Berita yang terkandung ialah sebagai berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa di akhir zaman yang namanya kebaikan dan sebab kebaikan itu sedikit. Sebaliknya, kejelekan dan sebabnya banyak. Ketika itu, orang-orang yang berpegang dengan agama Islam yang haq sangat sedikit, dalam keadaan mereka harus menanggung keadaan yang payah dan kesulitan yang besar, seperti orang yang menggenggam bara api, karena kuatnya orang-orang yang berpaling atau menentang mereka, banyaknya fitnah yang menyesatkan, baik fitnah syubhat, keraguan dan penyimpangan, maupun fitnah syahwat. Manusia mencari dunia. Manusia menceburkan diri ke dalamnya, tenggelam jauh ke dasar jurangnya, baik zahir maupun batin, sementara iman demikian lemah.
Orang-orang yang berpegang dengan agama ketika itu demikian terasing, sendiri di tengah kebanyakan manusia, atau sedikit di kumpulan manusia yang banyak, sedikit yang mau menolong dan membantu mereka.
Akan tetapi, orang yang tetap teguh berpegang dengan agama di masa tersebut, yang tetap berdiri kokoh menolak setiap yang menentang dan menghalau segala rintangan, mereka itu tidak lain adalah orang yang memiliki bashirah, ilmu, dan keyakinan, orang yang beriman dengan kokoh, orang yang paling utama, paling tinggi derajatnya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan paling agung kadarnya. Tidak ada yang bisa kokoh di atas agama dalam keadaan demikian kecuali mereka yang disebutkan ini.
Adapun bimbingan yang termuat, berikut ini penjelasannya.
Hadits ini merupakan bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat beliau agar mempersiapkan diri menghadapi keadaan yang demikian dahsyat. Mereka harus tahu bahwa masa itu pasti akan terjadi. Siapa yang menghadapi segala aral melintang di masa tersebut, tetap sabar di atas agama dan imannya walau demikian dahsyat keadaannya, dia akan beroleh derajat yang tinggi di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala akan menolongnya kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Sebab, pertolongan itu sesuai dengan kadar kesabaran menghadapi kesulitan.
Demikian yang diterangkan oleh al-Allamah Abdurrahman Ibnu Nashir Sa’di rahimahullah tentang hadits di atas (Bahjah Qulub al-Abrar hlm. 234).
Beliau berkata tentang keadaan di zaman beliau [2] , “Alangkah miripnya keadaan yang disebutkan (dalam hadits) dengan zaman kita ini. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada yang tersisa dari Islam kecuali namanya, tidak pula al-Qur’an kecuali simbolnya, iman yang lemah, hati yang bercerai-berai, permusuhan dan kebencian di antara kaum muslimin, serta musuh yang lahir dan batin. “
“Para musuh melakukan makar rahasia dan terang-terangan untuk menghancurkan agama Islam. Adanya penyimpangan dan pandangan materialisme, propaganda, dan seruan menuju kerusakan akhlak, kemudian manusia menghadapkan diri kepada perhiasan dunia.“
“Dunia telah menjadi puncak ilmu mereka, cita-cita mereka yang terbesar. Mereka ridha dan marah karena dunia. Seruan untuk zuhud/tidak butuh kepada akhirat, sikap totalitas untuk memakmurkan dunia, menghancurkan agama, menghina dan mengolokolok orang yang berpegang dengan agamanya,… dst.”
Ucapan al-Allamah as-Sa’di rahimahullah di atas menggambarkan kerusakan di zaman beliau. Kalau semua itu sudah terjadi di zaman beliau, lantas bagaimana halnya dengan zaman kita sekarang? Sungguh kita dapati kebenaran hadits di atas! Ya Allah, selamatkan kami!