Saudaraku, dunia menjadi saksi bisu terhadap janji Allah yang Maha Benar bahwa Dia dengan segala kebijaksanaanNya akan mempergilirkan kemenangan dan kekalahan diantara manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran. Fenomena tersebut juga sebagai proses ujian filterisasi bagi orang-orang yang mengaku beriman untuk membuktikan siapa diantara mereka yang imannya tulus atau hanya di bibir saja. Jika kemenangan ada terus menerus di pihak umat Islam maka akan mudahlah bagi orang-orang munafik untuk bercokol di pihak Islam dikarenakan Umat Islam sedang memiliki kekuatan dan diatas angin, tetapi jika umat Islam terus menerus mengalami kekalahan maka misi Risalah Islam akan terancam. Maka Maha Suci Allah yang telah mempergilirkan kemenangan dan kekalahan untuk menguji kesetiaan sebagaimana yang di firmakannya :
……… Dan masa (Kejayaan dan kehancuran) itu akan kami pergilirkan diantara manusia (agar merekan mendapat pelajaran, dan supaya Allah membedakan antara orang beriman (dengan orang-orang kafir), dan supaya dijadikannya kamu gugur sebagai syuhada ……. (Q.S Ali Imran : 140)
Saudaraku dalam Islam, bagi kita umat Islam, kenangan pahit yang sulit terlupakan adalah ketika musuh-musuh Islam berhasil meruntuhkan kepemimpinan Umat Islam Turki Utsmani -yang memang sudah sekarat- pada tanggal 3 Maret 1924 lewat tangan antek penjajah Musthafa Kemal Attaturk, setelah itu umat Islam benar-benar seperti anak-anak ayam kehilangan induk. Umat Islam benar-benar kehilangan kesatuan komando. Dampaknya, di internal umat Islam semakin menjamurnya perpecahan dan perselisihan yang sulit diketengahkan. Pemikiran ashabiyyah (Berbangga dengan kelompok masing-masing) dan nasionalisme semakin menggurita sehingga menghilangkan ikatan Islam yang sejati yaitu Ikatan atas dasar akidah. Hal tersebut ditambah lagi faktor eksternal, seperti kolonialisme bangsa barat yang telah menghisap negeri kaum muslimin. Semua itu benar-benar telah membuat kita porak-poranda, kehilangan wibawa dan Izzah dihadapan bangsa-bangsa lain. Benar-lah apa yang telah Rasulullah sabdakan tentang keadaan umat sepeninggalnya :
“Hampir tiba masanya segenap bangsa-bangsa mengerumuni kamu (Kaum Muslimin) sebagaimana orang-orang bersatu mengerumuni makanan di atas piring. “Maka ada seseorang bertanya kepada Rasulullah “Apakah karena sedikitnya keadaan kami pada waktu itu ?” Beliau menjawab , “Bahkan kamu pada waktu itu banyak jumlahnya tetapi seperti buih diatas air bah. Allah mencabut rasa ketakutan dalam dada-dada musuh-musuh kalian dan mencampakkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn. “Lalu seseorang bertanya “Ya Rasulullah apakah Al Wahn itu ?” Beliau menjawab “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud dan Baihaqi)
Benarlah apa yang Rasulullah sabdakan kini, umat Islam jumlahnya diatas satu milyar jiwa. Tetapi jumlah yang banyak itu amat tak berarti dihadapan musuh-musuh Islam. Bagaimana kita dapat melihat di bumi palestina, Iraq, Afrika Tengah, Pakistan dll kita dengan jumlah sebegitu besar tak mampu memberi pukulan berarti terhadap kaum kafir yang mengusik umat Islam. Sementara disisi lain umat Islam masih berpecah belah, saling serang antar kelompok, disibukkan ke pembahasan yang sifatnya cabang dan jauh dari ide-ide yang revolusioner.
Tetapi Alhamdulillah saudaraku, panggung sejarah kaum muslimin tak pernah padam dari upaya para aktivis, pembaharu dan orang-orang luar biasa yang hadirnya mampu menjadi pelita ditengah kegelapan. Berjuang mengembalikan kepemimpinan Islam dan mengibarkan panjinya di pentas dunia. Sigap melawan gempuran kaum kafir dari segala sisi baik dengan pemikiran hingga mengobarkan jihad fisabilillah ke dalam dada-dada kaum muslimin. Membuat kaum kafir bergetar kuda-kudanya. Meskipun mungkin diantara mereka tidak merasakan hasil kerjanya di dunia yaitu kejayaan Islam. Namun, mereka telah berjasa besar menanam benih-benihnya kepada generasi selanjutnya sehingga kita bisa merasakan karya tulis dan kobaran semangat mereka meski tidak sezaman dengannya. Semoga Allah membalas jasa mereka yang luar biasa, mengampuni kekeliruannya dan ditempatkan ditempat yang mulia di sisiNya. Aamiin
Saudaraku, penulis sendiri alhamdulillah pernah membaca biografi luar biasa diantara mereka, sedikit banyak telah membaca rekam jejak, gagasan perjuangan mereka yang luar biasa. Baik mereka yang tumbuh dan berkembang sebelum runtuhnya Turki Utsmani seperti jejak pembaharuan Muhammad bin Abdul Wahhab memurnikan Tauhid di Jazirah Arab, Gerakan yang dipimpin Syaikh Utsman bin Fuadi di Nigeria, Ahmad bin Irfan di India, Al Mahdiyah di Sudan dan As Sanusiyah di Libya. Atau para pahlawan dan gerakannya yang tumbuh pasca tumbangnya kepemimpinan Turki Utsmani seperti Hasan Al Banna dengan Gerakan Al Ikhwan Al Muslimun di Mesir, Syaikh Sa’id An Nursi dengan Gerakan An Nur di Turki, Abul A’laa Al Maududi dengan gerakan Jemaat El Islami di Pakistan, Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dengan Sarekat Islam di Indonesia dan Taqiyuddin An Nabhani dengan Gerakan Hizbut Et Tahrier di Palestina. Dan barangkali masih banyak diantara pahlawan-pahlawan Islam yang penulis luput menyebutkannya dikarenakan keterbatasan pengetahuan. Semoga Allah menerima amal perjuangan mereka dan mengampuni jika ada dari kekeliruan mereka. Mengumpulkan mereka di surgaNya kelak. Aamiin
Saudaraku, gagasan mereka luar biasa, ide-ide mereka revolusioner. Mereka adalah mujahid, mujadid dan ulama abad modern yang menjadi pelita ditengah kegelapan umat. Dan berkat jasa mereka, hari ini para pemuda, aktivis gerakan banyak yang masih memperjuangkannya dalam gerakan-gerakan yang masing-masing saya yakin memiliki tujuan yang mulia yaitu mengembalikan kemuliaan Islam di muka bumi. Alhamdulillah saya sempat melihat para pemuda/pemudi, aktivis dakwah dari berbagai gerakan yang militan memperjuangkan Islam. Semoga Allah berkenan menolong untuk tetap meluruskan niat kita, menerima amal kerja kita dan menuntun kita kepada kebenaran jika keliru,. Aamiin.
Saudaraku, tetapi selama jantung kita masih berdetak, ingat-lah. Iblis dan bala tentaranya tak akan surut menyiapkan muslihat termasuk utk para aktivis yang memperjuangkan Islam. Iblis bisa saja menyiapkan perangkap halus yaitu ashabiyyah (Fanatisme kelompok) sehingga perlahan-lahan menggeser orientasi perjuangan kita. Tidak lagi memperjuangkan Islam tetapi memperjuangkan kepentingan kelompok. Padahal Rasulullah telah berpesan bahwa bukanlah bagian dari umatku mereka yang berjuang untuk kepentingan kelompok (Ashabiyah).
“Tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang menyeru kepada ashabiyyah (fanatisme kelompok). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang berperang atas dasar ashabiyyah ( fanatisme kelompok ). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang terbunuh atas nama ashabiyyah ( fanatisme kelompok ).” ( HR. Abu Dawud )
Semoga kita terhindar dari sikap fanatisme golongan yang membuat niat kita berbelok dan amal kerja kita terbakar. Aamiin
Dalam tulisan ini, penulis ingin menyampaikan nasehat dan mengambil I’tibar khususnya bagi diri penulis sendiri dan umumnya untuk saudara/i yang rindu kemenangan Islam dari sedikit penggalan kisah perjalanan Rasulullah S.A.W ketika berjuang menegakkan Islam. Syahdan, ketika Rasulullah sedang berjuang menegakkan Islam sebagai tatanan hidup, Rasulullah pergi mencari masyarakat yang mampu menjadi penopang dakwahnya. Rasulullah mengunjungi berbagai kabilah untuk melakukan berbagai upaya lobi politik, Diantara kabilah yang dikunjung Rasulullah adalah kabilah Bani Amir, Rasulullah mengajak bani Amir untuk menjadi pembela Risalahnya tetapi kabilah Bani Amir malah bertanya balik : “Bagaimana jika seandainya kami sepakat membelamu, kemudian Allah memenangkanmu atas orang yang menentangmu, apakah kami berhak memegang kepemimpinan sesudahmu ?” Nabi pun menjawab “Urusan itu terserah Allah, Dia berikan itu (Kepemimpinan) kepada yang dikehendakiNya”. Kabilah Bani Amir lalu menanggapi “Apakah kami serahkan leher-leher kami kpd orang-orang Arab demi membelamu lalu setelah menang lalu kekuasaan itu kamu serahkan kepada selain kami ? Kami tidak punya urusan dengan mu” Bani Amir pun menolak menjadi pembela risalahNya.
Demikianlah saudaraku, bani Amir menolak kemuliaan dengan menjadi pembela RisalahNya akibat ambisi kepemimpinan dan fanatisme golongan (Ashabiyah). Semoga kita tidak terjangkiti virus tersebut yang amat berpotensi membakar amal kerja kita. Allah-lah yang mempunyai hak perogratif menyerahkan kepemimpinan kepada orang-orang yang dikehendakiNya. Dia yang mengetahui siapa diantara hamba-hambaNya yang tulus dan berhak memegang amanah tersebut. Jangan sampai kita menolak kepemimpinan Islam ketika ditegakkan hanya karena bukan gerakan kita yang berhasil menegakkannya. Lalu ikut-ikutan menebar dusta, menyebar fitnah dan memburamkan fakta sebenarnya di tengah umat. Bahkan justru semakin memecah belah suasana. Tidak takutkah kita akan pertanggung jawaban dihadapanNya kelak ?
Saudaraku, sejatinya tugas kita adalah bekerja, bekerja dan bekerja. Adapun masalah hasil dan keputusan akhir termasuk persoalan kepemimpinan adalah semata-mata kita serahkan kepadaNya. Semoga Allah tetap meluruskan niat kita hingga bendera Islam kembali berkibar di muka bumi dan menjauhkan kita dari sikap fanatisme golongan. Aamiin. Firman Allah yang patut kita renungkan :
“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah–belah agama mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan, tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum 31-32)”
“Ya Tuhanku janganlah Engkau palingkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat, sesungguhnya Engkau adalah dzat yang Maha Pemberi”
Saudaramu ,
Di bumi Allah yang merindukan ketenangan.
Muhammad Yusron Mufid