Air adalah tempat pertama diciptakannya kehidupan. Telah terbukti secara ilmiah bahwa makhluk hidup di laut dan samudra serta sungai yang lebih dulu ada jutaan tahun daripada makhluk hidup yang ada di tempat kering. Sewaktu kehidupan sudah berkembang di lautan, daratan masih sepi dari jenis kehidupan apa pun. Allah telah berfirman,
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui tentang langit dan bumi dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan apakah Kami jadikan dapat menemukan sesuatu yang hidup dari udara; lalu apakah mereke tidak beriman?” (Al-Anbiya ‘: 30).
Ayat di atas menjelaskan bahwa bentuk fisik semua makhluk hidup diciptakan dari air, bahwa fungsi-fungsi organ penunjang kehidupan tidak bisa bekerja tanpa adanya air, dan bahwa kehidupan pada awalnya diciptakan di air kemudian di tempat kering. Ayat di atas merupakan ayat yang teliti dan mengagumkan dalam membicarakan suatu fakta alam semesta yang baru beberapa tahun belakangan ini dimengerti oleh para ahli.
Kita tahu bahwa bumi adalah planet yang paling kaya akan air. Para ahli pun menamainya “planet biru” atau “planet air” karena memiliki banyak air. Para ahli sejak dahulu kala dibuat bingung dengan asal-muasal air yang ada di permukaan bumi tersebut. Barulah belakangan ini diketahui bahwa air di permukaan bumi berasal dari perut bumi.
Alquran telah mendahului penemuan ini lebih dari 1.400 tahun, di mana ayat Alquran yang mulia telah menyatakan,
وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَاهَا
أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا
“Dan setelah itu bumi Dia hamparkan. Darinya Dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh-tumbuhnya.” (An-Nazi’at: 30-31).
Ketika menganalisis uap-uap dan gas-gas yang keluar dari kawah gunung-gunung berapi, para ahli menemukan bahwa sebagian besar uap dan gas tesebut adalah air. Kandungan air tersebut mencapai 70 persen.
Allah telah berfirman,
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar darinya. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al- Baqarah: 74).