Seorang pemimpin, mungkin seharusnya adalah Harry Potter ketika ia selamat dari serangan musuhnya, Lord Voldemore, dan dinasihati gurunya, Dumbledore. “Someday, you will have to choose between what is right and what is easy.”
Pilihan pemimpin hanyalah memetik mana yang benar, tetapi walaupun sulit, berhasil di jangka panjang atau gampang tetapi tidak akan pernah membuat yang dipimpinnya ke mana mana. Pujangga Jawa, Yasadipura– kakek Ranggawarsita, mengatakan: “Waniya ing gampang, wediya ing pakewuh, sabarang nora tumeka. Sukailah kemudahan, takutilah kesulitan, maka tidak ada yang akan diperoleh.”
Di akhir zaman ini, sebenarnya para pemimpin pun bukan tak punya sejarah untuk becermin. Becermin kepada waktu, mengaca kepada masa dan mendapatkan hikmah di dalamnya. Sayangnya, cermin para banyak pemimpin kitatak lebih dari cermin Sang Ratu pada cerita Putih Salju. Cermin yang sekadar sarana mematut diri untuk mengolah citra.Padahal tanpa sadar, selain menerungku diri, mereka pun membelenggu rakyat pada kejumudan dan kondisi rawan.
Pemimpin memang bisa turba, blusukan, berbaur bersama rakyat atau apa pun namanya untuk mendapatkan info. Tetapi seberapa banyak waktu ia punya? Akhirnya, informasi mau tak mau akan dimonopoli para pembisik. Kalau saja para pembisik itu baik, makmur dan sejahteralah warga. Bila tidak? (Inilah)
Oleh Ustaz Abu Fata Atqia Al-Khadaifataini