ikatan agama sajalah permasalahan di antara umat Islam akan dapat terselesaikan, dengan izin Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai–berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian, karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian memperoleh petunjuk.” (Aali ‘Imraan [3]: 103)
Dengan berusaha mengingat kembali pesan-pesan penting dalam agama kita, niscaya kita umat Islam yang tengah berselisih atau bertikai akan dapat berdamai hingga saling memaafkan kesalahan satu sama lain; dan kita yang tersesat atau salah jalan juga akan dapat terbimbing kembali dalam menjalani hidup; sebagaimana kita yang merasa tak tertolong atas masa lalunya juga akan tetap memperoleh harapan masa depan yang sama sebagaimana yang lainnya; demikian juga ketika kita lalai akan tujuan hidup, di mana kita akan kembali diingatkan tentang alasan mengapa dan untuk apa kita diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini. Sehingga dengan berusaha memperhatikan kembali pesan-pesan yang terkandung dalam ajaran agama kita tersebut, perbaikan dan kemaslahatan yang kita harapkan bersama akan dapat terwujud, dengan izin Allah SWT.
Dan di samping itu semua, dalam upaya meraih kemaslahatan juga, semenjak kita meyakini bahwa Allah SWT tidak pernah tidur dan tidak pernah bisa ditipu melalui upaya apapun, maka mungkin akan lebih baik jika kita umat Islam tetap bersabar dan tidak terpancing untuk berbuat kerusuhan dan kerusakan ketika misalnya ada pihak tertentu yang sepertinya berusaha menipu Allah SWT dan menipu kita, karena sesungguhnya jika memang mereka tampak bisa selamat di dunia ini dengan perbuatan mereka tersebut, di akhirat kelak mereka tetap tidak akan bisa menghindar dari balasannya. Maka sebaiknyalah kita biarkan saja mereka lelah menipu diri mereka sendiri, dan tetaplah kita berbuat dalam keadaan kita masing-masing, sambil berusaha memperbaiki apa yang harus diperbaiki sesuai lingkup kesanggupan dan batas kemampuan kita, tanpa perlu kita menguras waktu dan tenaga untuk melayani perasaan negatif yang muncul tentang mereka, yang mana justru akan membebani batin kita sendiri atau hingga membuat kita terjebak dalam kewaspadaan yang terlalu dipaksakan, yang pada akhirnya, ketentraman hidup kita sendiri akan justru terganggu. Karena bagaimanapun juga, kita tidak pernah dianggap berdosa ketika misalnya tidak sampai mampu merubah sesuatu yang memang di luar kesanggupan kita. Bahkan dalam perkara tertentu, kita justru tidak dianjurkan untuk bersedia menanggung suatu beban yang lebih berat dari kesanggupan kita.
Maka mungkin sebagai upaya memperoleh solusi yang adil, akan lebih selamat jika kita berusaha menyikapi segala sesuatu tanpa perlu berlebihan, melainkan sewajarnya saja sesuai ukurannya, sambil berusaha mengembalikan perkaranya kepada kaidah al-Qur’an dan as-Sunnah, semampu kita. Jika memang suatu kaum telah terbukti bersalah hingga sampai menjadi sumber permasalahan di antara kita, maka tentu mereka harus tetap dihukum atas kesalahannya tersebut, serta harus justru dicegah dan ditahan agar tidak lagi melakukan tindakan yang dampak fitnahnya justru lebih besar dari kemaslahatan yang kita harapkan. Sehingga dengan demikian, kendala bersama akan dapat kita redam dan kita pun juga tidak perlu sampai berlarut-larut dalam pertikaian yang pada kenyataannya tidak mendatangkan manfaat apapun, melainkan justru mendatangkan kerugian dan keresahan bersama.
Bagaimanapun juga, sesungguhnya tiada manusia yang suci dari kesalahan, sehingga kita pun juga tidak berhak merasa aman dari kesalahan, sampai misalnya kita cenderung ingin menutup pintu ampunan dan rahmat Allah SWT yang tersedia bagi orang-orang yang bersalah. Siapapun yang bersalah dan masih hidup saat ini tetap memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh hidayah Allah SWT hingga meraih ampunan dan rahmat-Nya, meskipun memang harus melalui hukuman setimpal terlebih dahulu. Selain itu juga, sesungguhnya tiada nikmat berupa keterjagaan dari kesalahan yang patut untuk kita akui sebagai hasil dari usaha kita sendiri. Ketika misalnya kita tampak terjaga dan terhindar dari suatu kesalahan atau keburukan yang kita benci, maka sebenarnya itu hanyalah atas ketentuan yang telah dikehendaki oleh Allah SWT semata, dan bukan atas ketentuan dan kekuasaan kita sendiri. Segala bentuk keselamatan pada hakikatnya telah ditetapkan oleh Allah SWT dan telah tertulis di Lauh Mahfuudz jauh sebelum kita diciptakan, tanpa ada perubahan catatan sedikitpun, sehingga kita pun pada dasarnya tidak patut membanggakan apapun yang sebenarnya bukanlah hasil dari usaha dan jerih payah kita sendiri.
Selamanya, manusia tidak pernah mampu menyelamatkan dan menjaga dirinya sendiri dari keburukan, baik yang tampak maupun yang samar dalam hatinya, kecuali atas izin dan kehendak Allah SWT. Sehingga juga pada hakikatnya, kemampuan untuk menghindari sifat-sifat buruk seperti sombong, dengki, dendam, dan lain-lain yang semacamnya, pun juga hanyalah semata-mata kemampuan dari Allah SWT, dan bukan kemampuan yang kita hasilkan sendiri. Maka semoga Allah SWT memampukan kita umat Islam untuk menghindari kecenderungan-kecenderungan yang buruk, terutama kecenderungan saling mendoakan keburukan satu sama lain, semenjak kita semua juga sama-sama tidak tahu persis akhir hidup seperti apa yang akan kita alami kelak.
Sesungguhnya hanya milik Allah SWT sajalah segala kekuasaan di langit dan di bumi. Dan selalu hanya milik-Nya sajalah segala bentuk kekuatan. Maka semoga kita umat Islam dianugerahi kekuatan untuk tetap berpegang kepada tali Allah SWT dalam upaya menyelesaikan perselisihan dan meluruskan penyimpangan, agar perdamaian dapat tetap terjaga dan kemaslahatan bersama juga dapat terwujud. Dan semoga juga kita dianugerahi akhir hidup yang baik dan selamat, yaitu sebagai orang-orang Muslim yang terbebas dari syirik serta mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT. Sesungguhnya hanya dari dan milik Allah SWT sajalah segala kebenaran, hidayah dan taufiq.
Wallaahu a’lam.