Eramuslim – IMAM Ibnul Atsir Rahimahullah berkata tentang makna An Nifaaq: “An Nifaaq adalah mengakui secara lisannya namun tidak meyakini dalam hatinya.” (An Nihaayah Fi Ghariibil Hadiits wal Atsar, 4/340)
Para ulama memasukan An Nifaaq sebagai salah satu bentuk kekafiran secara batin. Dikatakan bahwa kekafiran itu ada empat sisi:
1. Kafir karena inkar, yaitu tidak mengenal Allah dan tidak mengakuiNya.
2. Kafir karena Juhud (menolak), yaitu seperti kekafiran Iblis. Mengimani Allah dihatinya tapi tidak mengikrarkan di lisannya.
3. Kafir karena ‘inad (membangkang), yaitu pengakuan di hati dan di lisan namun tidak beragama dengannya, karena dengki dan melawan, seperti Abu Jahal dan semisalnya.
4. Kekafiran karena Nifaaq, yaitu mengikrarkan di lisannya namun tidak meyakini di hatinya.
(An Nihaayah, 4/340, Taajul Aruus, 14/51, Tahdzibul Lughah, 3/363, Kitaabul Kulliyaat, Hal. 1221, Lisanul Arab, 5/144)
Macam-Macam Kemunafikan menurut Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah:
1. An Nifaq Al Akbar (Nifaq Besar). Yaitu seorang manusia yang menampakkan iman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, dan hari akhir, tapi di hatinya bertentangan dengan itu, baik sebagian atau keseluruhannya. Kemunafikan jenis ini ada pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan Alquran turun dengan mencela mereka dan mengkafirkan mereka, dan mengabarkan bahwa mereka di neraka yang paling bawah.
2. An Nifaaq Al Ashghar (Nifaq Kecil), atau kemunafikan dalam amal perbuatan. Yaitu manusia yang menampakkan kesalehan, namun dia menyembunyikan di hatinya yang sebaliknya. (Jaami Al Uluum wal Hikam, 2/343) (inilah)