Eramuslim – Setiap orang tentu sangat menginginkan rezekinya bertambah dan umurnya diperpanjang. Persoalannya, bagaimana cara tambah umur dan rezeki itu?
Kuncinya adalah memperkuat silaturahim. Sabda Rasulullah SAW:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka rezekinya dilapangkan dan usianya dipanjangkan, hendaklah ia menyambung kerabatnya (silaturahim).” (HR Bukhari)
Silaturahim berasal dari kata shillat, berarti hubungan atau menyambung, dan al-rahim yang berarti ‘mengasihi, menaruh kasihan’.
Dapat juga berarti, peranakan, rahim ibu, tali persaudaraan. Secara keseluruhan pengertiannya adalah usaha menyambung atau menjalin kasih sayang dengan sanak saudara, kerabat, atau sahabat.
Dalam sehari-hari, silaturahim dimaknai sebagai saling mengunjungi antara sanak saudara dan sahabat. Namun, substansinya tentulah tidak sekadar kunjung-mengunjungi, tidak sekadar kontak via udara atau alat komunikasi lainnya.silaturahimadalah menumbuhkan persaudaraan yang mendalam, sehingga saling mengetahui, memahami, merasakan, tolong-menolong, berbuat baik, menyayangi, dan mengasihi sanak saudara, kerabat atau sahabatnya.
Pemahaman melapangkan atau menambah rezeki dalam hadits di atas tentulah tidak dipahami lafziah, artinya Tuhan tidak akan menurunkan rezeki berupa uang, emas, atau nikmat lainnya secara fisik.
Akan tetapi, konotasinya maknawi atau majazi. Dalam hal ini, sebagai buah dari silaturahim tersebut, Allah akan menumbuhkan rasa tenteram dan kedamaian batin yang dapat menyebabkan hati terbuka, inspirasi tumbuh, dan motivasi kerja kuat, produktivitas kerja berlipat ganda secara kuantitas dan kualitas, sehingga menghasilkan rezeki yang bertambah-tambah atau berlipat ganda. Sedangkan pengertian bertambah panjang umur dalam hadits tersebut dapat dipahami dalam dua hal.