Pentingnya Kehadiran Sahabat :
- Bangunlah diatas ketakwaan
Semua persahabatan kelak di hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan kecuali yang membangunnya di atas ketakwaan kepada Allah. Masing-Masing akan saling menjatuhkan, menyalahkan dan mencelakakan maka pilihlah sahabat berdasarkan nilai-nilai yang agamis dan Ridha Allah.
(Pada hari kiamat kelak) orang yang bersahabat saling bermusuhan di antara satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (al-Zukhruf:67)
- Kenalilah seseorang dari sahabatnya
“Seseorang itu dikenali berdasarkan sahabatnya, maka berwaspadalah / bersikap bijaksanalah dalam memilih sahabat.” (Riwayat Ahmad)
- Penyesalan
“Pada hari yang, orang-orang yang bersalah itu akan menggigil tangannya, sambil berkata, wahai malang, alangkah baiknya jika aku mengambil jalan yang ditempuh oleh Rasul itu dahulunya. Wahai malang; mengapa si anu yang kuambil menjadi teman.
Sungguh dia telah menyesatkan daku daripada peringatan Tuhan, sesudah peringatan itu datang kepadaku. Dan syaitan adalah selalu membuat manusia kecewa (gagal). (Al-Furqan: 27-29)
- Sahabat baik seperti penjual minyak wangi
“Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamubisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR.Bukhari & Muslim).
- Jadikan orang yang beriman sebagai sahabat karibmu
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…… ” (QS.AliImran:28).
- Pengaruh teman amat besar
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim diceritakan, ketika Nabi SAW menjenguk Abu Thalib, paman beliau yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka masuk pula Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umaiyyah, dua gembong kafir Quraisy dan duduk di sisi kepala Abu Thalib. Nabi SAW berbisik: “Wahai Abu Thalib, pamanku, ucapkanlah kalimat laa ilaha illallah, supaya aku bisa beralasan kelak bagimu dengannya di sisi Allah“. Abu Jahal dan Abdulah bin Umaiyyah menyela dan berkata : “Wahai Abu Thalib, sanggupkah kamu meninggalkan agama Abdul Muthalib?” Demikian, tidaklah Nabi SAW kedua orang kafir itu (Abu Jahal dan Abdullah bin Umaiyyah) juga menyela dan menyeru Abu Thalib agar tetap pada agama nenek moyangnya. Abu Thalib tidak mau mengucapkan kalimat tauhid (laa ilaba illalah) hingga ajal menjemputnya dan mati dalam kekafirannya. Hadits di atas membuka mata kita betapa kuatnya pengaruh teman dekat pada seseorang, sehingga Abu Thalib yang mengasuh dan sangat menyayangi Nabi SAW serta banyak berkorban mendukung dakwah Nabi SAW, tidak mempan dengan talqin beliau dan akhirnya mati dalam kekafiran akibat pengaruh kuat teman bergaulnya yang kafir
- Penyakit menular
“Jangan bersahabat dengan orang yang jahat karena kejahatannya akan menjangkitimu. Dan berhati-hatilah berkawan dengan orang jahat”. (HR. Hakim)
- Undanglah orang yang bertakwa
“Janganlah memakan jamuan anda melainkan orang yang bertaqwa.” (HR. Abu Daud)
- Cermin
Saat kita akan keluar rumah sering kali kita harus berada di Depan cermin, merapikan dan memperindah penampilan, mengusap wajah dan menyisir rambut agar bisa tampil sebaik mungkin, mencari kekurangan untuk kemudian kita perbaiki, menemukan noda hitam untuk kemudian kita obati.
Jiwa dan akhlak manusia juga butuh cermin yang baik agar mengetahui mana yang baik sehingga bisa ditingkatkan, mana yang buruk sehingga kita perbaiki. Di mana letaknya, bagaimana caranya dan bagaimana barometernya cermin akan memberitahukan kita. Sahabat Mukmin akan menjadi cermin terbaik bagi kita agar tidak salah menilai, tidak salah memperbaikinya dan salah mengukurnya. Kalau cermin itu buruk, penuh dengan noda niscaya akan rusaklah wajah dan diri kita karena dia memberikan gambaran dan penilaian yang salah. Rasulullah bersabda:
“Orang Mukmin adalah ibarat cermin bagi Mukmin yang lain. Mereka bersaudara di antara satu sama lain. Memelihara harta bendanya dan melindungi kepentingannya tatkala dia tidak ada (HR. Abu Daud)
- Sempurnanya iman
Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menghalangi karena Allah, maka ia telah menyempurnakan keimanannya.” (HR. Abu Dawud)
- Sebab turunnya pertolongan Allah
Dalam perjalanan hidup banyak problematika kehidupan yang tidak mampu diselesaikan oleh akal dan kemampuan diri kita, ilmu, skil, kecerdasan dan harta seringkali bertekuk lutut mencari solusi hanya pertolongan Allah yang bisa menyelamatkan kita. Allah telah berjanji akan selalu memberikan pertolongannya kepada hamba-hambaNya yang beriman. Namun kita patut waspada ada beberapa perkara yang bisa menghalangi datangnya pertolongan Allah, di antaranya adalah: bersahabat karib dengan orang-orang yang kafir. Maka jauhilah mereka, Allah berfirman:
Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena [siasat] memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri [siksa]-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali [mu].(Ali Imran: 28).
- Ikatan paling kokoh
Rasulullah bersabda:
Ikatan iman yang paling kokoh adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah”. (HR. Muslim).