Eramuslim – ALKISAH, pada zaman Nabi Isa as. terdapat tiga pemuda saleh tengah berjalan kaki menyusuri gurun.
Ketiganya sepakat untuk sama-sama menuntut ilmu di sebuah negeri sebrang nun jauh. Namun, saat tiba di tengah perjalanan, mereka menemukan timbunan harta yang melimpah. Alhasil, mereka pun memutuskan untuk istirahat sebentar sembari mencari makan.
Ketiga pemuda itu kemudian sepakat bahwa mereka harus rela berbagi tugas. Salah satu di antara mereka pergi mencari makan. Sementara dua orang lainnya bertugas menjaga harta istimewa itu guna menghindari adanya pencuri atau orang yang mengaku-ngaku atas kepemilikan harta tersebut. Hal ini dikarenakan nilai harta itu dinilai lebih tinggi ketimbang makanan yang akan mereka santap, sehingga penjagaan ekstra pun harus dilakukan.
Akhirnya, dia yang ditunjuk mencari makanan, bergegas pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Di tengah perjalanan, terlintas di benaknya untuk menguasai seluruh harta temuan itu. Sang pemuda pun mencari cara agar bisa melenyapkan keduanya. Dan, dipilihlah racun untuk dicampur dengan makanan yang akan diberikan kepada mereka.
Ternyata, niat jahat bukan hanya terlintas dalam benak sang pemuda yang diutus mencari makan saja. Kedua rekannya yang lain juga telah sepakat untuk menghabisinya sekembali ia mencari makan. Tentu saja, mereka berharap agar kekayaan itu hanya dibagi dua saja.
Setelah pemuda yang membeli makanan itu sampai ke tempat semula, kedua rekannya langsung menerkam dan membunuhnya. Tak ada sesal, tak ada rasa bersalah. Bahkan, keduanya tersenyum simpul, lega. Dan, karena sangat lapar, mereka pun tak sempat berpikir lain kecuali menyantap makanan yang diperoleh temannya ituyang juga telah dibubuhi racun.